Skip to main content

FANFICTION (FF) HARRY POTTER : ANCIENT BLOOD (ENDING)

Di dimensi yang lain, George memuji Dean karena bisa menipu para wanita

"Kau dan Rajendra benar-benar hebat. Sesekali ajarkan kami mantra itu" kata George

"Bisa... Asalkan ada kemauan kuat!" Balas Rajendra

"Di sana. Sepertinya di sana" Rajendra menunjuk ke suatu lembah Sabana yang luas. Dean sendiri bisa melihat Rukhsyana dari kejauhan bersama Amerta.

"Sial! Cukup jauh. aku lelah berjalan! Kita melakukan apparatte saja." Lanjut Rajendra

"Bisa saja tapi, mereka akan mengetahuinya." Ucap Harry.

"Sebaiknya kita tunggu di sini." Kata Neville.

"Aku tak bisa berdiam diri saja di sini." Dean menolak untuk berhenti.


"Sebaiknya jangan pergi dulu. Ada yang aneh di sana. Kita tidak mengetahui mana lawan dan mana kawan."Ron mencegah niat Dean.

"Benar. Sebaiknya kita tunggu saja!" Ucap Rajendra sambil berbaring di tanah dengan santai. 

"Apakah kita tidak akan terlihat jika berdiri di sini?" Tanya Seamus pada Rajendra

"Tidak! Aku sudah memantrai keberadaan kita. Mereka tidak akan bisa kita. Tunggu disini saja Tuan Finnigan. Beristirahat sebentar karena setelah keluar dari sini anda akan mengalami semacam Jet Lag." Ucap Rajendra dengan santai



"Aku menyukai anak ini" ucap George sambil menunjuk ke arah Rajendra

Harry merasa aneh dengan sikap Rajendra yang begitu santai, padahal ayahnya baru saja meninggal.

"Apa kau tidak merasa sedih?" Tanya Harry pada Rajendra

"Sedih tentang?" Rajendra bertanya balik pada Harry

"Ayahmu baru saja meninggal. Dan kau sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kesedihan." Balas Harry sambil melihat ke kiri dan kanan untuk mengkonfirmasi pernyataan melalui ekspresi teman-temannya

"Tuan Potter, perlu alasan kuat untuk membuat suasana hatiku berubah."  Rajendra menjawab dengan senyum yang tipis.

"Kau benar-benar gila..." Ron semakin merasa aneh dengan Rajendra

Rajendra dengan santai memejamkan matanya tanpa memperdulikan ucapan Ron.

Selama 1 jam mereka menunggu, akhirnya para penjelajah malam pun tiba. Seamus membangunkan Rajendra.

"Hei... Bangun. Bangunlah! Mereka sudah tiba." Ucap Seamus untuk membangunkan Rajendra

Semua orang yang bersama Rajendra terkejut melihat penampakan Penjelajah Malam yang datang tanpa menggunakan kendaraan apapun. Mereka hanya menggunakan lubang antar dimensi. 

"Baiklah tuan-tuan, persiapkan tongkat kalian." Rajendra mulai memberikan aba-aba

"Saat kalian membuka mata kalian, langsung saja keluarkan mantra apapun untuk melumpuhkan musuh kalian. Pikirkan cepat mantra mau kalian keluarkan nanti." Rajendra memberi saran pada Harry dan kawan-kawan.

"Sial! Aku semakin gugup karena anak ini." Seamus kesal mendengar saran Rajendra

Mereka memperhatikan dengan saksama siapakah para Penjelajah Malam. Tiba-tiba Rajendra menggumam

"Dasar Bajingan! Sudah kuduga itu dia. Dia akan mati hari ini." Ucap Rajendra setelah melihat seorang pria berperawakan tinggi besar yang membuka penutup kepalanya.

Tiba-tiba Amerta berbalik melawan Rukhsyana. Ternyata Amerta adalah orang yang melemparkan kutukan pembunuh untuk anak Rukhsyana dan Dean. 

