Skip to main content

STANDAR KETAMPANAN : Budaya tidak menentukan

Jujur saja di dunia ini tidak ada pria yang menganggap dirinya jelek. Berbeda dengan wanita, para pria memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Jika wanita akan merasa iri dengan kecantikan wanita lain atau pria “cantik”, maka para pria justru merasa bahwa diri mereka jauh lebih tampan dari pria lain. Seperti tulisan saya beberapa minggu yang lalu, standar kecantikan yang ditentukan oleh budaya, kira-kira bagaimana dengan standar kegantengan ya? Apakah ditentukan oleh budaya juga? Simak ulasan berikut ini :

Amerika Serikat
Salah satu kiblat fashion dunia ini memiliki standar kegantengan yang mereka terapkan dan sebarkan melalui media massa (Film, Serial Televisi dan lain-lain). Pria ganteng itu harus 2 kriteria seperti memiliki tubuh atletis (berotot gitulah…), dan memiliki cambang (a.k.a berewokan rapi) ditambah lagi berpenampilan metroseksual (peduli sama penampilan, minimal bersihlah). Jika di antara kalian ada yang memiliki kriteria di atas maka selamat kalian masuk pria ganteng menurut wanita Amerika Serikat.


Brazil
Standar kegantengan orang Brazil hampir sama dengan standar kegantengan di wilayah Indonesia bagian tengah, seperti rambut yang berwarna gelap, kulit yang eksotis, bermata coklat dan wajib sixpack. 



Indonesia
Indonesia memiliki standar kegantengan yang harus dipenuhi (setidaknya untuk tampil di media) seperti bertubuh tegap dan memiliki sedikit otot dipergelangan tangan (urat kali ya..), lalu memiliki rahang yang maskulin serta senyum yang manis (ini yang paling mempengaruhi sebenarnya)


Rusia
Standar ini bisa kita lihat melalui penampilan presisdennya, Vladimir Putin (salah satu pemimpin yang keren juga…). Maskulinitas sangat diperhatikan di dalam penampilan para pria Rusia. Sederhana gitu, yang penting badannya tegap dan berotot.


Nigeria
Kalau negara ini hampir miriplah dengan Rusia dan Indonesia soal standar kegantengan, seperti tubuh tegap dan berotot. Memiliki kesan berani dan ekspresi tanpa emosi. Ya berbeda dengan negara Afrika Selatan yang melihat ketampanan dari warna kulit yang putih (Sedikit bingung  dengan Afsel).


Turki
Negara dua benua ini juga tak kalah dalam menentukan standar kegantengannya. Bulu dada menjadi momok yang menakutkan bagi pria Turki, sebisa mungkin mereka akan menghindarinya (jika tidak bisa ya pasrah). Memiliki mata yang indah, soal kulit ya rata-rata putihlah..


Korea Selatan
Kalau ini semua orang juga tahu cukup lihat boyband-boyband Korea Selatan pasti mereka tahu standar kegantengan negara ginseng ini. Wajib berkulit putih, bersih, sedikit berotot dan memiliki sedikit riasan. 

 India
Ganteng itu berotot, itulah standar mutlak di India. Ditambah penampilan yang rapi, miliki berewok dan rambut yang klimis. Soal warna kulit tergantung kadang coklat, kadang putih.
Italia
Fashion menentukan kegantengan seorang Pria Italia (ini agak aneh) ditambah tatapan mata yang tajam (ini juga saya suka), dan sedikit berewokan.


Inggris
Tato (minimal punya dua tato) menjadi salah satu standar kegantengan di Inggris, selain itu harus berotot dan berewokan (rapi)

Kuwait
Negara ini mewakili hampir seluruh standar kegantengan di wilayah Asia Barat (a.k.a Timur Tengah). Seperti berbadan tegap, berkulit coklat dan berjanggut, pokoknya maskulin gitu.

Rasa Percaya Diri
Ini sebenarnya dimiliki oleh semua pria di dunia, sehingga standar-standar di atas tidak  menjadi tolak ukur bagi mereka. Coba saja kalian tansyakan pada mereka, “siapa yang paling ganteng. Kamu atau Adipati Dolken?” Pasti dijawab “Ya akulah”
Kalau ada yang ragu-ragu berarti rasa percaya dirinya wajib dipertanyakan. Kalau mereka jawab seperti yang saya tulis di atas berarti mutlak mereka tidak tahu diri😝

Tapi memang rasa percaya diri para pria sering membuat saya iri
Budaya tak berdaya dalam mempengaruhi standar kegantengan para pria, lihat saja sifat maskulinitas menjadi standar kegantengannya pria. Memang ada beberapa negara yang melihat sifat feminitas dari pria tetapi pada batas media massa di negara tersebut dan tidak mempengaruhi arti dari kegantengan yang mutlak.

Sekian dulu pembahasan yang tidak penting para pria tetapi penting bagi para wanita. Semoga bisa dibaca, dikomentari dan dibagikan ke akun media sosial kalian😂

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya disalah artikan kajia

Tak Ada Makan Siang Gratis Dalam Mencapai Kemajuan Negara

  Sumber : Kemeperkraf Indonesia        Beberapa waktu yang lalu saya mengerjakan sebuah tugas ujian akhir semester, ada pertanyaan yang menarik tentang relasi konsep kepemimpinan otoriter dan kemajuan suatu negara. Diambilah contoh Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sebagai negara pembanding untuk membuktikan kepemimpinan otoriter turut serta dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia, mungkin diambil contoh pada masa orde baru, di mana Indonesia seketika berubah dari negara miskin menjadi negara yang memiliki power di Asia bahkan dijuluki sebagai Macan Asia di bawah kepemimpinan otoriter.      Jika dilihat secara umum, memang ada benarnya karena perencanaan dan pengawasan yang lebih terpusat. Sistem otoriter membuat segala keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa harus membuang waktu dan uang hanya untuk duduk berdiskusi di dalam parlemen. Jika dicari kesamaan dari Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, mereka memang berubah menjadi negara maju terkhususnya dalam bidang ekonomi setel

Darurat Dialektika dan Drakor

Seorang teman menyarankan saya untuk menonton Video tanya jawab Rocky Gerung dengan anak-anak muda perihal dinamika politik yang dibalut atau dibenarkan melalui pertanyaan-pertanyaan di dunia teknologi yang bagi saya tidak terlalu menarik. Dari kalimat “Lu kan suka sejarah” membuat saya tertantang mengingat Rocky Gerung pernah menemui moment “diam” sejenak saat pernyataannya disanggah oleh Sujiwo Tejo mengenai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Sejarah... Apa yang saya temukan selain ide tentang masa depan Demokrasi Indonesia, kemanusiaan dan sebagainya dengan melalui sudut pandang Filsuf Yunani. “ Rocky Gerung : Alasan Kita Darurat Dialektika” Sebuah judul yang menghantarkan ingatan saya ketika masih berstatus mahasiswa, ada seorang dosen mata kuliah kewirausahaan yang tersinggung saat teman saya mempertanyakan materi kuliah yang tak sesuai dengan kenyataan yang dia temui ketika berdagang bersama orang tuanya. Pertanyaan itu akhirnya membuat teman saya mendapatkan nilai D karena dian