Sunday, November 22, 2020

Kata Orang?

Saya marah pada masa lampau
Pada setiap keputusan yang didasari pada kebanggaan diri
Rasa takut pada fakta "apa kata orang nanti"
Hah.... Kata orang?
Mereka hanya berkata satu hari
Dua hari, tiga hari, empat hari
Dan paling lama satu bulan
Setelah itu mereka lupa
Lalu mencari topik lain yang dianggapnya terbaru

Kita mau saja menukar malu sebulan
Untuk apa?
Untuk menderita seumur hidup?
Umur kita tak bertahan lama
Tak mungkin sampai setengah abad
Lalu maukah kita habiskan untuk hidup
Menurut mulut-mulut yang tak tertutup

Setiap orang punya mulut untuk bicara
Tak ada pilihan lain, selain mendengarnya
Kita punya telinga, bukan?
Kita punya mulut untuk membela diri
Dan mereka punya telinga untuk mendengarkannya.

Saya muak pada hidup yang mengatas namakan "apa kata orang"


Friday, November 13, 2020

BINTANG ANARKI

 

Ilustrasi. ©2016, Daily Galaxy

"Permirsa, kami baru saja menerima kabar duka atas berpulangnya Asisten Kejaksaan agung. Beliau mengalami kecelakaan maut di tol Jagakarsa, pada pukul 18.43 Waktu Indonesia Barat. Polisi yang tiba di lokasi langsung membuat Police Line. Reporter kami telah berada di....." Tiba-tiba tv dimatikan oleh seorang lelaki berbadan kurus yang sedang menyiapkan makan malamnya.

Anarki, namanya Anarki. Nama yang tidak lazim diberikan oleh orang tua terhadap anak. Semasa sekolah, dia sering mendapatkan ejekan dan pujian dari teman-temannya karena nama tersebut. Menurut ibunya, nama itu terinspirasi dari peristiwa kekerasan yang dialami oleh ayah dan ibunya. Sewaktu ibunya hamil 7 bulan, ayahnya dihajar oleh sekelompok orang yang tak dikenal di dalam rumah mereka sendiri. Ibunya yang ingin melerai perkelahian tersebut, tanpa sengaja didorong oleh salah seorang oknum hingga terhempas ke tembok dan hampir keguguran akibat pendarahan. Nama itu sebagai pengingat bahwa, Anarki dipaksa untuk melihat dunia sebelum waktunya akibat tindak kekerasan yang harus dialami oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa tv-nya dimatikan Arki?" Tanya seorang wanita tua yang sedang duduk di sofa ruang tengah

"Makan dulu Oma, berita seperti itu akan bertahan di televisi selama seminggu. Tapi perut Oma tidak mungkin bertahan dari rasa lapar selama 2 jam" Jawab Arki sambil meletakan kembali remot tv di samping tv

"Ah.. alasanmu saja. Bilang saja kalau kamu suruh Oma cepat-cepat makan biar kamu bisa cepat pergi kerja kan?" Gerutu Oma Elis

"Iya benar. Cucu Oma ini tidak bisa fokus bekerja jika belum memastikan Oma sudah makan atau belum." Jawab Arki yang kemudian menggandeng tangan Oma menuju meja makan.

"Kamu ini, apa tidak ada pekerjaan yang lebih baik lagi? Setiap hari kerja malam pulang pagi, mau dapat jodoh bagaimana? Ganti saja pekerjaanmu ya? Ikut tes CPNS saja atau apa itu yang jadi perwira polisi tapi sarjana dulu..?" Oma memprotes jam kerja Arki

"SIPSS, Oma..." Sahut Arki

"Ha... Itu PSSI, eh apa? Ah sudahlah intinya itu. Ikut itu biar kamu kerja pagi pulang malam. Itu lihat tiap hari Oma bertemu dengan Oma Dora, dia kalau cerita tentang cucunya, uuh....bikin Oma mual. Cerita tidak ada habis-habisnya." Sambung Oma Elis

"Biarkan saja. Oma kan tahu saya tidak suka bekerja di tempat yang terikat sama segala regulesi dan birokrasi. Pusing..." Jawab Arki yang tidak suka pada pekerjaan yang mengikat

"Kamu...kamu memang keras kepala seperti almarhum Papamu. Mamamu juga sama keras kepala." Oma begitu kesal melihat sikap cucunya sama persis dengan anak dan menantunya.

Arki dan Oma kemudian menyantap makanan mereka. Setelah selesai Arki membereskan semua peralatan makan mereka, dan memastikan semua pintu dan jendela terkunci dengan baik. Tak lupa dia mengucapkan selamat untuk Oma yang akan beranjak tidur.

"Oma, kalau ada apa-apa telepon saya saja. Atau telepon ke kantor saya." Pesan Arki kepada Oma

"Lihat itu, jika kamu punya istri mungkin oma tidak perlu menelpon ke sana-sini." Gerutu Oma

"Oma, jangan mulai lagi.." Arki mulai jengah dengan protes Oma

"Oke... Setiap hari kamu berteriak tentang kebebasan opini, demokrasi. Tapi di rumah sendiri Opini oma tidak didengarkan. Kamu yang belajar, tapi Oma yang mempraktekkan." Oma sedang menyindir Arki dengan celotehan lama.

Arki hanya bisa mendengar celotehan Oma. Dia kemudian pergi, dengan mengendarai Honda Supra X 100 miliknya. Motor yang menemaninya selama 14 tahun. Di dalam perjalanan, Arki terus memikirkan berita kecelakaan yang menimpa salah satu pejabat negara, pikiran itu dikarenakan ada kasus besar yang sedang ditangani oleh kejaksaan, Human Trafficking. Sebuah tindak kejahatan yang memberikan rasa kenyang berlebihan bagi para pelaku.

"ah... Pasti dia orang yang harus dibungkam untuk menutupi jejak cukong besar." Ucap Arki dalam perjalanan tersebut.

Arki sampai di tempat kerjanya, sebuah rumah tua bergaya Hindia Belanda yang dipagari oleh pagar tembok dengan tinggi 2 meter. Lokasinya tidak begitu dekat dengan perumahan penduduk. Jika dari luar maka tidak terlihat adanya aktivitas manusia. 

"Eh... Penjahat! Itu motor minta pensiun" tiba-tiba ada seorang pria berbadan gemuk yang menendang ban motor Arki

"Ah sialan Lo! Kalo motor gua rusak gimana? Setan bener!" Arki terkejut dengan kemunculan Boris, teman kerjanya.

Boris kemudian lanjut berjalan dan tertawa melihat ekspresi temannya, lalu masuk ke dalam rumah yang merupakan kantor mereka. Selesai memarkir motornya, Arki mengambil tas selempang yang dia gunakan untuk membawa tulisan-tulisannya. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan motornya.

Di area ruang tamu, Arki berpapasan dengan beberapa temannya yang akan membawa tulisan mereka, entah ke mana. Biasanya alamat tujuan dari tulisan hanya diketahui oleh pemilik tulisan itu sendiri. Arki juga tak pernah berniat untuk bertanya kemana tujuan teman-temannya.

Di ruang tengah Arki melihat seorang temannya yang ketiduran sambil menonton televisi. Kemungkinan habis mengantarkan tulisannya ke luar kota dan merasa lelah. Di ruang makan, Arki juga berpapasan dengan temannya yang sedang mengambil beberapa Snack dari dalam kulkas, mungkin dia akan lembur sampai pagi.

"Makan Ki?!" Tegur temannya

"Yo! Entar." Sahut Arki

Arki kemudian menuruni anak tangga di belakang ruang makan tersebut. Arki menuju ruang kerja yang sebenarnya, ya ruang itu sebenarnya baru dibangun 24 tahun yang lalu, di bawah rumah tua tersebut. Ruangan tersebut sudah seperti sebuah bangunan di bawah tanah dan memiliki beberapa ruangan yang terbagi dalam beberapa divisi. Di ujung, "bangunan" bawah tanah tersebut terdapat ruang kepala Produksi. Arki langsung menuju ruang tersebut. Dia mengetuk pintu ruangan kepala produksi, kemudian membuka pintu.

"Malam bos!" Ucap Arki

"Anjing! Bikin kaget saja." Bosnya terkejut mendengar suara Arki

"Ah... Pasti mikir jorok ya makanya kaget." Arki menggoda bosnya yang sering mengajak mereka ke klub malam

"Sialan!" Umpat sang bos

Arki kemudian duduk di kursi yang telah tersedia. Arki kemudian membuka tasnya dan mengambil beberapa lembar kertas yang berisi tulisan miliknya.

"Nih bos, tulisan saya. Sudah 8 ya.. cuti 2 hari." Arki menyodorkan hasil kerjanya dan menagih janji bosnya.

"Aduh... Ini nanti saja, sekarang juga kamu bikin tulisan tentang kematian asisten jaksa hari ini. Yang lainnya bisa menunggu." Bosnya menyingkirkan lembaran hasil kerja Arki dari mejanya kemudian menyodorkan sebuah amplop coklat yan berisi biodata asisten jaksa yang meninggal tersebut.

"Aduh kan saya sudah kerjakan 8 tulisan, masa disuruh bikin lagi?" Protes Arki

"Bikin saja, besok jam 4 sore harus kamu antarkan hasil tulisan kamu ke alamat ini. Hafalkan segera." Kata bosnya sambil menyodorkan secarik kertas berisi alamat sebuah supermarket. Setelah itu dia membakar kertas tersebut. Arki dengan kesalnya harus menerima tugas tambahan tersebut dan mengucapkan selamat tinggal pada ijin cuti-nya

"Jadi bos mau saya bagaimanakan arah penulisannya?" Tanya Arki

"Pertama, bikin profilnya melalui pandangan positif, terus kamu sudutkan pemerintah atas lamban penanganan kasus Human Trafficking. Tapi serangan ditujukan Perdana Menteri." Bos memberikan arahan kepada Arki

"Ok.. jam 4 sore. Kalau begitu saya boleh pulang?" Tanya Arki

"Oke.. tapi tulisanmu simpan di sini. Biar nanti diedit sama Husni dan Zul." Jawab Bos kepada Arki.

"Loh! Kok harus diedit lagi?" Arki terkejut karena tak pernah ada proses pengeditan sebelumnya.

"Klien sudah malas mengerjakannya sendiri. Mereka mau bahan yang sudah jadi, bukan bahan mentah. Oh ya besok kamu datang lebih awal sebelum jam 2 siang, saya mau tulisan kamu sudah ada di Husni" Jawab Bos sambil mengambil laptop dari sisi meja.

"Oh.. ok bos." Jawab arki

Anarki pun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, dia langsung membaca profil dari asisten jaksa agung tersebut secara saksama. Namun, dia berhenti pada rekam jejak sang asisten jaksa agung yang begitu kotor. Tetapi justru itulah pekerjaannya membuat sesuatu yang buruk menjadi baik, dan membuat yang baik menjadi buruk. Semalaman dia bekerja tanpa jeda, hingga fajar menyingsing dia baru merebahkan dirinya di kasur dan membaca kembali hasil tulisannya. Oma-nya yang baru saja terbangun mulai membuka pintu dan jendela untuk membiarkan udara segar di pagi hari masuk ke dalam rumah mereka.

"Arki...Arki. sudah bangun kau?" Oma mengetuk pintu kamar Arki

"Baru mau tidur Oma." Jawab Arki yang sudah malas membuka pintu kamarnya

"Ya, sudah lanjutkan tidurmu" Oma kemudian berjalan menuju dapur

Tepat pukul 10 pagi, Arki dibangunkan oleh alarmnya. Dia memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidurnya dan melakukan kegiatan seperti biasa seperti mencuci muka dan sikat gigi. Merasa lapar, Arki kemudian menuju ke dapur. Di sana oma-nya sudah menyiapkan sarapan pagi dan makan siang untuk Arki. Oma-nya sendiri sering mengikuti kegiatan para lansia untuk sekadar mengisi kesibukannya. Sehabis makan, Arki menyiapkan motor yang akan dia gunakan menuju pasar untuk membeli bahan makanan untuk 3 hari ke depan. Saat pukul 1 siang oma-nya tiba di rumah dan memeriksa keadaan Arki.