"Kau tidak menyangka bukan, Yuvarani?" Tanya Amerta dengan sinis

"Kalian membuatku sedikit terkejut." Ucap Rukhsyana yang seperti tidak menduga kalau dirinya masuk dalam jebakan

"Aku membawa kejutan yang lebih besar lagi." Ucap Amerta.

"Salam bagimu Yuvarani." Orang itu ternyata adalah Maharani Isyana

"Ibu?" Rukhsyana tidak percaya dengan apa yang dia lihat.


"Bukankah sudah kubilang padamu selain keluarga, kau tak bisa mempercayai siapapun." Ucap Maharani Isyana

"Dan Kau adalah ibuku." Balas Rukhsyana dengan air mata yang tertahan pada kelopak matanya

"Ibu Tiri." Jawab Maharani Isyana dengan ekspresi yang dingin.

"Mengapa kau membunuh anakku?" Tanya Rukhsyana

"Dia adalah penghalang bagiku untuk mendudukkan anakku sebagai penerus Tahta." Maharani Isyana memberikan jawaban yang sangat jahat pada Rukhsyana.

Dari kejauhan Dean dan kawan-kawan bisa mendengarkan percakapan Rukhsyana dan Maharani Isyana. Harry kemudian melirik ke arah Rajendra.

"Aku juga bukan anak kandungnya. Jadi anda tidak bisa menyerangku, Tuan Potter." Ucap Rajendra yang paham kalau Mereka masih mencurigainya.

Tiba-tiba, seorang prajurit Ancient Blood, menerobos dan mendorong Rukhsyana untuk menyingkir dari hadapan Maharani Isyana, ternyata itu adalah Maharaj Suryavanshi yang menyamar sebagai seorang prajurit.

Dean sangat terkejut melihat Mertuanya seperti baru bangkit dari kematian.

ALUR MUNDUR

Saat mengetahui dirinya akan diracun, Suryavanshi memantrai dirinya sendiri dengan mantra Māraka ātma . Dia bahkan membuat tampilan dirinya seperti orang penyakitan. Dia sendiri mengutus Rajendra mencari dan mengeksekusi Taraksa setelah mendapatkan informasi orang-orang yang terlibat dalam penyerangan keluarga Thomas. Selain Rajendra tidak ada yang mengetahui rencana Suryavanshi. Drama kematian Suryavanshi adalah isyarat bagi Rajendra untuk menemui Rukhsyana dan membantu menghimpun kekuatan untuk membalaskan dendam Rukhsyana. Sebelumnya, Suryavanshi kemudian melakukan sihir Rūpāntara untuk mengubah wajahnya seperti pasukan dari Amerta

***************

"Berapa lama lagi kita harus menunggu?" Tanya Dean pada Rajendra

"Tunggu isyarat dari Rama." Jawab Rajendra

Waktu yang ditunggu pun tiba. Suryavanshi dan Isyana mulai saling melempar mantra.

"Sekarang!" Teriak Rajendra sambil memegang tangan Dean dan Ron kemudian berpindah tempat ke lokasi perkelahian

Ketika Ron dan Dean membuka mata mereka langsung mengayunkan tongkat mereka untuk menyerang para pasukan Isyana

Tidak sampai sedetik, giliran Seamus dan Harry. Ternyata Rajendra memiliki kemampuan dalam hal kecepatan dan ketepatan yang sangat luar biasa. Dalam waktu 3 detik semua rombongan mereka telah berada di Medan tempur. Rajendra kemudian bertarung dengan Wibasa yang merupakan anak kandung Maharani Isyana.

"Rukhsyana!" Teriak Dean saat meraih tangan Rukhsyana.

"Kau tak boleh berada di sini. Ini bukan pertempuranmu" Ucap Rukhsyana yang langsung memeluk Dean.

"Ini pertempuranku, karena istriku berada di dalamnya." Jawab Dean. Kemudian keduanya saling bekerjasama dalam pertempuran dengan pasukan Isyana.

