Skip to main content

5 TIPS MENGHADAPI KULIAH KERJA NYATA (KKN) TERBARU




Teman-teman pasti tidak asing dengan istilah Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sering dilakukan oleh semua kampus di Indonesia tanpa terkecuali). KKN secara ringkas dapat diartikan sebagai pengaplikasian ilmu pengetahuan di dalam masyarakat. Untuk pengertian yang lebih jelasnya, bisa kalian dapatkan saat pembekalan KKN. Kalau tidak salah saya pernah membaca satu buku yang memberi pendapat bahwa kegiatan KKN ini terinspirasi dari kegiatan para sastrawan Indonesia (sekitar tahun 1950an-1960an) yang sering masuk ke desa-desa terpencil untuk melihat kondisi masyarakat desa kemudian memaparkan keadaan tersebut melalui karya sastra mereka. Tapi kalau yang saya dengar dari materi pembekalan KKN yang saya ikuti, katanya ini atas inisiatif para mahasiswa tahun 1970an, tidak disebutkan tentang para sastrawan. Well…. Soal sejarah KKN masih banyak sumber yang bisa kita jadikan pertimbangan fakta. Kita lanjut saja pada tips KKN yang ingin saya bagikan.

TIPS 1 : RAJIN MENGIKUTI PEMBEKALAN KKN
Rajin-rajinlah kalian mengikuti pembekalan ini agar kalian dapat menemukan garis besar dari program-program yang ingin kalian lakukan selama di desa. Untuk mahasiswa/i FKIP, seni, teknik dan ekonomi biasanya gampang untuk membuat program KKN di desa-desa. Tetapi anak FISIP dan HUKUM biasanya keringat halus saat harus menyusun program tersebut. Bukan ingin menciutkan tetapi terkadang kita juga bingung  bagaimana mau memecahkan masalah di desa-desa? Sementara memecahkan masalah IPK saja jatuh bangun aku mengejarnya (pengalaman saya)
Jangan ciut dulu, selama masih bisa mengikuti kegiatan pembekalan, kalian akan tetap mendapatkan ide untuk menyusun program KKN di desa-desa.

TIPS 2 : PEMILIHAN LOKASI KKN
Pilih di kota atau di desa ya….? Ini dilemma bagi para mahasiswa/i yang akan melakukan KKN. Biasanya ada kampus yang mengharuskan semua mahasiswa/i melakukan KKN di desa bukan di kota. Tetapi, karena beberapa pertimbangan ada juga yang mengizinkan mahasiswa/i untuk KKN di Kota, seperti karena alasan mahasiswa/i ingin menyelesaikan skripsinya (menyusun hasil penelitian) sehingga tidak ingin KKN jauh dari lokasi kampus “sambil mendayung, dua tiga pulau terlampaui”
Kota atau Desa? Saya sarankan teman-teman untuk memilih lokasi KKN di desa, karena berdasarkan pengalaman saya, KKN di desa itu jauh lebih baik dan bermanfaat dibandinngkan di Kota (peribahasanya ‘buat apa menggarami air laut’) buat apa berbagi ilmu kita di kota toh juga tidak ada manfaatnya. Orang kota juga cenderung tidak begitu peduli dengan kerja keras kita. Berbeda dengan di desa, kita justru menambah pengalaman baru, teman baru, rasa kekeluargaan yang kuat dan adik-adik kecil yang antusias untuk belajar bersama kita. Kita juga tidak perlu terlalu banyak membuang biaya jika di desa karena semua bahan sudah tersedia oleh alam dan didapat dengan gratis. Bukan seperti di kota yang apa-apa harus pakai uang (seketika kita mengalami kanker → kantong kering). Di desa juga, rasa kebersamaan kita dalam kelompok lebih terasa dinamis (ya kita tak akan sungkan untuk tertawa,bertengkar, berbaikan, tertawa dan bertengkar lagi. Kemudian saling merindukan satu sama lain ketika sudah kembali ke kota) jadi rindu sama orang-orang desa tempat KKN dulu….

TIPS 3 : MEMILIH DAN MENYUSUN PROGRAM KELOMPOK DAN INDIVIDU KKN
Untuk program kelompok sendiri tidak perlu terlalu banyak dipikirkan, toh masing-masing anggota wajib memberikan satu usulan ide untuk program kelompok. Jadi beban tidak ditanggung kalian sendiri.
Program individu ini membutuhkan ketelitian dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Jika kalian memilih desa maka harus lebih berhati-hati dalam menyusun program. Program-program yang memerlukan listrik sebaiknya dihindari karena kita tak pernah tahu apakah desa tempat tujuan kita sudah mendapatkan aliran listrik atau belum. Berdasarkan pengalaman, saya pernah menyusun program individu KKN yang berhubungan dengan internet, eh…. Setelah sampai di desa lokasi KKN ternyata belum ada listrik, sehari-hari penduduk hanya memanfaatkan tenaga surya yang tidak  begitu besar dayanya, paling mentok hanya untuk memberikan penerangan di malam hari. Akhirnya saya batalkan program tersebut. Walaupun sebelum menyusun program KKN, kita diberikan waktu untuk observasi selama tiga hari, ya… tetap saja tidak akan cukup untuk membuat sebuah program. Untuk di kota, sebaiknya menyiapkan uang yang banyak untuk membeli bahan-bahan perlengkapan program KKN.