"Arki...Arki.." teriak Omanya dari ruang tamu

"Iya Oma, saya di Kamar" sahut Arki sambil mengikat tali sepatu Converse miliknya

"Loh? Kamu mau kemana?" Tanya Omanya yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Kerja dong oma. Nanti saya pulang jam 6 sore." Jawab Arki yang bangun kemudian mengambil kertas tulisannya yang sudah ditaruh di atas printer

"Kamu itu ya... Kalau bos kamu suruh ke sana ke mari ya jangan mau. Kamu itu sudah kurang tidur, nanti cepat sakit." Oma memperingatkan Arki

"Duh... Oma jangan doakan seperti itu." Ucap Arki

"Itu bukan doa tapi mengingatkan." Balas Oma yang kemudian berjalan menuju kamar mandi

Arki yang sudah bersiap kemudian mengeluarkan motornya dari dalam pagar.

"Oma, saya pergi dulu." Ucap Arki

"Iya! Hati-hati!" Sahut Oma dari dalam rumah

Tiba di kantornya, Arki langsung mencari Husni. Secara kebetulan mereka berpapasan di ruang makan. Husni sendiri sedang mengambil makanan dari dalam lemari es.

"Husni, muka Lo berantakan amat... Kagak pulang?" Sapa Arki pada Husni

"Kagak. Bos rencana mau matiin gua gitu..." Jawab Husni sambil memberikan isyarat untuk Arki mengambil air mineral di dalam lemari es. Tangan Husni sendiri sudah penuh dengan berbagai jenis makanan.

"Lo kagak minum kopi gitu.. biar mata melek" ujar Arki

"Iya mata gua melek, lambung gua langsung lembek." Jawab Arki sambil menutup pintu kulkas dengan lututnya

Keduanya kemudian menuruni tangga dari ruang makan dan menuju ke ruangan editor, di dalam ruang tersebut hanya ada Wayan, Dodi dan Albert. Ketiga orang tersebut juga terlihat kelelahan. 

"Eh... Arki, tumben jam segini sudah datang. Bukannya Lo biasanya datang malam?" Wayan menyapa Arki sambil memainkan pensil di ditangannya

"Iya, kemarin bos nyuruh gua, antar tulisan gua ke bagian editor biar diedit sama Husni." Jawab Arki

"Heh? Masa iya? Tulisan Lo kan kagak pernah masuk ruang editor?" Tanya Husni

"Kata bos klien udah malas ngambil mentah." Jawab Arki sambil mengambil tulisannya dari dalam tas. 

"Mentah dari mana tulisan Lo? Perasaan tulisan lo udah pas dan gak perlu diedit lagi." Kata Dodi yang sedang mengetik

"Emang tulisan Lo kali ini tentang apa?" Tanya Albert

"Tentang kasus kematian asisten Jaksa Agung." Jawab Arki

Keempat orang editor tersebut seketika saling melirik satu sama lain seperti terkejut, karena ternyata hanya Arki yang disuruh membuat tulisan tersebut. Albert hanya mengangkat alisnya sembari melanjutkan pekerjaannya

"Ya udah, nih Husni Lo edit dulu." Ujar Arki sambil meletakkan tulisan di meja Husni

"Kok gua?" Husni sedikit menolak

"Kalo bukan Lo, ya Zul aja." Ujar Arki

"Udahlah Lo yang ngambil, si Zul gak datang hari. Lagi disuruh bos keluar kota tadi pagi." Ucap Dodi

"Haduh..."keluh Husni

"Kok pada ogah-ogahan gini?" Tanya Arki

"Kagak.... hanya kerjaan gua menumpuk. Tapi gak apa-apa, tulisan Lo gue prioritasin" jawab Husni

"Ya udah ini.. kalo udah selesai, panggil gue. Biar gue antar ke pelanggan, jam 4 harus udah di tangan mereka." Ujar Arki sambil meninggalkan tulisannya di meja Husni

Arki pun meninggalkan ruang editor dan menuju ke ruang tengah untuk menonton televisi. Tidak ada Smartphone yang mereka gunakan, bukan karena mereka tak mampu membeli tapi demi keamanan pekerjaan mereka, kantor mereka melarang untuk menggunakan Smartphone bagi para pegawainya. Bahkan kantor mereka tidak menggunakan WIFI. Para pegawai di kantor Arki sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Orang yang terbiasa menggunakan Smartphone mungkin tak akan betah bekerja di kantor Arki. Laptop yang mereka gunakan untuk bekerja sendiri merupakan inventarisasi kantor, laptop ini berbeda dengan laptop lainnya karena disetting untuk tidak terhubung dengan internet dan tidak bisa digunakan untuk mentransfer data dari flashdisk, jalan satu-satunya hanya melalui mesin printer atau pencetak, itu pun sekali cetak, setelah selesai secara otomatis laptop akan menghapus file tersebut. Sejujurnya Arki adalah orang yang suka mencari tantangan, pernah dia coba dengan membuat tulisan di luar pekerjaannya kemudian ditransferkan ke flashdisk-nya, tetapi tidak berhasil malah flashdisknya yang rusak dan tak bisa digunakan lagi. Seringkali Arki tidak merasa dirinya sebagai seorang penulis, tetapi seorang penjual narkoba, yang begitu licin dan teratur dalam bekerja. Hanya saja, hanya pekerjaan ini yang sesuai dengan keterampilan dan hobinya, ditambah lagi gaji yang ditawarkan sangat besar, dia merasa harus bertahan dengan pekerjaan ini agar dapat menabung lebih banyak uang dan menjelajahi seluruh tempat yang dia ingin kunjungi, bila perlu dia akan melakukan pensiun dini di usia 36 tahun.

"Arki! Ki! Arki!" Teriak Husni dari bawah tangga ruang makan

"Ya.." Arki tersadar dari lamunannya

Arki menuruni anak tangga, dan langsung mengikuti Husni ke ruang editor.

"Gue udah selesai. Coba Lo cek dulu lagi."ujar Husni

"Oke..... Sudah." Balas Arki setelah selesai melihat hasil penyuntingan Husni.

"Ya udah Lo bawa gi ke tempat klien." Husni kemudian duduk kembali ke kursinya

"Ok, terima kasih Husni." Ucap Arki kemudian keluar dari ruangan editor, seperti biasa dia tidak melapor ke kepala produksi karena Husni sendiri yang akan melaporkan bahwa tulisan Arki telah siap untuk diantarkan. Pukul 15.30 Arki langsung memacu motornya menuju alamat yang dituju. Di supermarket sendiri Arki berbaur layaknya pembeli sesekali dia melirik sekitarnya, mungkin kliennya sudah datang. Tiba-tiba seorang pria mengagetkan dirinya,

"Aduh di sini tidak jual kertas folio." Seorang pria tua bertubuh kurus berdiri di samping Arki dan menatap rak yang berisi alat tulis.

"Oh kalo bapak membutuhkannya saya ada." Arki kemudian menurunkan tasnya memberikan lembaran-lembaran kertas folio bergaris kepada pria tersebut.

"Oh terima kasih, kalo begitu ya nak. Anak sangat membutuhkannya maklum sekolah online sekarang membuat dia membutuhkan banyak kertas folio." Pria tersebut berterima kasih.

Pria tua tersebut kemudian keluar dari supermarket. Arki tidak langsung keluar, dia kemudian membeli asparagus kalengan untuk menyamarkan diri layaknya pembeli. Saat hendak membayar ke kasir, telepon Arki tiba-tiba berbunyi, melihat telepon tersebut dari Bos, Arki kemudian mengangkatnya sembari mengeluarkan dompet.

"Ki, batalin! Batalin! Kurir dari klien ditangkap polisi. Batalin sekarang juga!" Suara Bos terdengar begitu panik 

"Hah? Gua baru aja...." Arki terkejut bukan main. Arki kemudian berlari keluar untuk mengecek apa pria yang disangkanya kurir tadi masih berada di parkiran.

"Kak, belanjaannya belum diambil" seorang pegawai supermarket berdiri di belakang Arki sambil memegang kantong yang berisi belanjaan Arki. Arki kemudian mengambilnya dan mencari pria tersebut di sekitaran supermarket. Dia kemudian ditelepon oleh Bos sekali lagi.

"Arki. Udah kamu pulang saja dulu. Seminggu ini kita jangan berkabar, dan jangan datang ke kantor dulu. Setelah keadaan saya pastikan aman, pasti kamu akan saya kabari." Ucap Bos setelah itu telepon tersebut ditutup.

Setelah sampai di sebuah tempat pembuangan sampah Arki mematahkan SIM-card miliknya dan membuangnya di tempat tersebut. Arki melanjutkan perjalanannya menuju sungai dan menghancur handphone miliknya lalu menghanyutkannya begitu saja. Dia pulang ke rumahnya, Omanya yang melihat Arki merasa heran karena Arki pulang lebih awal. 

"Hah? Sore begini sudah pulang?" Tanya Oma-nya

"Um.. iya Oma. Oma, saya masuk ke kamar dulu." Ucap Arki dengan lesu

Oma merasa khawatir dengan ekspresi Arki tadi. Oma lalu pergi ke kamar Arki.

"Kamu kenapa?" Tanya Oma

"Tidak ada Oma." Balas Arki

"Kamu ditilang? Berkelahi di kantor? Dimarahi atasan kamu? Menghamili anak orang?" Tanya Oma bertubi-tubi

"Ha.... Oma masa iya saya menghamili anak orang? Pacar saja tidak punya. Pokoknya tenang saja, saya hanya kelelahan." Jawab Arki kemudian membaringkan dirinya di tempat tidur

"Kasihan... Cucu Oma. Ya sudah istirahat saja." Oma merasa kasihan dengan cucunya, kemudian meninggalkan kamar tidur Arki.

Setelah mendengar suara pintu yang tertutup Arki kemudian membuka matanya, dan bangun dari tempat tidur. Dia memikirkan kembali pria yang dia temui di supermarket tadi. Pikirnya itu adalah polisi, Perkara pria itu tahu kata kuncinya, mungkin dia mendapatkannya dari kurir yang tertangkap tetapi jika pria tersebut adalah polisi maka seharusnya dia menangkap Arki setelah kertas tersebut ada di tangannya. Arki merasa mungkin dia diikuti, tetapi setelah mengintip dari jendela kamarnya, dia tidak melihat ada orang yang mencurigakan. Dia mulai merasa was-was, laptopnya dia sembunyikan ke dalam lantai di bawah ranjangnya, yang sudah dibuat sedemikian rupa untuk menyembunyikan laptop tersebut. Dia kemudian meletakkan laptop pribadinya di atas meja kerja seolah-olah dia terbiasa memakai laptop tersebut. Laptop itu juga sengaja dimasukkan file-file yang berupa tulisan-tulisan blognya yang pada dasarnya tidak begitu penting bagi dirinya, ya sekadar penyamaran sebagai seorang blogger.

Malam pun tiba, Oma mengetuk pintu kamar Arki untuk mengajaknya makan malam. Arki pun membuka pintunya dan bersama oma-nya menuju meja makan. Selesai makan, Arki membereskan meja makan dan mencuci piring mereka. Suara pintu yang diketuk membuat Arki was-was, pikirannya hanya mengatakan kalau yang berada di balik pintu tersebut adalah polisi. Dia berusaha menenangkan suasana batinnya dan bersikap seperti biasanya. Oma membuka pintu, dan benar saja mereka adalah polisi, mereka langsung bertanya tentang keberadaan Arki.

"Selamat malam Bu? Apa saudara Bintang Anarki ada di rumah?" Tanya petugas tersebut

"Iya ada pak. Ada apa ya?" Tanya Oma khawatir

Tanpa menjawab pertanyaan Oma, anggota polisi tersebut langsung memasuki rumah Arki dan mencarinya. Arki kemudian keluar menemui polisi dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. 

"Saya Bintang Anarki. Ada apa ya pak?" Tanya Arki kepada Polisi tersebut. 

"Pak Bintang, mohon kerjasamanya untuk bersama kami ke kantor polisi." Ucap petugas tersebut.

