Skip to main content

FANFICTION (FF) HARRY POTTER : ANCIENT BLOOD (Part. 3)

 (SAMBUNGAN KE-3)

Dean dan Rukhsyana setuju untuk memakamkan Benedict di Godric's Hollow. Sebelum berangkat ke Godric's Hollow, mereka menyinggahi rumah Dean Thomas untuk mengambil mainan kesayangan Benedict, sebuah kerincing dan segenggam tanah pekarangan mereka. Rukhsyana percaya bahwa jika jiwa Benedict berenkarnasi maka tanah tersebut akan membawa ingatan Benedict terhadap kedua orang tuanya. Saat Dean dan Rukhsyana masih berada di Pekarangan rumah mereka. Harry tiba bersama rombongan Maharaj Suryavanshi. Melihat ayahnya datang, Rukhsyana tidak dapat menahan air matanya lagi. Dia menangis sekecang-kencangnya

"Rama, mereka membunuh putraku. Mereka melakukannya. Mereka mengambil darah dagingku." Rukhsyana seperti mengadu pada ayahnya sambil menunjukkan jenazah Benedict

Suryavanshi pun menangis melihat jenazah cucunya yang digendong Rukhsyana.

"Aaakkh.... Nā pēda manavaḍu. Veḷli veyyi du.Khālanu vadilivēyaṇḍi. Mīru kotta ānandantō maḷḷī mā jīvitālaku raṇḍi (Cucuku yang malang. Pergi dan meninggalkan seribu duka. Semoga kau datang lagi dalam kehidupan kami dengan kebahagiaan yang baru)" Sebuah ungkapan duka diberikan oleh Suryavanshi sambil memeluk cucunya.

Dean menangis melihat istrinya begitu menderita akan kehilangan anak mereka. Rajendra melihat ke arah Dean seakan-akan merendahkan kemampuan saudara iparnya. 

Molly, Arthur dan semua yang mengantar Dean dan Rukhsyana tak kuasa menahan kesedihan mereka. 

Setelah selesai menguburkan jenazah Benedict. Maharaj Suryavanshi pamit kembali ke Adśya rājya. Kediaman Keluarga Suryavanshi. 

"Rama. Apa yang terjadi? Apa yang mereka rencanakan?" Rukhsyana bertanya pada Suryavanshi.

"Anakku, apa kau mengenal salah seorang yang menyerangmu?" Suryavanshi mencoba mencari informasi awal tentang Para Penjelajah malam.

"Taraksa. Saat aku melihat dia, aku tahu keluargaku dalam bahaya." Jawab Rukhsyana

"Apa kau menggunakan mantra Devvada gurāṇi?" Tanya Suryavanshi

"Iya, aku tidak punya pilihan lain. Aku tahu ini akan menjadi kutukan bagi diriku." Rukhsyana pasrah akan kutukan yang diterimanya nanti

"Tidak. Aku akan melakukan Śuddīkaraṇa untukmu." Suryavanshi menenangkan putrinya

Rukhsyana tersenyum dan melihat ke arah Hermione.

"Rama tahu gadis berambut pirang yang berdiri di sana? Hermione dia juga memiliki keyakinan yang sama, walaupun dia seorang Bāhya tetapi dia juga memikirkan hal yang sama." Ujar Rukhsyana.

"Benarkah? Aku tidak menyangka ada seorang Bāhya mau mempelajari Śuddīkaraṇa." Suryavanshi terkagum-kagum dengan Hermione

Saat mereka sedang berbincang Rajendra datang dan menyapa kakaknya.

"Akka... " Suara Rajendra sambil memeluk Rukhsyana. Rajendra memang memiliki sikap yang dingin dengan orang lain tetapi dia sangat menyayangi Rukhsyana

"Aku minta maaf karena tidak berada di sampingmu saat kejadian buruk itu terjadi." Rajendra menyesal dengan keadaan kakaknya

"Jika Dean adalah seorang Ancient Blood, pasti semua ini tidak akan terjadi." Rajendra menyalahkan ketidakmampuan Dean dalam melindungi keluarganya.