Ron,  Harry dan lainnya hanya menggunakan mantra Sectumsempra dan Avada Kedavra karena hanya dua mantra itu yang mampu menghambat gerak para penyihir Ancient Blood dalam waktu yang lama. 

Dean dan Rukhsyana bertarung dengan Amerta. Isyana bertarung dengan Suryavanshi, sedangkan Rajendra bertarung dengan Wibasa. 

"Bagaimana bisa kau melihat wajahku setelah membunuh anakku?" Rukhsyana menahan amarahnya terhadap Amerta

"Anak itu pantas mati." Jawaban Rukhsyana membuat Dean naik pitam dan melontar mantra "Avada Kedavra!" Kepada Amerta

Melihat suaminya membuat tubuh Amerta menjadi kaku, Rukhsyana kemudian berjalan ke arah Amerta dan dengan ekspresi yang dingin, Rukhsyana mengeluarkan sihir yang sangat menyakitkan bagi para penyihir Ancient Blood

Raut wajah Rukhsyana berubah dingin karena dirinya mulai menggunakan mantra yang sangat gelap 


"Awalnya aku berusaha mengampuniku, tetapi jawabanmu membuatku menarik kembali pikiran itu. Narakada sūji..!" Rukhsyana melemparkan kutukan jarum neraka yang membuat Amerta merasa tertusuk oleh jarum yang sangat panas berkali-kali. Kutukan ini tidak menimbulkan luka luar tetapi membuat organ dalam Amerta hancur secara perlahan. Kegilaan akan menghampiri Amerta sebelum ajal menjemputnya.

Teriakan kesakitan Amerta kemudian diredam oleh Rukhsyana dengan mantra "Śabdavillade"

Kemudian Rukhsyana menghancurkan semua penyihir Ancient one yang telah dibuat kaku oleh Harry dan kawan-kawan

"Oggūḍi!" Rukhsyana mengumpulkan para penyihir Ancient Blood yang dianggapnya sebagai pengkhianat.

"Dhūḷininda" Kemudian Rukhsyana menghancurkan mereka menjadi abu.



Rajendra sendiri menghajar Wibasa dengan semua sihir yang dia miliki.

Wibasa adalah tandingan yang sepadan denga Rajendra. 

"Bajingan tidak tahu malu! Kau pikir siapa dirimu bisa menduduki tempat Ramaku? Anjing yang diberikan makan ternyata bisa saja menggigit tangan tuannya." Rajendra menghina Wibasa yang dianggap telah berkhianat terhadap kebaikan Suryavanshi.

"Rakta nintuhōyitu!" Wibasa mengeluarkan sihir untuk membuat peredaran darah Rajendra terhenti. Tetapi Rajendra berhasil menghindar dan membalas dengan sihir

"Rakta viṣa!"  Rajendra membalas dengan cepat menggunakan mantra meracuni darah Wibasa. Sihir ini membuat darah orang terkena sihir Rakta viṣa menjadi racun bagi dirinya sendiri.

Wibasa pun jatuh tersungkur dan memuntahkan banyak darah berwarna hitam. Melihat putranya telah meninggal Maharani Isyana histeris dan melemparkan sihir "Mūḷe karaguvike" ke arah Rajendra tetapi dihalangi dengan sihir "Rivarsar" oleh Suryavanshi. Sihir itu pun kembali ke arah Isyana. Seketika Isyana terbunuh oleh sihir yang dia lemparkan sendiri.

 Harry dan kawan-kawan merinding melihat secara langsung efek dari mantra sihir Ancient Blood. Tak ada satu pun sihir yang memberikan kesempatan hidup dalam perkelahian antar para Ancient Blood.

"Rama..." Rukhsyana berlari memeluk ayahnya

"Apa aku membuatmu sedih?" Tanya Suryavanshi pada anaknya

"Tipuan kalian membuatku hampir kehilangan akal." Rukhsyana merasa kesal telah dibohongi oleh ayah dan adiknya. 