"Memangnya ada apa pak?" Tanya Arki 

"Bapak dicurigai bersekongkol dengan sebuah media massa untuk menyebarkan berita HOAX dan kebencian terhadap pemerintah. Lebih jelas akan kami sampaikan di kantor polisi." Ucap petugas tersebut

"Boleh saya minta surat perintahnya?" Pinta Arki kepada petugas tersebut

"Oh ini dia pak, silahkan dibaca dulu." Jelas petugas tersebut.

Arki membaca surat perintah tersebut dengan saksama dan dia tahu bahwa itu adalah surat asli. Dengan sukarela Arki ikut dengan polisi ke mobil patroli. 

Oma menangis dan ketakutan jika cucunya akan mengalami nasib yang sama dengan putra dan menantunya.

"Jangan bawa dia pak, ini cucu saya satu-satunya." Oma memohon kepada petugas polisi tersebut sambil memegang erat lengan cucunya

"Tenang Oma, nanti kalo saudara Arki terbukti tidak bersalah maka akan kami bebaskan" Ujar polisi sambil membawa Arki.

Oma kemudian lari ke dalam kamar Arki dan keluar membawa jaket Arki, dan berlari menuju mobil patroli. 

"Arki ini jaketmu, pakai. Udara di luar sangat dingin. Jaga diri baik-baik. Oma akan menyusul ke sana." Ucap Oma sambil menyerahkan jaket kepada Arki.

Oma kemudian berbalik dan berjalan menuju ke dalam rumah, di dalam petugas bersama pak RT sedang menggeledah kamar Arki. Oma terus mengawasi para petugas yang menggeledah kamar Arki. 

"Oma, laptopnya pak Bintang kami sita dulu untuk pemeriksaan ya..." Ujar seorang Polwan

"Iya, ibu. Bawa saja." Ucap Oma dengan ekspresi datar

Hampir semua barang-barang yang digunakan oleh Arki untuk menulis, diangkut oleh polisi. Oma sama sekali tidak memberikan perlawanan apa pun karena dia tahu itu akan memberatkan cucunya.

Sahabat Oma Elis, Oma Dora kemudian memarahi pak RT karena tidak memberitahukan Oma Dora tentang polisi yang datang menangkap Arki.

"Heh Pak RT ini, kenapa nyanda kasih tau pa kita? Kasih tahu kita dulu, supaya kita bisa ba omong dengan Elis. Kasiang e dia pe anak dan menantu so meninggal baru dia pe cucu orang tangkap begini, itu beking dia kaget. Kasi tinggal jo kalo ada apa-apa dengan Elis, kita akang lapor pak Lurah, bilang Pak RT yang bikin." Oma Dora memarahi pak RT

"Ya Oma... Mana ada yang kayak begitu." Tanya pak RT

"Eh ada Jo, kalo pak RT ikut kita pe omongan tadi." Jawab Oma Dora.

Pak RT hanya bisa menghela napas dengan kelakuan Oma Dora dan berjanji akan menemani Oma Elis besok pagi ke kantor Polisi. Oma Dora kemudian menghibur Oma Elis di dalam rumah.

"Eh kasiang e... Sudah jo Elis, besok pagi kita temani ngana ke kantor polisi. Ini malam kita jaga ngana di sini." Ucap Oma Dora sambil memegang bahu Oma Elis

"Terima kasih, Dora so mau jaga kita ini malam." Oma Elis berterimah kasih atas dukungan sahabatnya.

*********

Saat dalam perjalanan menuju kantor polisi, Mobil patroli yang ditumpangi Arki berhenti di pinggir jalan. Arki mulai curiga dengan polisi yang menemaninya. Polisi tersebut kemudian memindahkan Arki ke sebuah mobil Daihatsu Gran Max, di dalam mobil sudah ada pria yang bertemu dengan Arki di supermarket. Arki sudah menduga pria tersebut adalah bagian dari aparat polisi. Tetapi kemudian sebuah suara muncul dari belakang tempat duduk Arki.

"Beliau namanya pak Jamal, supir saya." Ucap pria berbadan besar yang duduk di belakang Arki.

Arki terkejut karena pria tersebut hanyalah seorang supir dan bukan anggota polisi.

"Jangan kaget begitu dong Anarki." Ucap pria yang ternyata seorang petinggi partai 

"Jadi begini, seharusnya kamu itu mati saat pulang tadi dari supermarket tetapi karena saya tertarik dengan cara kerja anda, saya memutuskan untuk mempekerjakan anda sebagai seorang penulis bagi pemerintah. Tidak perlu memuji pemerintah, cukup membuat tulisan tandingan untuk menjatuhkan media-media yang menjadi klien anda. Anda juga akan menjadi penulis anonim kami bagi media yang berasosiasi dengan Pemerintah." Jelas pria tersebut sembari menyenderkan badannya ke kursi belakang.

"Apa yang akan saya dapatkan jika saya menolak atau menerimanya?" Tanya Arki

"Hah... Anda memang seorang penawar ya? Jika menerima, kamu akan dibayar 3x lipat dari gaji kamu yang sekarang, per tulisan. Segala kebutuhan oma-mu akan dipenuhi seperti rumah baru, tanah dan toko untuk usaha. Jika menolak, maka kau akan mendekam di penjara. Anda sendiri tahu bahwa anda tidak bisa meragukan kami dalam hal merekayasa kasus dan barang bukti." Ucap pria tersebut sambil tersenyum dengan liciknya

"Mafia Narkoba semakin hari semakin licin, tapi skema anda tetap tidak berubah dari dulu. Bukankah akan lebih baik lagi jika saya menjadi mata dan telinga anda di kantor saya?" Arki ternyata pintar dalam bernegosiasi.

"Saya tidak akan menulis untuk anda, tetapi saya adalah penasehat anda. Jaman sekarang banyak penonton yang sok pintar, mereka senang mendengarkan diskusi atau debat di media massa. Mereka tidak butuh bukti, mereka hanya butuh rasionalitas dan jawaban yang terlihat masuk akal. Fanatisme terhadap orasi dan istilah asing, keren... Membuat mereka lebih terkesan. Di dalam masyarakat, yang namanya bukti nyata itu tak ada yang ada hanya opini-opini yang terlihat diucapkan oleh orang-orang pintar." Jelas Arki

"Hum...lanjutkan!" Pria tersebut mulai tertarik dengan penjelasan Arki

"Jika ada media yang memanggil Narasumber dari pihak anda, maka saya akan memberikan catatan-catatan ringkas dalam menjawab semua pertanyaan dari pihak media. Jika diizinkan, biarkan saya pula yang memilih siapa yang akan pergi mewakili pihak anda." Arki mulai menerangkan cara kerjanya

"Bagaimana anda bisa tahu pertanyaan apa yang diberikan oleh media massa?" Tanya pria gemuk tersebut

"Karena 99% media elektronik adalah klien saya. Saya yang mengatur pertanyaan mereka dan saya tahu bahwa mereka sendiri sering menghadirkan narasumber yang mendukung pandangan politik mereka. Itulah kenapa narasumber anda selalu terlihat bodoh di layar televisi." Arki mengejek pria tersebut

"Menarik. Baiklah kalo begitu." Puji pria berbadan besar

"Saya minta bayaran 5x lipat." Ucap Arki yang ingin menaikkan tawaran

"Jangan gila kamu." Balas pria tersebut

"Jika anda memasukkan saya ke dalam penjara pun percuma. Karena itu akan disebut sebagai pelanggaran Hak Asasi Berpendapat. Kantor saya pun akan mencari orang baru dan semakin gencar menyerang anda. Dan paling parah, anda tetap akan terlihat bodoh di hadapan masyarakat."  

"Bajingan ini ternyata hebat dalam bernegosiasi. Baiklah, 5x lipat." Pria tersebut menyetujui tawaran Arki.

" Tunggu sebulan, karena setelah kalian menangkap saya, Bos saya akan berhati-hati dengan saya. Buatlah seolah-olah Anda membebaskan saya karena tidak menemukan satu pun barang bukti." Ujar Arki

"Kami memang tidak menemukan barang bukti." Ucap Pria berbadan besar sambil menatap Arki.

Arki kemudian di bawa ke kantor polisi sebagai alibi. Di pagi hari dia dibebaskan karena polisi tidak menemukan barang bukti apa pun. Saat Oma Elis, Oma Dora, pak RT dan istri Pak RT sampai ke kantor Polisi, Arki sendiri sudah berdiri di depan pintu kantor polisi. Oma Elis yang melihatnya, langsung berlari memeluk Arki. 

"Oma sudah, saya sudah dibebaskan karena polisi tak menemukan bukti kuat bahwa saya terlibat dengan tuduhan yang disangkakan" ucap Arki menenangkan Oma Elis

"Syukurlah.. syukurlah" Oma Elis menepuk-nepuk punggung Arki sambil menangis

"E kasiang orang salah tangkap. Itu kita bilang juga apa? Nyanda mungkin Arki dapa masalah seperti ini. Itu bu RT dengar? Nanti kasih tahu ibu-ibu arisan yang karlota sembarang. Berhenti arisan, parcuma bakumpul kalo ujung-ujungnya bikin dosa saja." Omel Oma Dora pada istri pak RT

"Iya Oma maaf." Ucap istri pak RT

"Kalau begitu, barang-barangmu yang mereka bawa?" Tanya pak RT

"Oh sebentar lagi akan diantarkan kembali" jawab Arki yang tidak melepaskan genggaman tangan Omanya.

"Oh baguslah." Pak RT lega mendengar jawaban Arki.

FANFICTION (FF) HARRY POTTER : ANCIENT BLOOD (ENDING)

Di dimensi yang lain, George memuji Dean karena bisa menipu para wanita

"Kau dan Rajendra benar-benar hebat. Sesekali ajarkan kami mantra itu" kata George

"Bisa... Asalkan ada kemauan kuat!" Balas Rajendra

"Di sana. Sepertinya di sana" Rajendra menunjuk ke suatu lembah Sabana yang luas. Dean sendiri bisa melihat Rukhsyana dari kejauhan bersama Amerta.

"Sial! Cukup jauh. aku lelah berjalan! Kita melakukan apparatte saja." Lanjut Rajendra

"Bisa saja tapi, mereka akan mengetahuinya." Ucap Harry.

"Sebaiknya kita tunggu di sini." Kata Neville.

"Aku tak bisa berdiam diri saja di sini." Dean menolak untuk berhenti.


"Sebaiknya jangan pergi dulu. Ada yang aneh di sana. Kita tidak mengetahui mana lawan dan mana kawan."Ron mencegah niat Dean.

"Benar. Sebaiknya kita tunggu saja!" Ucap Rajendra sambil berbaring di tanah dengan santai. 

"Apakah kita tidak akan terlihat jika berdiri di sini?" Tanya Seamus pada Rajendra

"Tidak! Aku sudah memantrai keberadaan kita. Mereka tidak akan bisa kita. Tunggu disini saja Tuan Finnigan. Beristirahat sebentar karena setelah keluar dari sini anda akan mengalami semacam Jet Lag." Ucap Rajendra dengan santai



"Aku menyukai anak ini" ucap George sambil menunjuk ke arah Rajendra

Harry merasa aneh dengan sikap Rajendra yang begitu santai, padahal ayahnya baru saja meninggal.

"Apa kau tidak merasa sedih?" Tanya Harry pada Rajendra

"Sedih tentang?" Rajendra bertanya balik pada Harry

"Ayahmu baru saja meninggal. Dan kau sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kesedihan." Balas Harry sambil melihat ke kiri dan kanan untuk mengkonfirmasi pernyataan melalui ekspresi teman-temannya

"Tuan Potter, perlu alasan kuat untuk membuat suasana hatiku berubah."  Rajendra menjawab dengan senyum yang tipis.

"Kau benar-benar gila..." Ron semakin merasa aneh dengan Rajendra

Rajendra dengan santai memejamkan matanya tanpa memperdulikan ucapan Ron.

Selama 1 jam mereka menunggu, akhirnya para penjelajah malam pun tiba. Seamus membangunkan Rajendra.

"Hei... Bangun. Bangunlah! Mereka sudah tiba." Ucap Seamus untuk membangunkan Rajendra

Semua orang yang bersama Rajendra terkejut melihat penampakan Penjelajah Malam yang datang tanpa menggunakan kendaraan apapun. Mereka hanya menggunakan lubang antar dimensi. 