"Jangan bicara seperti itu. Dean tidak melakukan kesalahan apapun. Akulah yang salah karena menyembunyikan identitasku sebagai seorang Ancient Blood. Aku berpura-pura sebagai seorang Mandha (red- Mantravidya andha/ buta sihir) pada semua orang di sana." Rukhsyana membela suaminya dihadapan ayah dan adiknya.

Suryavanshi hanya tersenyum melihat putrinya telah menjadi seorang istri yang bijak.

"Rajendra. Selepas dari sini, kau harus mencari Taraksa. Dia merupakan salah satu orang yang menyerang kakakmu dan Dean." Suryavanshi memberikan perintah pada Rajendra

"Taraksa? Biadap! dia membalas kebaikanku dengan darah keponakanku sendiri." Rajendra kaget mendengar nama Taraksa

"Apa maksudmu?" Tanya Rukhsyana

" 3 tahun yang lalu dia hampir dibunuh oleh para Pemburu dari Lokahita. Aku membelanya dan menyelamatkan nyawa Taraksa. Jika aku tahu seperti ini, maka kubiarkan dia mati saja." Ucap Rajendra.

Rukhsyana menahan amarahnya di depan ayah dan adiknya. Dean pun mendekati Rukhsyana, dan berniat berbincang singkat dengan mertua dan iparnya yang tidak pernah ditemui sebelumnya.

"Dean... Kemarilah." Suryavanshi menyambut menantunya 

"Aku menyesal karena tidak memberi restu pada kalian dulu. Sifat aroganku telah membuat kalian terbebani." Suryavanshi menyampaikan penyesalannya

"Aku juga meminta maaf." Ucap Dean

"Itu bukan salahmu. Akulah yang tidak memberitahukan kejujuran padamu." Rukhsyana menyanggah permintaan maaf suaminya sambil menggenggam tangan Dean

"Dia tidak meminta maaf untuk itu. Dia meminta maaf karena tidak mampu melawan Penjelajah Malam." Ucapan Rajendra begitu ketus dan pergi menghindari perbincangan dengan Dean.

Suryavanshi dan Rukhsyana tidak menyukai ucapan Rajendra terhadap Dean.

"Jangan dengarkan dia. Usianya masih muda, terkadang mulutnya lebih duluan berbicara kemudian baru otaknya berpikir." Rukhsyana mencoba menenangkan Dean.

"Dean.. aku menitipkan Rukhsyana kepadamu. Aku harus kembali ke tempatku dan menyelidiki siapa-siapa yang bertanggung jawab atas Penyerangan terhadap keluarga kecilmu."

"Kali ini aku akan melakukan segalanya untuk melindungi Rukhsyana." Dean berjanji kepada Suryavanshi.

"Rama, mengapa ibu tidak datang?" Tanya Rukhsyana

"Ibumu mengira kami akan membawamu pulang dan memakamkan jenazah Ashirvad di Adśya rājya. Dia menunggu di sana tetapi yang dikatakan oleh Tuan Shacklebolt benar. Kami terlebih dahulu harus mencari tahu siapa memerintahkan penjelajah Malam menyerang kalian. Itu juga sebagai bentuk tanggung jawab Rama sebagai pemimpin Ancient Blood." Jawab Suryavanshi

"Ibu, pasti kecewa mengetahui aku tidak datang bersama Rama." Ucap Rukhsyana.

"Tidak apa. Akan Rama jelaskan pada ibumu." Suryavanshi menenangkan Rukhsyana.

Setelah itu rombongan Maharaj Suryavanshi meninggalkan Godric's Hollow dan kembali ke Adśya rājya.

Susan Bones dan Hannah Abbot terus saja membicarakan Rajendra.