TIPS 4 : BERSOSIALISASI DAN RAMAH
Jika kita memilih desa sebagai lokasi KKN kita, maka sehari setelah tiba di lokasi KKN, kita harus rajin bersosialisasi dengan warga desa. Hilangkan semua rasa sungkan kalian untuk menyapa warga desa, beri salam jika bertemu mereka. Sesekali belajarlah istilah dalam bahasa daerah mereka, dengan begitu mereka akan lebih senang menjamu kita di rumah mereka. Jangan bersikap sombong karena itu bukan daerah kekuasaan kalian. Jalin hubungan yang baik dengan para perangkat pemerintahan desa supaya kalian bisa memiliki akses dalam mengumpulkan profil desa. Oh ya… setiap KKN di desa, kita akan mendapatkan orang tua asuh (tidak ditunjuk secara resmi oleh pihak kampus, tetapi hal itu selalu ada) yang senantiasa membantu kita selama KKN.

TIPS 5 : MELAKUKAN DOKUMENTASI SETIAP HARI
Dokumentasi yang dimaksud bukan hanya tentang pengambilan foto selama melakukan kegiatan KKN tetapi mencatat kegiatan yang telah dilakukan setiap hari selama di tempat KKN (Individu dan Kelompok) sebisa mungkin semua anggota  kelompok membuat catatan tersebut, ya… seperti buku harian begitulah. Ini bertujuan agar saat menyusun laporan kalian tidak harus pusing menjabarkan kegiatan yang telah kalian lakukan. Memang sudah dibagikan form dari kampus untuk diisi oleh mahasiswa KKN selama melaksanakan program KKN, tetapi apa salahnya jika kalian juga mempunyai catatan pribadi.

DEMIKIANLAH TIPS KKN YANG DAPAT SAYA BAGIKAN. TIPS INI BERDASARKAN PENGALAMAN SAYA. JIKA KALIAN PUNYA PENGALAMAN LAINNYA SELAMA KKN, BISA KALIAN BAGIKAN JUGA KEPADA JUNIOR-JUNIOR KITA

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya disalah artikan kajia

Tak Ada Makan Siang Gratis Dalam Mencapai Kemajuan Negara

  Sumber : Kemeperkraf Indonesia        Beberapa waktu yang lalu saya mengerjakan sebuah tugas ujian akhir semester, ada pertanyaan yang menarik tentang relasi konsep kepemimpinan otoriter dan kemajuan suatu negara. Diambilah contoh Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sebagai negara pembanding untuk membuktikan kepemimpinan otoriter turut serta dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia, mungkin diambil contoh pada masa orde baru, di mana Indonesia seketika berubah dari negara miskin menjadi negara yang memiliki power di Asia bahkan dijuluki sebagai Macan Asia di bawah kepemimpinan otoriter.      Jika dilihat secara umum, memang ada benarnya karena perencanaan dan pengawasan yang lebih terpusat. Sistem otoriter membuat segala keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa harus membuang waktu dan uang hanya untuk duduk berdiskusi di dalam parlemen. Jika dicari kesamaan dari Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, mereka memang berubah menjadi negara maju terkhususnya dalam bidang ekonomi setel

Darurat Dialektika dan Drakor

Seorang teman menyarankan saya untuk menonton Video tanya jawab Rocky Gerung dengan anak-anak muda perihal dinamika politik yang dibalut atau dibenarkan melalui pertanyaan-pertanyaan di dunia teknologi yang bagi saya tidak terlalu menarik. Dari kalimat “Lu kan suka sejarah” membuat saya tertantang mengingat Rocky Gerung pernah menemui moment “diam” sejenak saat pernyataannya disanggah oleh Sujiwo Tejo mengenai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Sejarah... Apa yang saya temukan selain ide tentang masa depan Demokrasi Indonesia, kemanusiaan dan sebagainya dengan melalui sudut pandang Filsuf Yunani. “ Rocky Gerung : Alasan Kita Darurat Dialektika” Sebuah judul yang menghantarkan ingatan saya ketika masih berstatus mahasiswa, ada seorang dosen mata kuliah kewirausahaan yang tersinggung saat teman saya mempertanyakan materi kuliah yang tak sesuai dengan kenyataan yang dia temui ketika berdagang bersama orang tuanya. Pertanyaan itu akhirnya membuat teman saya mendapatkan nilai D karena dian