"Baiklah tuan-tuan, persiapkan tongkat kalian." Rajendra mulai memberikan aba-aba

"Saat kalian membuka mata kalian, langsung saja keluarkan mantra apapun untuk melumpuhkan musuh kalian. Pikirkan cepat mantra mau kalian keluarkan nanti." Rajendra memberi saran pada Harry dan kawan-kawan.

"Sial! Aku semakin gugup karena anak ini." Seamus kesal mendengar saran Rajendra

Mereka memperhatikan dengan saksama siapakah para Penjelajah Malam. Tiba-tiba Rajendra menggumam

"Dasar Bajingan! Sudah kuduga itu dia. Dia akan mati hari ini." Ucap Rajendra setelah melihat seorang pria berperawakan tinggi besar yang membuka penutup kepalanya.

Tiba-tiba Amerta berbalik melawan Rukhsyana. Ternyata Amerta adalah orang yang melemparkan kutukan pembunuh untuk anak Rukhsyana dan Dean. 

"Kau tidak menyangka bukan, Yuvarani?" Tanya Amerta dengan sinis

"Kalian membuatku sedikit terkejut." Ucap Rukhsyana yang seperti tidak menduga kalau dirinya masuk dalam jebakan

"Aku membawa kejutan yang lebih besar lagi." Ucap Amerta.

"Salam bagimu Yuvarani." Orang itu ternyata adalah Maharani Isyana

"Ibu?" Rukhsyana tidak percaya dengan apa yang dia lihat.


"Bukankah sudah kubilang padamu selain keluarga, kau tak bisa mempercayai siapapun." Ucap Maharani Isyana

"Dan Kau adalah ibuku." Balas Rukhsyana dengan air mata yang tertahan pada kelopak matanya

"Ibu Tiri." Jawab Maharani Isyana dengan ekspresi yang dingin.

"Mengapa kau membunuh anakku?" Tanya Rukhsyana

"Dia adalah penghalang bagiku untuk mendudukkan anakku sebagai penerus Tahta." Maharani Isyana memberikan jawaban yang sangat jahat pada Rukhsyana.

Dari kejauhan Dean dan kawan-kawan bisa mendengarkan percakapan Rukhsyana dan Maharani Isyana. Harry kemudian melirik ke arah Rajendra.

"Aku juga bukan anak kandungnya. Jadi anda tidak bisa menyerangku, Tuan Potter." Ucap Rajendra yang paham kalau Mereka masih mencurigainya.

Tiba-tiba, seorang prajurit Ancient Blood, menerobos dan mendorong Rukhsyana untuk menyingkir dari hadapan Maharani Isyana, ternyata itu adalah Maharaj Suryavanshi yang menyamar sebagai seorang prajurit.

Dean sangat terkejut melihat Mertuanya seperti baru bangkit dari kematian.

ALUR MUNDUR

Saat mengetahui dirinya akan diracun, Suryavanshi memantrai dirinya sendiri dengan mantra Māraka ātma . Dia bahkan membuat tampilan dirinya seperti orang penyakitan. Dia sendiri mengutus Rajendra mencari dan mengeksekusi Taraksa setelah mendapatkan informasi orang-orang yang terlibat dalam penyerangan keluarga Thomas. Selain Rajendra tidak ada yang mengetahui rencana Suryavanshi. Drama kematian Suryavanshi adalah isyarat bagi Rajendra untuk menemui Rukhsyana dan membantu menghimpun kekuatan untuk membalaskan dendam Rukhsyana. Sebelumnya, Suryavanshi kemudian melakukan sihir Rūpāntara untuk mengubah wajahnya seperti pasukan dari Amerta

***************

"Berapa lama lagi kita harus menunggu?" Tanya Dean pada Rajendra

"Tunggu isyarat dari Rama." Jawab Rajendra

Waktu yang ditunggu pun tiba. Suryavanshi dan Isyana mulai saling melempar mantra.

"Sekarang!" Teriak Rajendra sambil memegang tangan Dean dan Ron kemudian berpindah tempat ke lokasi perkelahian

Ketika Ron dan Dean membuka mata mereka langsung mengayunkan tongkat mereka untuk menyerang para pasukan Isyana

Tidak sampai sedetik, giliran Seamus dan Harry. Ternyata Rajendra memiliki kemampuan dalam hal kecepatan dan ketepatan yang sangat luar biasa. Dalam waktu 3 detik semua rombongan mereka telah berada di Medan tempur. Rajendra kemudian bertarung dengan Wibasa yang merupakan anak kandung Maharani Isyana.

"Rukhsyana!" Teriak Dean saat meraih tangan Rukhsyana.

"Kau tak boleh berada di sini. Ini bukan pertempuranmu" Ucap Rukhsyana yang langsung memeluk Dean.

"Ini pertempuranku, karena istriku berada di dalamnya." Jawab Dean. Kemudian keduanya saling bekerjasama dalam pertempuran dengan pasukan Isyana.

Ron,  Harry dan lainnya hanya menggunakan mantra Sectumsempra dan Avada Kedavra karena hanya dua mantra itu yang mampu menghambat gerak para penyihir Ancient Blood dalam waktu yang lama. 

Dean dan Rukhsyana bertarung dengan Amerta. Isyana bertarung dengan Suryavanshi, sedangkan Rajendra bertarung dengan Wibasa. 

"Bagaimana bisa kau melihat wajahku setelah membunuh anakku?" Rukhsyana menahan amarahnya terhadap Amerta

"Anak itu pantas mati." Jawaban Rukhsyana membuat Dean naik pitam dan melontar mantra "Avada Kedavra!" Kepada Amerta

Melihat suaminya membuat tubuh Amerta menjadi kaku, Rukhsyana kemudian berjalan ke arah Amerta dan dengan ekspresi yang dingin, Rukhsyana mengeluarkan sihir yang sangat menyakitkan bagi para penyihir Ancient Blood

Raut wajah Rukhsyana berubah dingin karena dirinya mulai menggunakan mantra yang sangat gelap 


"Awalnya aku berusaha mengampuniku, tetapi jawabanmu membuatku menarik kembali pikiran itu. Narakada sūji..!" Rukhsyana melemparkan kutukan jarum neraka yang membuat Amerta merasa tertusuk oleh jarum yang sangat panas berkali-kali. Kutukan ini tidak menimbulkan luka luar tetapi membuat organ dalam Amerta hancur secara perlahan. Kegilaan akan menghampiri Amerta sebelum ajal menjemputnya.

Teriakan kesakitan Amerta kemudian diredam oleh Rukhsyana dengan mantra "Śabdavillade"

Kemudian Rukhsyana menghancurkan semua penyihir Ancient one yang telah dibuat kaku oleh Harry dan kawan-kawan

"Oggūḍi!" Rukhsyana mengumpulkan para penyihir Ancient Blood yang dianggapnya sebagai pengkhianat.

"Dhūḷininda" Kemudian Rukhsyana menghancurkan mereka menjadi abu.



Rajendra sendiri menghajar Wibasa dengan semua sihir yang dia miliki.

Wibasa adalah tandingan yang sepadan denga Rajendra. 

"Bajingan tidak tahu malu! Kau pikir siapa dirimu bisa menduduki tempat Ramaku? Anjing yang diberikan makan ternyata bisa saja menggigit tangan tuannya." Rajendra menghina Wibasa yang dianggap telah berkhianat terhadap kebaikan Suryavanshi.

"Rakta nintuhōyitu!" Wibasa mengeluarkan sihir untuk membuat peredaran darah Rajendra terhenti. Tetapi Rajendra berhasil menghindar dan membalas dengan sihir

"Rakta viṣa!"  Rajendra membalas dengan cepat menggunakan mantra meracuni darah Wibasa. Sihir ini membuat darah orang terkena sihir Rakta viṣa menjadi racun bagi dirinya sendiri.

Wibasa pun jatuh tersungkur dan memuntahkan banyak darah berwarna hitam. Melihat putranya telah meninggal Maharani Isyana histeris dan melemparkan sihir "Mūḷe karaguvike" ke arah Rajendra tetapi dihalangi dengan sihir "Rivarsar" oleh Suryavanshi. Sihir itu pun kembali ke arah Isyana. Seketika Isyana terbunuh oleh sihir yang dia lemparkan sendiri.

 Harry dan kawan-kawan merinding melihat secara langsung efek dari mantra sihir Ancient Blood. Tak ada satu pun sihir yang memberikan kesempatan hidup dalam perkelahian antar para Ancient Blood.

"Rama..." Rukhsyana berlari memeluk ayahnya

"Apa aku membuatmu sedih?" Tanya Suryavanshi pada anaknya

"Tipuan kalian membuatku hampir kehilangan akal." Rukhsyana merasa kesal telah dibohongi oleh ayah dan adiknya. 

"Syukurlah anda selamat." Ucap Dean  terhadap mertuanya

"Rama... Bagaimana dengan semua ini? Apakah kita bawa atau kuburkan di sini?" Tanya Rajendra

"Kuburkan di sini." Jawab Suryavanshi

Rajendra kemudian mengumpulkan abu dan tubuh anggota Penjelajah Malam dan membuat sebuah kuburan besar. Setelah itu, Suryavanshi memberikan mantra "Kaḷeduhōyitu mattu lāk māḍalāgide" mantra itu membuat kuburan tersebut tak terlihat oleh siapapun. Dan terkunci bagi mereka yang berada di dalamnya atau diluarnya.

"Kita bisa pulang sekarang?" Tanya Rajendra kepada Ayahnya.

"Mari kita pulang!" Jawab Suryavanshi

"Ya itu ide yang bagus." Sahut Seamus yang mulai tidak betah berada di tempat anta berantah tersebut.

Rajendra kemudian membuka lubang antar dimensi yang terhubung langsung dengan rumahnya Dean.

 "Hah... Akhirnya sampai juga" Ron dan Seamus merasa lega, tetapi mereka disambut oleh omelan Hermione, Ginny, Hannah, dan lainnya

"Bagaimana bisa kalian pergi begitu saja. Ini sudah 4 hari. Kalian membuat kami ketakutan." Hermione memarahi Ron dan Harry.

"Ini baru 4 jam lebih. Apa? 4 hari?" Ron terkejut mengetahui bahwa dia tidak tidur selama 4 hari

"Aku butuh tidur." Seamus kemudian berjalan dengan tertib dan tidur di kamar tidur tamu diikuti Neville, Ernie dan George. 

"Anak itu mengatakan Jet Lag. Ini jelas bukan Jet Lag." Gerutu George. 

"George? Kita harus membicarakan sesuatu" Angelina terlihat kesal

"Kau boleh memarahiku, tetapi ijinkan aku tidur sebentar. Sudah 4 hari aku tidak tidur. Bajingan kecil itu menipuku" George kemudian menjatuhkan dirinya di kasur yang telah ditiduri oleh Seamus, Ernie dan Neville.

"Tuan-tuan tolong sebutkan alamat kalian dan aku akan mengantarmu ke depan rumah agar kalian bisa beristirahat." Rajendra menawarkan bantuannya kepada anak buah Harry.  Setelah menyebutkan alamat mereka masing-masing, Rajendra mengantar mereka langsung ke depan pintu rumah mereka. Bahkan beberapa langsung diantar ke kamar tidur mereka. Rajendra kembali dalam hitungan 10 detik dan menawarkan untuk mengantar Ron dan Harry ke The Burrow.

"Biar kami tidur sementara di sini" ucap Ron sebelum jatuh pingsan karena kelelahan. Harry pun demikian lalu dibawa Rajendra ke ruang tamu. 

"Kau tidak memperingatkan mereka?" Tanya Rukhsyana pada Rajendra

"Sudah aku beritahu tapi mereka tidak percaya" jawab Rajendra

"Kau hanya mengatakan Jet Lag tadi." Sahut Dean yang juga mulai kelelahan

"Jet Lag...? Rajendra! Itu bukan penjelasan. Kau memang...." Rukhsyana kesal dengan sikap adiknya yang sering mengerjai orang lain, Rajendra pun kabur sebelum dihajar oleh kakaknya.