"Jika dia seangkatan dengan kita, pastilah dia menjadi idola para siswi di Hogwarts." Ucap Susan Bones

"Matanya yang berwarna Hijau Hazel begitu indah bahkan garis hitam yang melingkari matanya membuat dia semakin menarik." Puji Hannah


************

Dua bulan kemudian ada berita duka dikirimkan kepada Rukhsyana dari Adśya rājya. Ayahnya ditemukan tewas karena sihir Ṭirākaṉ viṣam (Racun Naga) yang akan membuat seluruh organ tubuh korbannya terbakar hangus bahkan di dalam tubuhnya secara perlahan-lahan tanpa disadari oleh korbannya. 

"Dean....Dean....Dean..." Dengan suara terisak, Rukhsyana memanggil suaminya. Kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya yang lemas, Rukhsyana terjatuh dan hanya bersandar pada meja makan mereka. Dean terkejut melihat keadaan istrinya

"Rama.. Ramaku meninggal." Rukhsyana memeluk suaminya dan menggenggam surat yang dia terima.

"Apa?" Dean kemudian menangis dan membalas pelukan Rukhsyana.

"Aku harus pergi ke Adśya rājya. Aku tidak bisa seperti ini. Mereka sudah mengambil terlalu banyak dariku." Ucap Rukhsyana.

"Aku akan menemanimu" Dean sepakat untuk pergi bersama istrinya.

Saat keduanya hendak pergi, Ron dan Harry datang mencegah mereka.




"Rukhsyana sebaiknya jangan pergi dulu." Cegat Harry

"Aku harus bersabar seperti apa lagi Potter?" Tanya Rukhsyana dengan nada kesal

"Ayahmu yang meminta seperti itu." Ron menjawab pertanyaan Rukhsyana

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Dean semakin bingung.

"Sebaiknya kita pergi ke The Burrow.. Amerta sudah berada di sana." Ron mengajak Pasangan suami-istri tersebut pergi ke rumah keluarga Weasley. 

Mendengar nama Amerta, Rukhsyana pun mau datang ke The Burrow.

Sesampainya di Burrow, Ginny menyambut mereka. Dia memeluk Rukhsyana dan menyampaikan ucapan belasungkawa. Lalu diikuti oleh Molly dan beberapa orang lainnya.

"Yuvarani (Putri Raja)..." Ucap Amerta saat bertemu Rukhsyana.

"Apa yang terjadi, Amerta?" Tanya Rukhsyana

"Raja menitipkan ini anda." Amerta mengirimkan sebuah surat yang disegel oleh segel Maharaj Suryavanshi.

Rukhsyana menerima surat tersebut kemudian membukanya. Isi surat itu adalah permintaan maaf ayahnya karena tak sanggup menemukan pembunuhan Benedict, bahkan ketika maut sudah mendekatinya. Ayahnya berharap agar kesedihan anaknya dapat digantikan dengan kebahagiaan. Suryavanshi melarang Rukhsyana dan Dean pergi ke Adśya rājya. 

"Bagaimana dengan ibu dan Rajendra?" Tanya Rukhsyana setelah membaca surat tersebut.

"Maharani masih berada di Adśya rājya. Tetapi Yuvaraj, setelah kematian Maharaj, beliau tidak terlihat lagi di Adśya rājya." Jawab Amerta.

"Maharaj berpesan untuk membawa 10 orang pasukan khusus untuk melindungi Yuvarani dan Yuvarani Pati. Maharaj khawatir bahwa Penjelajah malam akan membunuh Yuvarani." Lanjut Amerta

Harry yang mendengarkan cerita tersebut mulai curiga pada Rajendra karena Sejak awal, Rajendralah yang memaksa membawa pulang Rukhsyana. Rajendra yang selalu memandang sinis dan merendahkan Dean. Ditambah lagi Rajendra memiliki hubungan dengan Taraksa, salah satu anggota Penjelajah Malam. Setelah Amerta undur diri dari hadapan Rukhsyana, Harry dan Dean mendekati Rukhsyana dan menanyakan keputusan Rukhsyana selanjutnya. 