"Syukurlah anda selamat." Ucap Dean  terhadap mertuanya

"Rama... Bagaimana dengan semua ini? Apakah kita bawa atau kuburkan di sini?" Tanya Rajendra

"Kuburkan di sini." Jawab Suryavanshi

Rajendra kemudian mengumpulkan abu dan tubuh anggota Penjelajah Malam dan membuat sebuah kuburan besar. Setelah itu, Suryavanshi memberikan mantra "Kaḷeduhōyitu mattu lāk māḍalāgide" mantra itu membuat kuburan tersebut tak terlihat oleh siapapun. Dan terkunci bagi mereka yang berada di dalamnya atau diluarnya.

"Kita bisa pulang sekarang?" Tanya Rajendra kepada Ayahnya.

"Mari kita pulang!" Jawab Suryavanshi

"Ya itu ide yang bagus." Sahut Seamus yang mulai tidak betah berada di tempat anta berantah tersebut.

Rajendra kemudian membuka lubang antar dimensi yang terhubung langsung dengan rumahnya Dean.

 "Hah... Akhirnya sampai juga" Ron dan Seamus merasa lega, tetapi mereka disambut oleh omelan Hermione, Ginny, Hannah, dan lainnya

"Bagaimana bisa kalian pergi begitu saja. Ini sudah 4 hari. Kalian membuat kami ketakutan." Hermione memarahi Ron dan Harry.

"Ini baru 4 jam lebih. Apa? 4 hari?" Ron terkejut mengetahui bahwa dia tidak tidur selama 4 hari

"Aku butuh tidur." Seamus kemudian berjalan dengan tertib dan tidur di kamar tidur tamu diikuti Neville, Ernie dan George. 

"Anak itu mengatakan Jet Lag. Ini jelas bukan Jet Lag." Gerutu George. 

"George? Kita harus membicarakan sesuatu" Angelina terlihat kesal

"Kau boleh memarahiku, tetapi ijinkan aku tidur sebentar. Sudah 4 hari aku tidak tidur. Bajingan kecil itu menipuku" George kemudian menjatuhkan dirinya di kasur yang telah ditiduri oleh Seamus, Ernie dan Neville.

"Tuan-tuan tolong sebutkan alamat kalian dan aku akan mengantarmu ke depan rumah agar kalian bisa beristirahat." Rajendra menawarkan bantuannya kepada anak buah Harry.  Setelah menyebutkan alamat mereka masing-masing, Rajendra mengantar mereka langsung ke depan pintu rumah mereka. Bahkan beberapa langsung diantar ke kamar tidur mereka. Rajendra kembali dalam hitungan 10 detik dan menawarkan untuk mengantar Ron dan Harry ke The Burrow.

"Biar kami tidur sementara di sini" ucap Ron sebelum jatuh pingsan karena kelelahan. Harry pun demikian lalu dibawa Rajendra ke ruang tamu. 

"Kau tidak memperingatkan mereka?" Tanya Rukhsyana pada Rajendra

"Sudah aku beritahu tapi mereka tidak percaya" jawab Rajendra

"Kau hanya mengatakan Jet Lag tadi." Sahut Dean yang juga mulai kelelahan

"Jet Lag...? Rajendra! Itu bukan penjelasan. Kau memang...." Rukhsyana kesal dengan sikap adiknya yang sering mengerjai orang lain, Rajendra pun kabur sebelum dihajar oleh kakaknya.

"Akka, juga sebaiknya beristirahat, jangan sampai kelelahan. Kasihan janinmu!" Teriak Rajendra dari jauh. Rukhsyana terkejut mendengar ucapan Rajendra

"Apa yang dia katakan? Janin siapa?" Dean mencoba memastikan apa yang dia dengar

"Sepertinya aku hamil, Dean." Rukhsyana ragu-ragu

"Apa? Oh terima kasih." Dean memeluk Rukhsyana dengan penuh kegembiraan

"Yang benar? Oh ini kabar bahagia." Hannah Abbott tidak bisa menutupi kegembiraannya

"Ini berakhir dengan indah." Hermione pun terharu

Dean kemudian mengajak Rukhsyana dan Suryavanshi masuk ke dalam rumah untuk beristirahat.

