Pada akhir tahun 1941, pulau Timor menjadi arena politik yang dibagi antara dua kekuatan kolonial yakni Portugis di timur dengan pusat pemerintahan di Dili, dan Belanda di barat dengan ibu kota administrasi di Kupang. Namun, ketika bayang-bayang perang melanda dunia dengan Jepang memasuki Perang Dunia II di pihak Poros, pulau ini menjadi panggung pertempuran yang tak terelakkan.
Pasukan kecil Sparrow Force Australia, yang dikenal sebagai pahlawan-pahlawan tak dikenal, tiba di Kupang pada 12 Desember 1941, siap untuk menghadapi ancaman Jepang. Dengan jumlah yang terbatas, mereka bergabung dengan pasukan Tentara Kerajaan Hindia Belanda, membangun pertahanan yang rapat. Meskipun awalnya Portugal menolak bekerja sama dengan Sekutu, pasukan gabungan Belanda-Australia akhirnya menduduki Timor Portugis pada 17 Desember setelah penolakan Portugal untuk menggantikan pasukan Sekutu yang ditarik. Namun, invasi Jepang terjadi sebelum pasukan Portugal tiba pada tanggal 28 Januari 1942, memicu pertempuran sengit yang akan terus berlanjut.
Pertempuran di Timor menjadi bagian penting dari apa yang dikenal sebagai "Penghalang Melayu", di mana pasukan Australia menjadi garda terdepan melawan kemajuan Jepang. Dengan kekuatan udara yang terbatas, pasukan Sekutu berjuang keras di bawah komando Jenderal Sir Archibald Wavell. Namun, kemenangan tidaklah mudah. Meskipun pertahanan yang gigih, pasukan Sparrow Force terpaksa mundur ke pedalaman pegunungan. Terjadi pertempuran sengit dan dramatis di mana pasukan kecil Australia melawan gelombang serangan Jepang.
Sementara itu, pasukan komando Australia beroperasi di belakang garis musuh, menggunakan strategi hit-and-run untuk menyusup dan menyergap pasukan Jepang. Mereka menjadi harapan terakhir bagi Timor, bekerja sama dengan penduduk asli setempat untuk melawan pendudukan Jepang. Namun, kekuatan Jepang semakin bertambah, dan pada akhir tahun 1942, peluang Sekutu untuk merebut kembali Timor semakin tipis. Dengan sumber daya yang terbatas dan pertempuran sengit di front lain, keputusan diambil untuk menghentikan operasi di Timor. Evakuasi menjadi pilihan terakhir bagi pasukan Sekutu. Pada bulan Desember 1942 dan Januari 1943, pasukan dan warga sipil dievakuasi dari pulau tersebut, menandai akhir dari perjuangan Sekutu melawan pendudukan Jepang di Pulau Timor.
Comments
Post a Comment