"Rukhsyana?" Panggil Dean

"Aku tidak tahu, apakah ini benar atau tidak. Mungkinkah Rajendra melakukan semua ini?" Tanya Rukhsyana

"Aku tak tahu." Jawab Dean



"Mohon maaf tapi sejujurnya kecurigaanku mengarah pada Rajendra. Hanya saja tidak ada bukti yang cukup kuat" ucap Harry

"Kita tidak bisa bertahan di sini. Jika ingin bertarung maka akan ada tempat yang lebih baik." Rukhsyana mulai merencanakan sesuatu. 

"Kita pergi ke rumahku saja. Kita akhiri ditempat di mana mereka memulainya." Lanjut Rukhsyana.

"Benar kata Rukhsyana." Dean setuju dengan ide istrinya.

************


Semua bersiap-siap menanti kedatangan Penjelajah Malam. Orang-orang dari kementerian sihir dan beberapa anggota bekas Laskar Dumbledore membantu Dean dan Rukhsyana untuk menghadapi penjelajah Malam.

"Kita melakukannya lagi, bukan?" Seamus terkesan bersemangat karena serasa bernostalgia

"Neville, sebaiknya jangan sampai wajahmu babak belur, karena Hannah akan semakin terpesona pada Rajendra" George mulai mengganggu Neville

"Lucu sekali." Neville menjawab dengan datar. Tetapi Ron, Dean, Ernie, dan Seamus tidak bisa menahan tertawaan mereka dengan lelucon George

Harry memberikan instruksi kepada bawahannya untuk mengawasi kediaman Dean Thomas. Selesai memberikan arahan, Harry dihampiri oleh Ginny.

"Bagaimana dengan anak-anak?" Tanya Harry pada Ginny

"Mereka semua berkumpul di The Burrow" jawab Ginny

"Sebaiknya kau, Hermione Susan, Hannah dan Angelina kembali ke the Burrow. Di sini biar kami saja yang mengatasinya. Lagi pula ada bantuan dari anggota Ancient Blood. Dan...." Harry seperti takut terjadi sesuatu yang buruk pada Ginny dan teman-temannya

"Hei... Tidak apa. Kita harus berjuang bersama. Seperti yang pernah kita lakukan dulu di Hogwarts. Bagaimana pun Dean dan Rukhsyana adalah bagian dari kita." Ginny menenangkan Harry. Harry tersenyum mendengar ucapan istrinya. Tetapi dia melihat Rukhsyana berbicara dengan Amerta dengan wajah yang serius. Harry khawatir jika Rukhsyana merencanakan hal lain. Harry mengajak Ginny menghampiri Rukhsyana.

"Apakah semuanya baik-baik saja." Tanya Harry pada Rukhsyana

"Ya... Aku hanya ingin memastikan Amerta memahami instruksiku." Jawab Rukhsyana

Langit sore pun menampilkan warna merah muda dan menenggelamkan matahari. Tiba-tiba Amerta dan sepuluh orang prajurit Ancient Blood berdiri di depan rumah dan merapalkan sebuah mantra secara bersamaan.

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Hermione pada Rukhsyana.

"Mereka sedang melakukan mantra perlindungan untuk rumah ini." Jawab Rukhsyana.

Tetapi Hermione tidak percaya begitu saja, walaupun dia bukan seorang Ancient Blood tapi dia tahu yang diramalkan oleh Amerta bukanlah sekadar Mantra Perlindungan. Saat mereka memperhatikan Amerta dengan seksama. Tiba-tiba saja Rukhsyana berdiri di depan halaman rumahnya dan mengangkat telapak tangan kanannya. Dia merapalkan mantera pembalikan dimensi, sehingga pertarungan antar para Ancient Blood tidak mengorbankan penyihir Bāhya (non Ancient Blood)

Dean menyadari bahwa istrinya tidak ingin membawanya ikut dalam pertarungan para Ancient Blood. Dia berlari dengan cepat ke arah Rukhsyana tetapi terlambat, istrinya telah selesai merapal mantra dan membalik telapak tangannya sebagai tanda mereka telah berbeda dimensi walaupun berada di tempat yang sama. Dean menangis sekeras-kerasnya, Hermione dan yang lainnya merasa sangat sedih. Harry merasa kecolongan karena tidak mampu membaca rencana Rukhsyana. Dean menggunakan segala cara untuk menembus batas dimensi yang diciptakan oleh istrinya tetapi selalu gagal. Dean yang sangat marah kemudian memukul tangannya ke tanah dan memanggil nama Rukhsyana. 