"Rama beristirahatlah di Kamar kami. Aku dan Dean beristirahat di kamar Benedict" ucap Rukhsyana sambil mempersilahkan ayahnya untuk masuk beristirahat.

"Tidak. Biarkan aku berada di kamar Ashirvad." Suryavanshi menolak dan menunjuk ke kamar almarhum cucunya. 

"Baiklah kalau begitu Rama." Rukhsyana menyetujui keinginan ayahnya.

Suryavanshi memasuki kamar Benedict dan melihat barang-barang sang cucu dan menangis.

"Kau benar-benar kembali dan membalas semua perbuatan para Penjelajah Malam." Suryavanshi merasakan janin yang ada di dalam kandungan Rukhsyana adalah reinkarnasi dari Benedict.

"Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan sebagai seorang Kakek." Lanjut Suryavanshi, kemudian, dia melakukan mantera Permurnian untuk menghilangkan mantera Devvada gurāṇi dari dalam diri Rukhsyana. Hanya Suryavanshi yang mampu menggunakan mantera tersebut tanpa menyakiti Rukhsyana tetapi pada akhirnya Suryavanshi harus memindahkan kutukan Rukhsyana ke dalam dirinya. Mantera Permurnian yang dilakukan Suryavanshi merupakan mantera pengorbanan karena pada dasarnya penyihir yang dimanterai mantra pemurnian harus merasakan rasa sakit yang luar biasa untuk mengeluarkan semua kutukan dari dalam dirinya, tetapi karena tidak ingin membuat Rukhsyana mengalami rasa sakit, Suryavanshi memilih untuk memindahkan kutukan tersebut ke dalam dirinya sendiri.

(TAMAT) 

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya disalah artikan kajia

Tak Ada Makan Siang Gratis Dalam Mencapai Kemajuan Negara

  Sumber : Kemeperkraf Indonesia        Beberapa waktu yang lalu saya mengerjakan sebuah tugas ujian akhir semester, ada pertanyaan yang menarik tentang relasi konsep kepemimpinan otoriter dan kemajuan suatu negara. Diambilah contoh Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sebagai negara pembanding untuk membuktikan kepemimpinan otoriter turut serta dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia, mungkin diambil contoh pada masa orde baru, di mana Indonesia seketika berubah dari negara miskin menjadi negara yang memiliki power di Asia bahkan dijuluki sebagai Macan Asia di bawah kepemimpinan otoriter.      Jika dilihat secara umum, memang ada benarnya karena perencanaan dan pengawasan yang lebih terpusat. Sistem otoriter membuat segala keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa harus membuang waktu dan uang hanya untuk duduk berdiskusi di dalam parlemen. Jika dicari kesamaan dari Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, mereka memang berubah menjadi negara maju terkhususnya dalam bidang ekonomi setel

Darurat Dialektika dan Drakor

Seorang teman menyarankan saya untuk menonton Video tanya jawab Rocky Gerung dengan anak-anak muda perihal dinamika politik yang dibalut atau dibenarkan melalui pertanyaan-pertanyaan di dunia teknologi yang bagi saya tidak terlalu menarik. Dari kalimat “Lu kan suka sejarah” membuat saya tertantang mengingat Rocky Gerung pernah menemui moment “diam” sejenak saat pernyataannya disanggah oleh Sujiwo Tejo mengenai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Sejarah... Apa yang saya temukan selain ide tentang masa depan Demokrasi Indonesia, kemanusiaan dan sebagainya dengan melalui sudut pandang Filsuf Yunani. “ Rocky Gerung : Alasan Kita Darurat Dialektika” Sebuah judul yang menghantarkan ingatan saya ketika masih berstatus mahasiswa, ada seorang dosen mata kuliah kewirausahaan yang tersinggung saat teman saya mempertanyakan materi kuliah yang tak sesuai dengan kenyataan yang dia temui ketika berdagang bersama orang tuanya. Pertanyaan itu akhirnya membuat teman saya mendapatkan nilai D karena dian