Jika kalian penggemar film tempo doeloe alias film
hitam putih, kalian pasti tidak asing dengan film Asrama Dara tahun 1958, karya
Usmar Ismail yang juga merupakan sutradara film Tiga Dara (1956). Sebenarnya
saya sendiri bukan penggila berat film hitam putih, tetapi film Asrama Dara
seperti mempunyai keunggulan tersendiri bagi saya yang tidak kalah saing dengan
film Ada Apa Dengan Cinta / AADC. Bahkan
membuat saya bertanya-tanya tentang siapakah yang menjadi tokoh utama di dalam
film Asrama Dara, karena hampir semua pemain memiliki cerita yang menarik untuk
ditonton. Bahkan ada beberapa pemain yang terlihat begitu imut, maklum saya
senang melihat pemain film yang memiliki wajah imut, bahasa kerennya unyu-unyu.
Mengenai tema cerita, film ini mengangkat tentang
kehidupan para gadis remaja penghuni Asrama Dara yang memiliki cerita tentang
perjuangan dalam menggapai cita-cita, cinta, dan kasih sayang orang tua yang
utuh. Ditambah lagi ibu asrama yang super cerewet (kadang kepo) nan bijaksana,
di mana setiap hari harus menghadapi tingkah anak-anak asramanya. Ada pula
rentetan tiga pria (dua ganteng dan satu imut) yang turut andil memeriahkan
cerita asrama dara. Film ini mempunyai alur yang cukup ringan, tidak
berbelit-belit seperti sinetron atau film masa kini yang harus kecelakaan dulu,
lupa ingatan, anak tertukar, mati disambar petir dan lain sebagainya yang kadang
melumpuhkan logika kita sebagai orang normal, mungkin karena produksi filmnya
belum sebanyak sekarang sehingga ceritanya tidak harus sangat kreatif (anti-mainstream).
Cerita ini dimulai dari kedatangan ayah Ani dan Ina
(Imam Subono) yang mengantarkan Ani ke Asrama Dara, karena tidak bisa memberi
perhatian dan pengawasan yang layak kepada Ani (Nurbani Jusuf) setelah bercerai
dari istrinya yang merupakan kader partai politik. Ibu asrama (Fifi Young)
menerima Ani dengan ramah, tetapi tidak Ani yang merasa tertekan karena harus
berpisah dari kedua orang tuanya. Sita (Nun Zairina) merupakan seorang penari
professional yang sedang berjuang mencari pinjaman modal untuk mendirikan
sekolah tarinya sendiri, tetapi selalu menemui kegagalan. Sita bersahabat
dengan Maria (Baby Huwae), seorang pramugari yang selalu bercanda bahwa Sita
hanya dapat mewujudkan mimpinya dengan cara menikahi pria kaya raya. Walaupun
hanya sekadar candaan, Sita selalu menanggapinya dengan keras, dia tak mau
menukar mimpinya dengan harga dirinya, karena keduanya sama-sama penting. Adapula
Ina (Suzzana), adik dari Ani yang diantarkan oleh ibunya ke asrama dara untuk
tinggal bersama Ani. Berbeda dengan Ani yang pendiam, Ina justru lebih cerewet
dan suka jahil terhadap sesama kakak asramanya. Rahimah (Chitra Dewi) dan Tari
(Aminah Cendrakasih) merupakan mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia
(Universitasnya nyata, bukan kayak film/sinetron sekarang nama universitasnya
fiktif semua) yang juga merupakan penghuni asrama dara, biarpun kedua
mahasiswa, Rahimah dan Tari mempunyai pandangan yang berbeda, jika Rahimah
berkuliah dengan rajin untuk menghindar dari perjodohan, maka Tari lebih
mementingkan cara mencari jodoh dibandingkan berkuliah dengan rajin. Tari yang
berusia 18 tahun bahkan rela berpacaran (di dalam film istilahnya berteman )
dengan Pak Hasan (Hasan Sanussi) pria berumur 45 tahun, tentu saja ibu asrama
menjadi marah besar karena merasa keduanya tidak cocok menjadi pasangan
kekasih, maklum saja Tari sudah dianggap anak sendiri oleh ibu asrama. Tari
memang memberontak, tetapi akhirnya luluh dengan ketulusan ibu asrama yang
begitu menyayanginya.
Berlanjut ke arah para tokoh pria di film ini
diantaranya, Broto (Rendra Karno / Raden Soekarno) yang merupakan seorang
pengusaha yang mempunyai bisnis di Singapura, sehingga harus bolak-balik
Jakarta-Singapura dalam menjalankan bisnisnya. Selama melakukan perjalanan
tersebut, Broto sempat berkenalan dengan Maria yang merupakan pramugari maskapai
penerbangan Garuda Indonesia (dulu semua produk Indonesia bebas ditunjukkan
dalam film). Kedekatan antara Broto dan Maria membuat Imansyah (Bambang
Hermanto) menjadi cemburu. Imansyah adalah pilot di maskapai yang sama dengan
Maria, hanya saja Maria tidak begitu tertarik dengan sang pilot. Dari
perkenalan Maria dan Broto, Maria menawarkan sebuah kerjasama antara Sita dan
Broto. Broto yang mendengar tawaran tersebut tertarik karena menurutnya
investasi terhadap sekolah tari juga memberi peluang bagi bisnisnya. Broto
sendiri sudah jatuh hati pada Sita bahkan sebelum mereka berdua bertemu, Broto
pernah dikerjai oleh Sita ketika ingin menelpon Maria. Suara Sita yang khas
membuat Broto berani bertaruh bahwa dia bisa mengenal Sita dari suara sebelum bertatap
muka. Lalu beralih ke tokoh pria yang imut, Masrul (Bambang Irawan) yang
berasal dari Kalimantan. Dia datang ke Jakarta untuk menyampaikan surat dari
kedua orang tua Rahimah. Inti dari isi surat itu adalah meminta Rahimah untuk
segera pulang dan dinikahkan dengan pria pilihan orang tuanya.