Saat keadaan seperti tak ada jalan tiba-tiba Rajendra muncul. Harry mengira bahwa kedatangan Rajendra untuk menyerang mereka.

"Impedimenta!" Harry menyerang Rajendra. Hal ini membuat semua orang disitu menjadi terkejut.

"Kraṣar!" Rajendra menangkis serangan tersebut tanpa menghentikan langkahnya 

"Maretubiḍi!" Rajendra kembali menyerang Harry. Mantera ini membuat Harry lupa mantera apa yang harus dikeluarkan. Ketika melihat suaminya diserang, Ginny kemudian mengeluarkan tongkatnya tetapi ditahan oleh Ron

"Aku datang bukan untuk menyerang." Teriak Rajendra.

"Kedatanganku kemari untuk membantu kakakku." Lanjut Rajendra. Sambil berjalan di menuju ke arah Dean. Rajendra mengulurkan tangannya untuk membantu Dean berdiri.

"Jangan melukai tanganmu kakak ipar. Kau akan membutuhkan tangan yang kuat untuk melawan para pengkhianat." Ucap Rajendra sambil membantu Dean berdiri.

"Kami pikir kau adalah bagian dari Penjelajah Malam. Karena,..." Kata Hermione.

"Aku memang bajingan, tetapi bukan seorang pengkhianat. Sāmān'ya!" Ucap Rajendra sambil melihat Harry kemudian menghapus mantera yang ia lemparkan ke arah Harry sebelumnya.

"Aku minta maaf Tuan Potter, tetapi kau duluan yang menyerangku" Rajendra meminta maaf.

"Aku juga minta maaf." Ucap Harry

"Di mana kakakku?" Tanya Rajendra kepada Dean

"Dia melakukan pembalikan dimensi." Jawab Dean

"Dia memang memang selalu sok kuat" Rajendra menggerutu tentang Rukhsyana.

"Di mana terakhir kali dia berdiri?" Tanya Rajendra.

"Tepat di posisimu." Jawab Ron.

"Baiklah berikan aku sedikit ruang untuk membuka dimensinya." Pinta Rajendra

Dean dan lainnya kemudian menyingkir dari posisi mereka untuk memberi ruang pada Rajendra. Saat Rajendra hendak merapal mantranya tiba-tiba Hermione melemparkan mantera pada Rajendra.

"Petrificus Totalus!"

Seketika tubuh Rajendra menjadi kaku tetapi dia masih bisa berdiri tegak dan berbicara.

"Yang benar saja! Apa kalian tidak belajar? Mantera ini tidak berhasil sepenuhnya pada kami" Rajendra sedikit emosi

"Tapi setidaknya menahanmu dan berjanji sesuatu." Ucap Harry

"Baiklah! Apa?" Tanya Rajendra

"Setelah membuka dimensi itu, kau akan membawa kami ke dalamnya. Dan membiarkan kami turut berperang melawan mereka." Dean meminta Rajendra membawa mereka ke dalam Dimensi lain

"Oke. Tidak mungkin juga aku membiarkanmu di sini tanpa bisa membalas dendam anakmu." Ujar Rajendra

Kemudian Dean membisikkan sesuatu ke telinga Rajendra. Rajendra sedikit emosi dengan berbagai macam syarat kakak iparnya.

"Ya.. Dewa! Kau memang banyak maunya." Gerutu Rajendra setelah selesai mendengar bisikan Dean.

Hermione kemudian membebaskan Rajendra. 

"Ingat ya, bukan karena aku tak bisa melepaskan diriku sendiri dari mantera itu, tetapi karena keterbatasan waktu tidak memungkinkan bagiku" Rajendra tetap mengoceh tentang kemampuan dia melepaskan diri.