"Akka, juga sebaiknya beristirahat, jangan sampai kelelahan. Kasihan janinmu!" Teriak Rajendra dari jauh. Rukhsyana terkejut mendengar ucapan Rajendra

"Apa yang dia katakan? Janin siapa?" Dean mencoba memastikan apa yang dia dengar

"Sepertinya aku hamil, Dean." Rukhsyana ragu-ragu

"Apa? Oh terima kasih." Dean memeluk Rukhsyana dengan penuh kegembiraan

"Yang benar? Oh ini kabar bahagia." Hannah Abbott tidak bisa menutupi kegembiraannya

"Ini berakhir dengan indah." Hermione pun terharu

Dean kemudian mengajak Rukhsyana dan Suryavanshi masuk ke dalam rumah untuk beristirahat.

"Rama beristirahatlah di Kamar kami. Aku dan Dean beristirahat di kamar Benedict" ucap Rukhsyana sambil mempersilahkan ayahnya untuk masuk beristirahat.

"Tidak. Biarkan aku berada di kamar Ashirvad." Suryavanshi menolak dan menunjuk ke kamar almarhum cucunya. 

"Baiklah kalau begitu Rama." Rukhsyana menyetujui keinginan ayahnya.

Suryavanshi memasuki kamar Benedict dan melihat barang-barang sang cucu dan menangis.

"Kau benar-benar kembali dan membalas semua perbuatan para Penjelajah Malam." Suryavanshi merasakan janin yang ada di dalam kandungan Rukhsyana adalah reinkarnasi dari Benedict.

"Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan sebagai seorang Kakek." Lanjut Suryavanshi, kemudian, dia melakukan mantera Permurnian untuk menghilangkan mantera Devvada gurāṇi dari dalam diri Rukhsyana. Hanya Suryavanshi yang mampu menggunakan mantera tersebut tanpa menyakiti Rukhsyana tetapi pada akhirnya Suryavanshi harus memindahkan kutukan Rukhsyana ke dalam dirinya. Mantera Permurnian yang dilakukan Suryavanshi merupakan mantera pengorbanan karena pada dasarnya penyihir yang dimanterai mantra pemurnian harus merasakan rasa sakit yang luar biasa untuk mengeluarkan semua kutukan dari dalam dirinya, tetapi karena tidak ingin membuat Rukhsyana mengalami rasa sakit, Suryavanshi memilih untuk memindahkan kutukan tersebut ke dalam dirinya sendiri.

(TAMAT) 

Thursday, November 12, 2020

FANFICTION (FF) HARRY POTTER : ANCIENT BLOOD (Part. 3)

 (SAMBUNGAN KE-3)

Dean dan Rukhsyana setuju untuk memakamkan Benedict di Godric's Hollow. Sebelum berangkat ke Godric's Hollow, mereka menyinggahi rumah Dean Thomas untuk mengambil mainan kesayangan Benedict, sebuah kerincing dan segenggam tanah pekarangan mereka. Rukhsyana percaya bahwa jika jiwa Benedict berenkarnasi maka tanah tersebut akan membawa ingatan Benedict terhadap kedua orang tuanya. Saat Dean dan Rukhsyana masih berada di Pekarangan rumah mereka. Harry tiba bersama rombongan Maharaj Suryavanshi. Melihat ayahnya datang, Rukhsyana tidak dapat menahan air matanya lagi. Dia menangis sekecang-kencangnya

"Rama, mereka membunuh putraku. Mereka melakukannya. Mereka mengambil darah dagingku." Rukhsyana seperti mengadu pada ayahnya sambil menunjukkan jenazah Benedict

Suryavanshi pun menangis melihat jenazah cucunya yang digendong Rukhsyana.

"Aaakkh.... Nā pēda manavaḍu. Veḷli veyyi du.Khālanu vadilivēyaṇḍi. Mīru kotta ānandantō maḷḷī mā jīvitālaku raṇḍi (Cucuku yang malang. Pergi dan meninggalkan seribu duka. Semoga kau datang lagi dalam kehidupan kami dengan kebahagiaan yang baru)" Sebuah ungkapan duka diberikan oleh Suryavanshi sambil memeluk cucunya.

Dean menangis melihat istrinya begitu menderita akan kehilangan anak mereka. Rajendra melihat ke arah Dean seakan-akan merendahkan kemampuan saudara iparnya. 

Molly, Arthur dan semua yang mengantar Dean dan Rukhsyana tak kuasa menahan kesedihan mereka. 

Setelah selesai menguburkan jenazah Benedict. Maharaj Suryavanshi pamit kembali ke Adśya rājya. Kediaman Keluarga Suryavanshi. 

"Rama. Apa yang terjadi? Apa yang mereka rencanakan?" Rukhsyana bertanya pada Suryavanshi.

"Anakku, apa kau mengenal salah seorang yang menyerangmu?" Suryavanshi mencoba mencari informasi awal tentang Para Penjelajah malam.

"Taraksa. Saat aku melihat dia, aku tahu keluargaku dalam bahaya." Jawab Rukhsyana

"Apa kau menggunakan mantra Devvada gurāṇi?" Tanya Suryavanshi

"Iya, aku tidak punya pilihan lain. Aku tahu ini akan menjadi kutukan bagi diriku." Rukhsyana pasrah akan kutukan yang diterimanya nanti

"Tidak. Aku akan melakukan Śuddīkaraṇa untukmu." Suryavanshi menenangkan putrinya

Rukhsyana tersenyum dan melihat ke arah Hermione.

"Rama tahu gadis berambut pirang yang berdiri di sana? Hermione dia juga memiliki keyakinan yang sama, walaupun dia seorang Bāhya tetapi dia juga memikirkan hal yang sama." Ujar Rukhsyana.

"Benarkah? Aku tidak menyangka ada seorang Bāhya mau mempelajari Śuddīkaraṇa." Suryavanshi terkagum-kagum dengan Hermione

Saat mereka sedang berbincang Rajendra datang dan menyapa kakaknya.

"Akka... " Suara Rajendra sambil memeluk Rukhsyana. Rajendra memang memiliki sikap yang dingin dengan orang lain tetapi dia sangat menyayangi Rukhsyana

"Aku minta maaf karena tidak berada di sampingmu saat kejadian buruk itu terjadi." Rajendra menyesal dengan keadaan kakaknya

"Jika Dean adalah seorang Ancient Blood, pasti semua ini tidak akan terjadi." Rajendra menyalahkan ketidakmampuan Dean dalam melindungi keluarganya.

"Jangan bicara seperti itu. Dean tidak melakukan kesalahan apapun. Akulah yang salah karena menyembunyikan identitasku sebagai seorang Ancient Blood. Aku berpura-pura sebagai seorang Mandha (red- Mantravidya andha/ buta sihir) pada semua orang di sana." Rukhsyana membela suaminya dihadapan ayah dan adiknya.

Suryavanshi hanya tersenyum melihat putrinya telah menjadi seorang istri yang bijak.

"Rajendra. Selepas dari sini, kau harus mencari Taraksa. Dia merupakan salah satu orang yang menyerang kakakmu dan Dean." Suryavanshi memberikan perintah pada Rajendra

"Taraksa? Biadap! dia membalas kebaikanku dengan darah keponakanku sendiri." Rajendra kaget mendengar nama Taraksa

"Apa maksudmu?" Tanya Rukhsyana

" 3 tahun yang lalu dia hampir dibunuh oleh para Pemburu dari Lokahita. Aku membelanya dan menyelamatkan nyawa Taraksa. Jika aku tahu seperti ini, maka kubiarkan dia mati saja." Ucap Rajendra.

Rukhsyana menahan amarahnya di depan ayah dan adiknya. Dean pun mendekati Rukhsyana, dan berniat berbincang singkat dengan mertua dan iparnya yang tidak pernah ditemui sebelumnya.

"Dean... Kemarilah." Suryavanshi menyambut menantunya 

"Aku menyesal karena tidak memberi restu pada kalian dulu. Sifat aroganku telah membuat kalian terbebani." Suryavanshi menyampaikan penyesalannya

"Aku juga meminta maaf." Ucap Dean

"Itu bukan salahmu. Akulah yang tidak memberitahukan kejujuran padamu." Rukhsyana menyanggah permintaan maaf suaminya sambil menggenggam tangan Dean

"Dia tidak meminta maaf untuk itu. Dia meminta maaf karena tidak mampu melawan Penjelajah Malam." Ucapan Rajendra begitu ketus dan pergi menghindari perbincangan dengan Dean.

Suryavanshi dan Rukhsyana tidak menyukai ucapan Rajendra terhadap Dean.

"Jangan dengarkan dia. Usianya masih muda, terkadang mulutnya lebih duluan berbicara kemudian baru otaknya berpikir." Rukhsyana mencoba menenangkan Dean.

"Dean.. aku menitipkan Rukhsyana kepadamu. Aku harus kembali ke tempatku dan menyelidiki siapa-siapa yang bertanggung jawab atas Penyerangan terhadap keluarga kecilmu."

"Kali ini aku akan melakukan segalanya untuk melindungi Rukhsyana." Dean berjanji kepada Suryavanshi.

"Rama, mengapa ibu tidak datang?" Tanya Rukhsyana

"Ibumu mengira kami akan membawamu pulang dan memakamkan jenazah Ashirvad di Adśya rājya. Dia menunggu di sana tetapi yang dikatakan oleh Tuan Shacklebolt benar. Kami terlebih dahulu harus mencari tahu siapa memerintahkan penjelajah Malam menyerang kalian. Itu juga sebagai bentuk tanggung jawab Rama sebagai pemimpin Ancient Blood." Jawab Suryavanshi

"Ibu, pasti kecewa mengetahui aku tidak datang bersama Rama." Ucap Rukhsyana.

"Tidak apa. Akan Rama jelaskan pada ibumu." Suryavanshi menenangkan Rukhsyana.

Setelah itu rombongan Maharaj Suryavanshi meninggalkan Godric's Hollow dan kembali ke Adśya rājya.

Susan Bones dan Hannah Abbot terus saja membicarakan Rajendra.

"Jika dia seangkatan dengan kita, pastilah dia menjadi idola para siswi di Hogwarts." Ucap Susan Bones

"Matanya yang berwarna Hijau Hazel begitu indah bahkan garis hitam yang melingkari matanya membuat dia semakin menarik." Puji Hannah


************

Dua bulan kemudian ada berita duka dikirimkan kepada Rukhsyana dari Adśya rājya. Ayahnya ditemukan tewas karena sihir Ṭirākaṉ viṣam (Racun Naga) yang akan membuat seluruh organ tubuh korbannya terbakar hangus bahkan di dalam tubuhnya secara perlahan-lahan tanpa disadari oleh korbannya. 

"Dean....Dean....Dean..." Dengan suara terisak, Rukhsyana memanggil suaminya. Kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya yang lemas, Rukhsyana terjatuh dan hanya bersandar pada meja makan mereka. Dean terkejut melihat keadaan istrinya

"Rama.. Ramaku meninggal." Rukhsyana memeluk suaminya dan menggenggam surat yang dia terima.

"Apa?" Dean kemudian menangis dan membalas pelukan Rukhsyana.

"Aku harus pergi ke Adśya rājya. Aku tidak bisa seperti ini. Mereka sudah mengambil terlalu banyak dariku." Ucap Rukhsyana.

"Aku akan menemanimu" Dean sepakat untuk pergi bersama istrinya.

Saat keduanya hendak pergi, Ron dan Harry datang mencegah mereka.




"Rukhsyana sebaiknya jangan pergi dulu." Cegat Harry

"Aku harus bersabar seperti apa lagi Potter?" Tanya Rukhsyana dengan nada kesal

"Ayahmu yang meminta seperti itu." Ron menjawab pertanyaan Rukhsyana

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Dean semakin bingung.

"Sebaiknya kita pergi ke The Burrow.. Amerta sudah berada di sana." Ron mengajak Pasangan suami-istri tersebut pergi ke rumah keluarga Weasley. 

Mendengar nama Amerta, Rukhsyana pun mau datang ke The Burrow.