Singkat cerita, setiap tokoh mempunyai konfliknya
masing-masing, Cinta segi empat antara Maria, Broto, Sita dan Imansyah. Lalu
percobaan bunuh diri dari Ani karena stress dengan perceraian orang tuannya,
kebingungan Rahimah untuk memilih cita-cita
atau orang tua (Masrul juga pusing karena sebagai teman Rahimah, ia
tidak ingin cita-cita Rahimah terkubur percuma), Tari dengan masalah jodohnya,
dan ibu asrama dengan seabrek masalah yang dihadapi anak-anak asrama (pusing
jadi ibu asrama, belum lagi ada yang terlambat bayar uang asrama).
Pada akhirnya, masalah di dalam cerita Asrama Dara
dapat terselesaikan. Kedua orangtua Ani dan Ina memutuskan untuk kembali rujuk karena
tidak ingin kehilangan anak-anaknya, Maria merelakan Broto kepada Sita dan
mulai membuka hati untuk Imansyah. Rahimah mendapatkan kejutan karena ternyata
pria yang dijodohkan dengannya adalah Masrul sendiri yang merupakan seorang
insinyur (cinta tumbuh karena terbiasa. Terbiasa bersama dalam suka dan duka
semasa berteman ♥), Tari mendapatkan pacar yang seumuran dengannya. Tidak kalah
saing, ibu asrama juga akhirnya berjodoh
dengan pak Hasan (ya….karena seumuranlah).
Lalu apa nilai tambah lain dari film Asrama Dara?
Namanya juga film karya Usmar Ismail, mana ada yang kosong tanpa pesan moral?
Pesan moral tidak begitu halus tetapi menohok (tepat ke jantung para penonton)
apalagi kalau mendengarkan dialog ibu Asrama (Fifi Young) kalau istilah orang
Kupang bilang mulu piso. Berikut beberapa dialog yang mengandung pesan moral :
1. “Uang bisa
dicari. Kehormatan sekali hilang, tak akan kembali lagi.”
2. “Hei! Dengar
bocah cilik, semua laki-laki suka senyum, suka manis-manis sama wanita, kenapa?
Buat serrrrep! Kalau nanti tidak ada yang lain, yang lebih menarik, atau yang
lain yang suka padanya. Pikirnya yang kurang-kurang dikit juga boleh.
Mengerti?”
3. “Anak-anak
sekarang terlalu bebas. Aku tidak suka melihatnya. Maria menggampangkan dirinya
seperti itu (Maria mau saja diajak
jalan oleh Broto, pria yang baru dia kenal)”
Masih banyak dialog yang mengandung pesan moral dari
film Asrama Dara, tetapi saya terlanjur capek mengetik lebih banyak lagi
(Maaf….). Lagi pula kalian dapat menontonnya secara streaming di youtube, biar
lebih puas. Klik Di sini
Kekurangan dari film ini ya… paling akting beberapa
aktris baru (pada saat itu) yang belum
natural, ada juga adegan di mana Maria menelpon Broto tanpa memutar tombol
telepon (sedikit magic ya).
Tetapi salut buat akting Suzzana karena sebagai
aktris baru, perannya sebagai Ina cukup menyatu (bakat bintangnya terlihat dari
di sini, fyi Asrama Dara merupakan
film perdana Suzzana). Karakter ibu Ani dan Ina (saya belum tahu nama aslinya)
juga tak kalah menarik perhatian saya, berbusana kebaya berkelakuan Eropa.
Di film Asrama Dara, juga ada adegan nyanyi-nyanyi
kayak film India begitu tetapi masih wajarlah, tidak sampai lari-larian atau
sembunyi-sembunyi di bunga bougenville.
Lagu favorit saya di film ini ada 2, yang pertama opening song Asrama Dara (karena ada penggalan lirik yang lucu) dan
kedua Trem dan Bis Kota (menggambarkan
rutinitas saya sebagai mahasiswi waktu pulang kuliah).
Film ini saya sarankan bagi kalian yang suka film
dengan nyata menggambarkan kehidupan anak-anak Asrama, cintanya tidak lebay,
ibu asramanya tidak terlalu lemah gemulai, cemburu yang tahu diri, ya minimal
masuk akal gitu….! Di sini tidak adegan tukar-tukaran kepribadian ya… tetapi
tetap lucu dari dialog dan adegannya. Tidak ada yang menganiaya dan dianiaya
untuk membuat kalian tertawa atau menangis. Bagi kalian yang suka tersipu
dengan rayuan gombal dari dialog film, saya sarankan tidak perlu menonton film
Asrama Dara, karena romantisnya bukan di mulut tapi dalam tindakan nyata.
Pesannya, wanita boleh berkarya tetapi tidak
melupakan diri. Buatlah diri kita menjadi sangat berharga dan patut
diperjuangkan oleh para pria seperti Rahimah dan Sita (dua kata untuk Rahimah
dan Masrul so sweet…..)
Opening Song Asrama Dara
Satu, Mereka manis
Dua, Mereka genit
Tiga, Mereka sinis
Empat, Mereka sengit
Comments
Post a Comment