"Semuanya minggir, jangan sampai ada orang tua terluka." Ucap Rajendra sambil mengenaskan tangannya

'' Āyāmagaḷa naḍuve gēṭ‌gaḷannu tereyalāgide. Rukhsānā rājakumāriyondige nannannu huḍuki. Nānu sadguṇakkāgi hōrāḍuva puruṣarondige mātra pravēśisuttēne "

Seketika itu ruang dimensi terbuka, seperti terdapat dua waktu yang berbeda dan ruang berbeda dalam satu tempat.

Rajendra kemudian mempersilahkan Dean, Harry, Ron, Ernie, Neville dan semua pria yang berada di situ terlebih dahulu. Kemudian giliran Hermione melangkahkan kakinya ke dalam lingkaran tersebut, tetapi tiba-tiba langkah Hermione terhenti karena merasa ada kaca yang membatasi. 

"Mengapa kakiku tidak bisa masuk? Seperti ada penghalang." Tanya Hermione kebingungan. Ginny dan yang lainnya pun merasa kebingungan.

"Benarkah? Coba aku yang masuk" Rajendra melangkahkan kaki ke dalam lingkaran antar dimensi. 

"Aduh aku lupa! Tadi aku mengecualikan para penyihir wanita untuk masuk ke dalam. Jangan marah padaku, itu permintaan Dean. Jika mau marah, marahlah dia." Rajendra kemudian menutup lingkaran dimensi 

Hermione merasa kesal pada teman-teman prianya.

"Mereka memang menyebalkan! Dasar Bajingan penipu!" Teriak Hannah Abbott.

Teriakan Hannah membuat Ginny dan lainnya terkejut karena baru kali ini mereka mendengar Hannah memaki orang

(BERSAMBUNG)

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya disalah artikan kajia

Tak Ada Makan Siang Gratis Dalam Mencapai Kemajuan Negara

  Sumber : Kemeperkraf Indonesia        Beberapa waktu yang lalu saya mengerjakan sebuah tugas ujian akhir semester, ada pertanyaan yang menarik tentang relasi konsep kepemimpinan otoriter dan kemajuan suatu negara. Diambilah contoh Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sebagai negara pembanding untuk membuktikan kepemimpinan otoriter turut serta dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia, mungkin diambil contoh pada masa orde baru, di mana Indonesia seketika berubah dari negara miskin menjadi negara yang memiliki power di Asia bahkan dijuluki sebagai Macan Asia di bawah kepemimpinan otoriter.      Jika dilihat secara umum, memang ada benarnya karena perencanaan dan pengawasan yang lebih terpusat. Sistem otoriter membuat segala keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa harus membuang waktu dan uang hanya untuk duduk berdiskusi di dalam parlemen. Jika dicari kesamaan dari Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, mereka memang berubah menjadi negara maju terkhususnya dalam bidang ekonomi setel

Darurat Dialektika dan Drakor

Seorang teman menyarankan saya untuk menonton Video tanya jawab Rocky Gerung dengan anak-anak muda perihal dinamika politik yang dibalut atau dibenarkan melalui pertanyaan-pertanyaan di dunia teknologi yang bagi saya tidak terlalu menarik. Dari kalimat “Lu kan suka sejarah” membuat saya tertantang mengingat Rocky Gerung pernah menemui moment “diam” sejenak saat pernyataannya disanggah oleh Sujiwo Tejo mengenai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Sejarah... Apa yang saya temukan selain ide tentang masa depan Demokrasi Indonesia, kemanusiaan dan sebagainya dengan melalui sudut pandang Filsuf Yunani. “ Rocky Gerung : Alasan Kita Darurat Dialektika” Sebuah judul yang menghantarkan ingatan saya ketika masih berstatus mahasiswa, ada seorang dosen mata kuliah kewirausahaan yang tersinggung saat teman saya mempertanyakan materi kuliah yang tak sesuai dengan kenyataan yang dia temui ketika berdagang bersama orang tuanya. Pertanyaan itu akhirnya membuat teman saya mendapatkan nilai D karena dian