Sesampainya di Burrow, Ginny menyambut mereka. Dia memeluk Rukhsyana dan menyampaikan ucapan belasungkawa. Lalu diikuti oleh Molly dan beberapa orang lainnya.

"Yuvarani (Putri Raja)..." Ucap Amerta saat bertemu Rukhsyana.

"Apa yang terjadi, Amerta?" Tanya Rukhsyana

"Raja menitipkan ini anda." Amerta mengirimkan sebuah surat yang disegel oleh segel Maharaj Suryavanshi.

Rukhsyana menerima surat tersebut kemudian membukanya. Isi surat itu adalah permintaan maaf ayahnya karena tak sanggup menemukan pembunuhan Benedict, bahkan ketika maut sudah mendekatinya. Ayahnya berharap agar kesedihan anaknya dapat digantikan dengan kebahagiaan. Suryavanshi melarang Rukhsyana dan Dean pergi ke Adśya rājya. 

"Bagaimana dengan ibu dan Rajendra?" Tanya Rukhsyana setelah membaca surat tersebut.

"Maharani masih berada di Adśya rājya. Tetapi Yuvaraj, setelah kematian Maharaj, beliau tidak terlihat lagi di Adśya rājya." Jawab Amerta.

"Maharaj berpesan untuk membawa 10 orang pasukan khusus untuk melindungi Yuvarani dan Yuvarani Pati. Maharaj khawatir bahwa Penjelajah malam akan membunuh Yuvarani." Lanjut Amerta

Harry yang mendengarkan cerita tersebut mulai curiga pada Rajendra karena Sejak awal, Rajendralah yang memaksa membawa pulang Rukhsyana. Rajendra yang selalu memandang sinis dan merendahkan Dean. Ditambah lagi Rajendra memiliki hubungan dengan Taraksa, salah satu anggota Penjelajah Malam. Setelah Amerta undur diri dari hadapan Rukhsyana, Harry dan Dean mendekati Rukhsyana dan menanyakan keputusan Rukhsyana selanjutnya. 

"Rukhsyana?" Panggil Dean

"Aku tidak tahu, apakah ini benar atau tidak. Mungkinkah Rajendra melakukan semua ini?" Tanya Rukhsyana

"Aku tak tahu." Jawab Dean



"Mohon maaf tapi sejujurnya kecurigaanku mengarah pada Rajendra. Hanya saja tidak ada bukti yang cukup kuat" ucap Harry

"Kita tidak bisa bertahan di sini. Jika ingin bertarung maka akan ada tempat yang lebih baik." Rukhsyana mulai merencanakan sesuatu. 

"Kita pergi ke rumahku saja. Kita akhiri ditempat di mana mereka memulainya." Lanjut Rukhsyana.

"Benar kata Rukhsyana." Dean setuju dengan ide istrinya.

************


Semua bersiap-siap menanti kedatangan Penjelajah Malam. Orang-orang dari kementerian sihir dan beberapa anggota bekas Laskar Dumbledore membantu Dean dan Rukhsyana untuk menghadapi penjelajah Malam.

"Kita melakukannya lagi, bukan?" Seamus terkesan bersemangat karena serasa bernostalgia

"Neville, sebaiknya jangan sampai wajahmu babak belur, karena Hannah akan semakin terpesona pada Rajendra" George mulai mengganggu Neville

"Lucu sekali." Neville menjawab dengan datar. Tetapi Ron, Dean, Ernie, dan Seamus tidak bisa menahan tertawaan mereka dengan lelucon George

Harry memberikan instruksi kepada bawahannya untuk mengawasi kediaman Dean Thomas. Selesai memberikan arahan, Harry dihampiri oleh Ginny.

"Bagaimana dengan anak-anak?" Tanya Harry pada Ginny

"Mereka semua berkumpul di The Burrow" jawab Ginny

"Sebaiknya kau, Hermione Susan, Hannah dan Angelina kembali ke the Burrow. Di sini biar kami saja yang mengatasinya. Lagi pula ada bantuan dari anggota Ancient Blood. Dan...." Harry seperti takut terjadi sesuatu yang buruk pada Ginny dan teman-temannya

"Hei... Tidak apa. Kita harus berjuang bersama. Seperti yang pernah kita lakukan dulu di Hogwarts. Bagaimana pun Dean dan Rukhsyana adalah bagian dari kita." Ginny menenangkan Harry. Harry tersenyum mendengar ucapan istrinya. Tetapi dia melihat Rukhsyana berbicara dengan Amerta dengan wajah yang serius. Harry khawatir jika Rukhsyana merencanakan hal lain. Harry mengajak Ginny menghampiri Rukhsyana.

"Apakah semuanya baik-baik saja." Tanya Harry pada Rukhsyana

"Ya... Aku hanya ingin memastikan Amerta memahami instruksiku." Jawab Rukhsyana

Langit sore pun menampilkan warna merah muda dan menenggelamkan matahari. Tiba-tiba Amerta dan sepuluh orang prajurit Ancient Blood berdiri di depan rumah dan merapalkan sebuah mantra secara bersamaan.

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Hermione pada Rukhsyana.

"Mereka sedang melakukan mantra perlindungan untuk rumah ini." Jawab Rukhsyana.

Tetapi Hermione tidak percaya begitu saja, walaupun dia bukan seorang Ancient Blood tapi dia tahu yang diramalkan oleh Amerta bukanlah sekadar Mantra Perlindungan. Saat mereka memperhatikan Amerta dengan seksama. Tiba-tiba saja Rukhsyana berdiri di depan halaman rumahnya dan mengangkat telapak tangan kanannya. Dia merapalkan mantera pembalikan dimensi, sehingga pertarungan antar para Ancient Blood tidak mengorbankan penyihir Bāhya (non Ancient Blood)

Dean menyadari bahwa istrinya tidak ingin membawanya ikut dalam pertarungan para Ancient Blood. Dia berlari dengan cepat ke arah Rukhsyana tetapi terlambat, istrinya telah selesai merapal mantra dan membalik telapak tangannya sebagai tanda mereka telah berbeda dimensi walaupun berada di tempat yang sama. Dean menangis sekeras-kerasnya, Hermione dan yang lainnya merasa sangat sedih. Harry merasa kecolongan karena tidak mampu membaca rencana Rukhsyana. Dean menggunakan segala cara untuk menembus batas dimensi yang diciptakan oleh istrinya tetapi selalu gagal. Dean yang sangat marah kemudian memukul tangannya ke tanah dan memanggil nama Rukhsyana. 

Saat keadaan seperti tak ada jalan tiba-tiba Rajendra muncul. Harry mengira bahwa kedatangan Rajendra untuk menyerang mereka.

"Impedimenta!" Harry menyerang Rajendra. Hal ini membuat semua orang disitu menjadi terkejut.

"Kraṣar!" Rajendra menangkis serangan tersebut tanpa menghentikan langkahnya 

"Maretubiḍi!" Rajendra kembali menyerang Harry. Mantera ini membuat Harry lupa mantera apa yang harus dikeluarkan. Ketika melihat suaminya diserang, Ginny kemudian mengeluarkan tongkatnya tetapi ditahan oleh Ron

"Aku datang bukan untuk menyerang." Teriak Rajendra.

"Kedatanganku kemari untuk membantu kakakku." Lanjut Rajendra. Sambil berjalan di menuju ke arah Dean. Rajendra mengulurkan tangannya untuk membantu Dean berdiri.

"Jangan melukai tanganmu kakak ipar. Kau akan membutuhkan tangan yang kuat untuk melawan para pengkhianat." Ucap Rajendra sambil membantu Dean berdiri.

"Kami pikir kau adalah bagian dari Penjelajah Malam. Karena,..." Kata Hermione.

"Aku memang bajingan, tetapi bukan seorang pengkhianat. Sāmān'ya!" Ucap Rajendra sambil melihat Harry kemudian menghapus mantera yang ia lemparkan ke arah Harry sebelumnya.

"Aku minta maaf Tuan Potter, tetapi kau duluan yang menyerangku" Rajendra meminta maaf.

"Aku juga minta maaf." Ucap Harry

"Di mana kakakku?" Tanya Rajendra kepada Dean

"Dia melakukan pembalikan dimensi." Jawab Dean

"Dia memang memang selalu sok kuat" Rajendra menggerutu tentang Rukhsyana.

"Di mana terakhir kali dia berdiri?" Tanya Rajendra.

"Tepat di posisimu." Jawab Ron.

"Baiklah berikan aku sedikit ruang untuk membuka dimensinya." Pinta Rajendra

Dean dan lainnya kemudian menyingkir dari posisi mereka untuk memberi ruang pada Rajendra. Saat Rajendra hendak merapal mantranya tiba-tiba Hermione melemparkan mantera pada Rajendra.

"Petrificus Totalus!"

Seketika tubuh Rajendra menjadi kaku tetapi dia masih bisa berdiri tegak dan berbicara.

"Yang benar saja! Apa kalian tidak belajar? Mantera ini tidak berhasil sepenuhnya pada kami" Rajendra sedikit emosi

"Tapi setidaknya menahanmu dan berjanji sesuatu." Ucap Harry

"Baiklah! Apa?" Tanya Rajendra

"Setelah membuka dimensi itu, kau akan membawa kami ke dalamnya. Dan membiarkan kami turut berperang melawan mereka." Dean meminta Rajendra membawa mereka ke dalam Dimensi lain

"Oke. Tidak mungkin juga aku membiarkanmu di sini tanpa bisa membalas dendam anakmu." Ujar Rajendra

Kemudian Dean membisikkan sesuatu ke telinga Rajendra. Rajendra sedikit emosi dengan berbagai macam syarat kakak iparnya.

"Ya.. Dewa! Kau memang banyak maunya." Gerutu Rajendra setelah selesai mendengar bisikan Dean.

Hermione kemudian membebaskan Rajendra. 

"Ingat ya, bukan karena aku tak bisa melepaskan diriku sendiri dari mantera itu, tetapi karena keterbatasan waktu tidak memungkinkan bagiku" Rajendra tetap mengoceh tentang kemampuan dia melepaskan diri.

"Semuanya minggir, jangan sampai ada orang tua terluka." Ucap Rajendra sambil mengenaskan tangannya

'' Āyāmagaḷa naḍuve gēṭ‌gaḷannu tereyalāgide. Rukhsānā rājakumāriyondige nannannu huḍuki. Nānu sadguṇakkāgi hōrāḍuva puruṣarondige mātra pravēśisuttēne "

Seketika itu ruang dimensi terbuka, seperti terdapat dua waktu yang berbeda dan ruang berbeda dalam satu tempat.

Rajendra kemudian mempersilahkan Dean, Harry, Ron, Ernie, Neville dan semua pria yang berada di situ terlebih dahulu. Kemudian giliran Hermione melangkahkan kakinya ke dalam lingkaran tersebut, tetapi tiba-tiba langkah Hermione terhenti karena merasa ada kaca yang membatasi. 

"Mengapa kakiku tidak bisa masuk? Seperti ada penghalang." Tanya Hermione kebingungan. Ginny dan yang lainnya pun merasa kebingungan.

"Benarkah? Coba aku yang masuk" Rajendra melangkahkan kaki ke dalam lingkaran antar dimensi. 

"Aduh aku lupa! Tadi aku mengecualikan para penyihir wanita untuk masuk ke dalam. Jangan marah padaku, itu permintaan Dean. Jika mau marah, marahlah dia." Rajendra kemudian menutup lingkaran dimensi 

Hermione merasa kesal pada teman-teman prianya.

"Mereka memang menyebalkan! Dasar Bajingan penipu!" Teriak Hannah Abbott.

Teriakan Hannah membuat Ginny dan lainnya terkejut karena baru kali ini mereka mendengar Hannah memaki orang

(BERSAMBUNG)

Tuesday, November 10, 2020

FANFICTION (FF) HARRY POTTER : ANCIENT BLOOD (Part. 2)

(SAMBUNGAN KE-2)

"Apa Hermione Weasley sudah tiba?" Tanya Kingsley Shacklebolt yang telah menjadi menteri kementerian Sihir kepada sekretaris Hermione

"Ah.. oh itu dia" tunjuk sekertaris tersebut ke arah belakang Kingsley

Kingsley pun berbalik ke arah Hermione.

