Skip to main content

HIDUP DARI KENYATAAN

Setelah mama meninggal, banyak orang yang mengatakan "kamu harus bisa menjadi (peran) mama bagi adik-adikmu". Terdengar mengharukan, bahkan tak jarang saya menangis jika mengingat kata-kata itu. Bukan karena kata-kata itu memiliki kekuatan untuk menguatkan hati saya, justru saya membayangkan beban berat yang akan saya pikul di masa yang akan datang. Secara (tekanan) sosial, menjadi seorang kakak (sulung) mempunyai beban tersendiri yang secara psikologis hanya dia sendiri yang mampu memikulnya (jika sudah diajarkan sejak kecil oleh lingkungan keluarga), jika ditambah menjadi seorang ibu/mama, entah berapa banyak beban yang harus dia pikul.
Saya sendiri merasa sebaiknya saya tidak usah mengantikan "peran" mama untuk adik-adik saya. Peran itu biarlah kosong, agar kami semua sadar ada bagian yang hilang dari sisa perjalanan hidup kami. Peran sebagai seorang anak sulung sudah cukup bagi saya. Tidak ingin membangun kesan "lari dari kenyataan" tetapi saya hanya ingin hidup dari sebuah kenyataan bahwa saya adalah kakak dari adik-adik saya, tidak kurang dan tidak lebih.

Comments

  1. Om senang dan bahagia membaca tulisanmu. Salam om untuk kalian bertiga dan papa di Kupang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih om. Salam dari om akan disampaikan

      Delete
  2. Bila anak ingin meningkatkan menjadi hobi yang memberi penghasilan maka daftarkan blog ke Adsense. Beberapa blog yang om buat setelah kembali dari Kupang: Rubrik Tiket dan Rubrik Adsense atau Rubrik Google Adsense. Silakan anak lihat di google. Untuk rubrik Tiket: https://rubriktiket.blogspot.com. Sedangkan Adsense lihat: https://rubrikadsense.blogspot.com Bila anak bermninat silakan mendaftar melalui blog. Mau tanya om juga boleh.

    ReplyDelete
  3. Iya om, sudah lama saya daftar di google adsense tapi sampai sekarang belum ada email notifikasi. Mungkin karena blog ini belum ramai om

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya di...

Filosofi Menara Babel

Filosofi Menara Babel ini sebenarnya terbersit saat membaca Kitab Kejadian 11 : 1 - 9 dengan perikop Menara  Babel yang menceritakan tentang Raja Pertama di muka bumi yakni Raja Nimrod, yang berkuasa setelah zaman Nuh. Dialah manusia yang paling gagah perkasa dan sang penakluk mula-mula umat manusia. Untuk mengabadikan kekuasaannya dia berniat untuk membuat sebuah bangunan yang tingginya bisa mencapai langit. Dalam perikop tersebut juga dijelaskan bahwa umat manusia di muka bumi pada waktu itu memiliki bahasa dan budaya yang satu sehingga tidak menjadi kendala untuk menghimpun mereka dalam suatu bangsa dan menyatukan mereka dalam satu pikiran yang sama.  Singkat cerita di bawah pemerintahan Raja Nimrod, pembangunan menara pun dimulai, begitu hebatnya mereka bekerja hingga mampu membangun sebuah bangunan yang hampir menyentuh langit. TUHAN melihat dari surga bahwa pekerjaan manusia tersebut merupakan sebuah bentuk tantangan terhadap otoritas TUHAN. Maka TUHAN pun turun dan meng...

PENGAGUM

PENGAGUMMU Tak perlu kau berbalik Lalu mengatakan “Hai!” Cukup melihatmu tersenyum Membuat hariku menjadi indah Tidak penting mengenalku Mengetahui namamu sudah cukup Kau bukan alasan pertamaku tetawa Kau alasan utama yang mengubahku Orang bilang kau begini Dan kau begitu Tapi apa peduliku mendengarnya? Karena aku bukan hakim untukmu Aku hanya pengagummu