"Apakah Harry sudah memberitahukanmu tentang penyerangan terhadap keluarga Dean Thomas?" Tanya Kingsley kepada Hermione

"Ya.. Aku mendengarnya tadi malam." Hermione menjawab dengan hati-hati bukan karena dia tidak percaya kepada Kingsley tetapi karena dia tidak mempercayai beberapa orang di depan mereka. 

"Kita bicarakan di ruanganku." Kingsley tahu Hermione tidak nyaman jika berbicara di luar ruangan.

Sesampainya di ruang kerja Kingsley. Hermione menjelaskan fakta-fakta apa saja yang Harry temukan pada Rukhsyana.

"Apa benar penyerangan terhadap keluarga Thomas dilakukan oleh Ancient Blood?" Tanya Kingsley pada Hermione bahkan sebelum Hermione sempat duduk di kursi.

"Iya. Mereka adalah kelompok penjelajah malam. Mereka disebut..." Hermione menjawab pertanyaan Kingsley

"Aku tahu sebutan mereka." Kingsley memotong jawaban Hermione

"Rukhsyana adalah seorang Ancient Blood." Hermione melanjutkan 

"Sudah kuduga, sejak mereka menikah aku tahu bahwa Rukhsyana bukanlah seorang muggle. Dia mungkin adalah seorang Veela tetapi dia jauh dari pada itu." Kingsley mengingat kembali saat Dean menikah dengan Rukhsyana. 

"Lalu, apa yang akan dilakukan oleh kementerian?" Tanya Hermione

"Awalnya aku ingin melakukan sidang tetapi dalam hal ini Dean tidak bersalah. Rukhsyana yang akan dikembalikan ke India." Jawab Kingsley

"Hanya saja, Rukhsyana baru kehilangan anaknya, tidak mungkin kita menabur garam dalam lukanya" lanjut Kingsley sembari membuka sebuah surat

Hermione belum beranjak dari ruang kerja Kingsley. Kingsley sendiri seperti sedang membaca sebuah surat secara seksama. Dia menampilkan wajah serius, seperti surat tersebut sangat penting.

"Apa lagi ini? Hermione beritahu Potter untuk segera menyiagakan beberapa Auror . Hubungi Departemen Kerjasama Sihir, suruh mereka datang ke ruanganku secepatnya. Aku, Kau dan Percy Weasley akan melakukan beberapa perencanaan." Perintah Kingsley kepada Hermione.

"Ada apa?" Hermione terlihat bingung

"Maharaj Suryavanshi, ayah Rukhsyana, ingin meminta ijin terhadap otoritas Kementerian Sihir untuk menjemput Rukhsyana dan melakukan upacara penguburan cucunya. Rukhsyana adalah seorang bangsawan Ancient Blood. Kali ini kita harus berhati-hati." Jelas Kingsley sambil menatap Hermione.

"Benarkah? Ah.... Aku akan kembali dengan Percy." Hermione Terkejut tetapi kemudia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu.

Ditempat lain, Harry mendapatkan sebuah surat dari Draco Malfoy berisi informasi tentang penyerang keluarga Dean Thomas. Surat itu diantarkan Kreacher. Walaupun Kreacher adalah peri yang ketus, tetapi Harry sangat mempercayainya dalam menjalankan misi rahasia. Isi surat itu adalah : 

"Potter, setelah menghubungi beberapa kontakku di kalangan pure Blood India, aku menemukan fakta yang mengejutkan. Rukhsyana adalah anak Maharaj Suryavanshi, pemimpin tertinggi Ancient Blood. Penjelajah Malam, bukanlah kelompok sembarangan, mereka tidak menerima perintah dari kasta rendahan. Hanya kasta Bangsawan Ancient Blood yang bisa menggerakkan mereka. Kecurigaanku mengarah pada keluarga Rukhsyana sendiri, entah itu ayahnya atau adik lelakinya. Jika memang demikian Rukhsyana dan Thomas dalam ancaman besar."

"Aku harus segera menemui Hermione dan Percy." Harry kemudian mengambil jaketnya

"Harry, kau tidak perlu repot-repot. Kingsley memanggilmu. Ron, Seamus dan Neville juga" George menunjukkan secarik memo yang dikirimkan ke tokonya

Harry kemudian mengambil memo tersebut.

Keempatnya pergi ke kantor kementerian Sihir. Di sana Percy sudah menunggu mereka.

"Hai Longbottom, Finnigan. Apa kabar? Percy memberi salam pada Neville dan Seamus

"Baik." Jawab Longbottom sambil menjabat tangan Percy

"Harry, apakah mereka sudah memakamkan Benedict?" Tanya Percy tentang pemakaman bayi dari Dean Thomas

"Belum, dia masih disemayamkan di markas." Jawab Harry

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Aku dan Neville dipanggil?" Tanya Ron pada kakaknya

"Kita sedang membutuhkan tambahan orang untuk menjaga keamanan disekitar kementerian. Ayah Rukhsyana akan datang dan meminta ijin dari otoritas Kementerian untuk menjemput Rukhsyana dan memakamkan Benedict." Percy menjelaskan sambil berjalan menutup pintu Lift

"Kita tidak bisa menyerahkan Rukhsyana begitu saja kepada mereka." Ucap Harry sebelum Lift tersebut melaju ke ruangan Kingsley

"Mengapa tidak? Kementerian tidak mempunyai hak mempertahankan Ancient Blood" Percy memberi sinyal tentang peluang Rukhsyana dijemput oleh keluarganya

Sesampainya di ruangan Kingsley, mereka dipersilahkan duduk oleh Kingsley. 

"Potter, persiapkan penjagaan ketat di kementerian Sihir. Kita harus berjaga-jaga dengan kedatangan Ancient Blood. Mereka tidak mudah ditebak." Kingsley meminta Potter menyiaga anak buahnya

"Kita tidak bisa menyerahkan Rukhsyana pada mereka. Aku baru mendapatkan informasi bahwa Penjelajah Malam dipastikan adalah suruhan Bangsawan Ancient Blood. Bisa saja Rukhsyana akan terbunuh jika kita menyerahkan dia." Harry berusaha meyakinkan Kingsley untuk tidak menyerahkan Rukhsyana

"Dari mana kau dapatkan informasi tersebut?" Tanya Percy

"Dari Malfoy" jawab Harry tanpa memberi wajahnya pada Percy

"Bagaimana bisa kau mempercayai orang seperti Draco Malfoy." Tanya Percy dengan sinis. Percy masih menyalahkan Draco Malfoy atas kematian Fred, adiknya

"Hanya dia yang memiliki kontak terdekat dengan Ancient Blood." Ron berusaha membela Harry

Percy masih saja tidak suka mendengarkan nama Draco Malfoy.

"Jika memang diperlukan, kita akan menjadikan informasi dari Draco Malfoy sebagai bukti kuat untuk mencegah Suryavanshi mengambil Rukhsyana. Bagaimana pun kita tidak bisa membiarkan penggunaan sihir hitam terhadap keluarga penyihir di wilayah otoritas Kementerian Sihir." Kingsley menemukan sebuah pilihan dari permasalahan yang mereka hadapi.

"Lalu, bagaimana sihir yang digunakan oleh Rukhsyana? Bukankah itu sihir hitam yang berbahaya?" Tanya Neville

"Memang, tetapi dia melakukan itu sebagai bentuk pembelaan diri. Dalam hal itu, Rukhsyana dibenarkan" Jawab Kingsley

Waktu yang dinanti pun tiba, Maharaj Suryavanshi tiba di kementerian sihir, bersama dengan Rajendra putranya dan lima orang pengawalnya. Kedatangan mereka cukup membuat orang-orang di Kementrian sangat terpukau. Mereka tidak menggunakan satu pun pintu masuk di gedung kementerian sihir. Mereka tepat muncul di hadapan Kingsley dan Percy dengan tanda titik api berwarna putih kemudian perlahan-lahan memunculkan kepala hingga kaki para penyihir Ancient Blood, tanda api tersebut juga merupakan identitas dari seorang Aguna. Kingsley terkejut tetapi Percy lebih terkejut karena baru pertama kali melihat penyihir Ancient Blood secara langsung. Kingsley kemudian menyambut mereka selaku Kepala Kementerian sihir. Perawakan Rajendra membuat Percy sedikit bergidik karena memiliki badan yang sangat tegap, pandangan mata yang tajam. Hampir tak ada garis senyum di wajahnya. Sementara Maharaj Suryavanshi, memiliki wajah yang sangat meneduhkan dan warna mata yang mirip Rukhsyana. 

Ilustrasi karakter Maharaj Suryavanshi


"Saya turut berduka cita atas kematian Benedict" Kingsley menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Maharaj Suryavanshi

"Ashirvad. Aku memanggilnya Ashirvad. Terima Kasih Tuan Shacklebolt." Maharaj Suryavanshi enggan memanggil cucunya dengan nama Inggrisnya. 

Kingsley sedikit terkejut mendengar jawaban Maharaj Suryavanshi, yang terkesan sedikit sombong. Tetapi kemudian mempersilahkan rombongan Blood Ancient tersebut ke ruangannya.

Setelah membuat diri mereka nyaman di ruang kerja Kingsley, Suryavanshi memulai perbincangan tujuan kedatangan mereka.

"Kau tentunya sudah tahu tujuan kedatangan kami. Aku harap kementerian sihir tidak menghalangi kami." Maharaj seperti memberikan ultimatum secara halus 

"Saya meminta maaf sebelumnya, tetapi ada kejanggalan pada serangan yang dialami oleh keluarga Thomas. Dan sebagai otoritas yang berkuasa di sini, kami tidak bisa membiarkan Anda membawa Rukhsyana karena proses penyelidikan belum selesai." Kingsley memberikan jawaban yang tegas kepada Suryavanshi.

"Kami tidak meminta, kami memberikan ultimatum." Rajendra membalas jawaban Kingsley dengan tatapan sinis

Ilustrasi Rajendra


"Rajendra..." Suryavanshi memperingati sikap Rajendra

Ron berbisik pada Neville dan Seamus di pinggir ruangan.

"Perhatikan mata anak itu. Mata kirinya seperti mempunyai pupil ganda." Ron berbisik sambil melihat ke arah Rajendra

"Mengerikan sekali. Baru kali ini aku melihat yang seperti itu." Balas Neville yang juga memperhatikan Rajendra

"Benar-benar menakjubkan" Seamus takjub dan tidak percaya ada penyihir dengan mata seperti itu

Hermione dan Percy mengabaikan sikap Ron, Seamus dan Neville yang terlalu berlebihan dalam memperhatikan Rajendra.

"Kami mendapatkan informasi bahwa Penyerangan dilakukan oleh Penjelajah Malam. Bukankah mereka berada di bawah otoritas bangsawan Ancient Blood?" Kingsley melanjutkan perbincangan

"Benarkah? Saya harap itu adalah kesalahan informasi dari para Auror anda." Dengan tenang Suryavanshi menyampaikan keraguan informasi tersebut.

"Harry?" Kingsley memanggil Harry untuk memberikan keterangan lanjutan sebagai kepala Auror.

Rajendra menatap ke arah Harry, yang sedari tadi berdiri di pinggir ruangan

"Ini adalah kepala Auror kami" Kingsley memperkenalkan Harry kepada Suryavanshi.


"Oh Harry Potter. Salah seorang pahlawan perang Hogwarts. Aku pernah mendengarmu." Suryavanshi menyampaikan salamnya.

"Terima kasih, Yang Mulia" Harry menjabat tangan Suryavanshi.

"Jadi, berikan alasan anda mengapa anda menuduh Para Penjelajah Malam sebagai pelaku penyerangan." Suryavanshi menanyai Harry dengan dinginnya 

"Sihir Perisai Setan yang digunakan Rukhsyana saat melawan para penyerang tersebut membuat saya yakin bahwa penyerangnya adalah Ancient Blood. Saya juga mendapatkan informasi bahwa malam itu ada suasana yang sangat mencekam melintasi Diagon Alley dari seorang pembuat tongkat Sihir. Beberapa perabotan yang terbuat dari kaca mengalami keretakan. Beberapa orang marasakan kehadiran penjelajah malam seperti merasakan ketakutan yang luar biasa, suhu udara tiba berubah sangat panas. Saat itu aku tahu ada sihir yang begitu gelap telah melintasi Diagon Alley." Harry menjelaskan panjang lebar kepada Suryavanshi

"Kami mencurigai..." Lanjut Kingsley

"Ini penghinaan terhadap otoritas Ancient Blood!" Amerta, seorang pengawal wanita Maharaj Suryavanshi merasa dihina oleh Kingsley

Ilustrasi Amerta


"Kami tidak bermaksud menuduh Maharaj Suryavanshi. Kami hanya ingin memastikan keamanan Rukhsyana dan Dean Thomas." Kingsley menjelaskan maksud kecurigaannya

Maharaj Suryavanshi menatap ke arah Rajendra. Seperti sedang menyelidik ekspresi putranya.

"Baiklah. Aku pun akan menyelidikinya. Tetapi biarkan aku bertemu dengan putri dan cucuku" Maharaj Suryavanshi memahami maksud Kingsley. 

Kingsley melihat ke arah Harry sebagai isyarat untuk mengantarkan Rombongan Maharaj Suryavanshi ke Rukhsyana. Harry pun mengangguk.

(BERSAMBUNG)



Monday, November 9, 2020

FANFICTION (FF) HARRY POTTER : ANCIENT BLOOD (Part. 1)

Ron... Ron..!" Terdengar sebuah suara yang memanggil Ron di malam hari. Suara itu adala suara Harry Potter yang telah menjadi Auror kementerian Sihir.
"Harry? Apa itu kau?" Tanya seorang wanita dari balik pintu. 
"Hermione. Tolong buka pintu!" Harry mengenal suara Hermione. Hermione kemudian membuka pintu, secepat mungkin Harry mendorong Hermione ke dalam Rumah kemudian melirik ke luar dan menutup pintu. Dengan yang wajah pucat Harry berusaha menenangkan diri sebelum menjelaskan kedatangannya di tengah malam.




"Di mana Ron?" Tanya Harry kepada Hermione sambil melihat ke arah anak tangga.
"Ada apa Harry? Kau seperti orang yang ketakutan" Suara Ron muncul dari arah lantai dua. Ron kemudian menuruni anak tangga
"Harry? Katakan sesuatu, jangan membuat kami ketakutan" Hermione tidak merasa nyaman dengan ekspresi wajah Harry
Setelah mengumpulkan tenaganya kembali, Harry duduk di sofa dan melihat ke arah Hermione dan Ron. 
"Keluarga Dean Thomas diserang. Anaknya meninggal" Harry memberitahukan sebuah berita duka
"Ya, Tuhan..." Hermione Terkejut mendengar berita tersebut



"Bukankah anaknya Dean baru berusia 2 tahun?" Tanya Ron, seolah tidak percaya kalau ada orang yang tega membunuh seorang bayi
"Iya. Anak itu meninggal di dalam pelukan Dean" Harry menjelaskan kembali
Hermione sebagai seorang ibu, merasa sedih mendengar Dean dan istrinya harus kehilangan anak yang mereka nantikan selama 7 tahun.
"Apakah ini perbuatan death eaters?" Tanya Hermione kepada Harry
"Aku berharap ini adalah perbuatan Death Eaters. Tapi bukan, ini lebih berbahaya dari mereka" Jawaban Harry membuat Ron bergidik
"Jika bukan death eaters, lalu siapa?" Tanya Ron
"Ancient Blood" Jawab Harry
"Apa? Bagaimana bisa? Apakah Dean terlibat perselisihan dengan mereka?" Hermione kaget mendengar jawaban Harry.
Harry menggelengkan kepalanya sebagai isyarat bahwa Dean tidak terlibat perselisihan dengan Ancient Blood
"Lalu apa? Tapi dari mana kau tahu mereka adalah Ancient Blood?" Tanya Ron
"Ancient Blood adalah orang-orang tidak suka berurusan dengan Dunia kita. Bagaimana bisa mereka menyerang tanpa alasan?" Hermione semakin heran
"Rukhsyana. Aku juga tidak percaya, tetapi selama Rukhsyana menutupi identitasnya." Harry pun tidak percaya dengan fakta yang dia bawa kepada Hermione dan Ron
"Rukhsyana bukan seorang muggle?" Tanya Hermione
"Jika Rukhsyana adalah seorang penyihir maka tentu kita mengetahuinya." Ron masih meragukan fakta yang dia dengar.
"Kecuali..." Hermione mulai mendapatkan titik terang
"Demi Janggut Merlin... Rukhsyana adalah seorang Ancient Blood" Ron menemukan jawaban dari keraguannya sendiri
"Ya, dia sendiri tak pernah memberitahukan identitasnya kepada Dean Thomas. Aku baru tahu setelah melihat tubuhnya penuh dengan tulisan mantra dalam bahasa sansekerta ketika melawan beberapa Ancient Blood" Harry menjelaskan semua yang dia lihat.
"Ya.. Tuhan. Jika orang-orang di kementerian menemukan hal ini, maka keluarga Dean bisa dihukum." Hermione mengkhawatirkan keluarga Dean
"Karena itu, aku terlebih dahulu memberitahukan kepada kalian, bagaimanapun juga Dean adalah teman kita. Dia juga telah kehilangan anaknya. Dia akan semakin hancur jika istrinya diusir dari Inggris" Harry juga merasa kasihan pada Dean.
"Baiklah, aku akan mencegah rapat mengenai masalah untuk Dean dan Rukhsyana.Tetapi tidak ada jaminan bahwa ini akan berhasil. Dan kita tahu mayoritas suara Kementerian Sihir tidak suka berurusan dengan Ancient Blood." Hermione mulai mempersiapkan diri jika besok diadakan rapat mendadak di kementerian Sihir.
"Lalu, di mana mereka sekarang?" Ron bertanya tentang Keberadaan Dean
"Grimmauld Place. Aku rasa itu salah satu tempat yang aman, dan Kreacher dapat diandalkan." Harry menjawab dengan yakin
"Apakah kami bisa pergi melihat mereka?" Tanya Ron
"Silahkan. Ibumu juga sudah berada di sana" Harry mempersilahkan
"Baiklah." Ron dan Hermione kemudian mengganti pakaian mereka.

***********************************
"Oh dear.. " Molly menyambut kedatangan Hermione dengan suara lembutnya. Seamus Finnigan juga sudah berada di rumah tersebut. Ron dan Harry memeluk Seamus dan ketiganya merasakan duka Dean
"Bagaimana keadaan Rukhsyana, ibu?" Tanya Hermione
"Sungguh menyedihkan. Dia tidak mau melepaskan tubuh anaknya. Dia terus menangisi anaknya. Sepanjang malam dia mengatakan anaknya hanya tidur." Molly merasakan kepedihan Rukhsyana seperti saat dia kehilangan Fred.
"Oh.. Rukhsyana. Baiklah aku akan pergi melihatnya dulu." Hermione kemudian menuju ke kamar di lantai dua
"Lagi-lagi si mudblood.." Kreacher mulai menggerutu melihat kedatangan Hermione
"Sudah selesai? Di mana Rukhsyana?" Hermione sudah muak dengan sindiran Kreacher
Kreacher kemudian menunjuk ke arah kamar di mana Rukhsyana berada. Hermione pun berjalan menuju ke arah kamar yang ditunjuk Kreacher
"Perintahkan saja si Tua Kreacher, dia bisa berada di Hogwarts dan Rumah keluarga Black sesuai keinginanmu." Kreacher masih menggerutu
Hermione membuka pintu secara perlahan dan mendapati Ginny sudah berada di dalam kamar bersama Rukhsyana. Wanita berambut hitam panjang, berkulit sawo matang, kedua mata berwarna abu-abu yang menatap tajam dan bibir kecil. Ginny memberi isyarat kalo Rukhsyana masih terpukul. Hermione tidak bisa menahan kesedihan melihat istri temannya menderita.


"Ibu macam apa yang membiarkan anaknya meninggal? Dia masih kecil. Dia baru saja belajar memanggilku sebagai ibunya. Seharusnya aku saja yang mati. Anakku sayang...." Rukhsyana kembali lagi menangisi anaknya dengan suara yang memilukan. Ginny dan Hermione turut menangisi nasib tragis Rukhsyana.
"Lihat aku! Lily mengorbankan hidupnya untuk Harry. Molly membunuh bellatrix untuk menyelamatkanmu Ginny. Sedangkan aku? Aku masih hidup hingga saat ini karena kematian anakku. Tuhan pasti marah kepadaku" Rukhsyana terus menyalahkan dirinya sendiri.
Di kamar lain, Seamus, Ron dan Harry melihat keadaan Dean yang juga masih syok dengan kematian anaknya.
"Aku tidak pantas menjadi seorang ayah. Aku tidak bisa melindungi keluargaku." Dean juga menyalahkan dirinya sendiri.
"Dean... " Seamus mencoba menenangkan Dean
"Jika Rukhsyana tidak melakukan perlawanan mungkin aku juga sudah meninggal. Rukhsyana menderita karena kebodohanku. Aku harus bagaimana Seamus?"
"Kau sudah bertarung denga sekuat tenaga, ini adalah jalan yang harus kalian lalui. Dan.... Saat ini Rukhsyana juga membutuhkanmu. Jika ingin menangis maka menangislah bersama dengannya, itu jauh lebih baik." Ron memberikan semangat pada Dean.
"Ron, benar. Rukhsyana juga membutuhkanmu saat ini, jangan biarkan dia menangis sendiri." Harry sependapat dengan Ron
Dean sadar bahwa istrinya sangat membutuhkan dirinya. Dean menguatkan hatinya untuk menemani Rukhsyana yang terus menangisi putra mereka.
Dean membuka pintu kamar Rukhsyana, Hermione dan Ginny yang melihat kedatangan Dean, kemudian meninggalkan pasangan suami-isteri tersebut menyendiri. Dean berjalan ke arah Rukhsyana dan duduk di sebelahnya sambil berusaha menahan air matanya Seamus mengambil jenazah anaknya dari tangan Rukhsyana. Baru saja memberikan dekapan penuh terhadap jenazah anaknya, Dean kemudian menangis dan berulang kali meminta maaf.
"Maafkan aku, anakku." Dean terus menangis, tangan kanannya mendekap anaknya. Dan tangan kirinya mendekap Rukhsyana.
"Maafkan aku, Rukhsyana. Aku gagal melindungi keluarga kita." Dean terus meminta maaf.
Rukhsyana tak bisa berkata-kata, bahkan suara tangisannya tenggelam oleh kepiluan yang begitu mendalam.
Pasangan Thomas ini terus meratapi kematian anak semata wayang mereka.
Di lantai bawah, Molly turut menangisi kemalangan yang menimpa Keluarga Thomas. 
"Oh Rukhsyana yang malang, aku tidak menyangka dia mengalami nasib yang buruk ini." Molly terus menyesali kematian anak Dean dan Rukhsyana.
"Harry, apakah kau sudah mendapatkan kejelasan tentang para penyerang itu?" Tanya Ginny kepada suaminya
"Aku meminta Malfoy untuk mencari tahu anggota Ancient Blood yang masuk ke daerah kita." Jawab Harry
"Ya... Di antara kita hanya Malfoy yang memiliki sumber daya informasi. Aku dengar dia biasa menjalin kerjasama sama dengan beberapa penyihir yang masih memiliki keturunan Ancient Blood." Ron mengamini keputusan Harry
"Akhirnya, Draco bisa diajak kerjasama." Suara Neville Longbottom yang ternyata juga datang melihat keadaan Dean. Ditemani Hannah Abbott, istrinya yang juga merasakan kehilangan Rukhsyana.
"Halo Longbottom. Bagaimana keadaanmu?" Tanya Ron yang terkejut dengan kedatangan Neville
Keduanya berpelukan seperti teman lama yang jarang bertemu. Tak lupa Harry pun memberikan pelukan kepada teman seperjuangan mereka dalam perang Hogwarts
"Setelah mendengar kabar duka tersebut, aku dan Hannah, buru-buru datang kemari. Untung kau pernah memberitahukan lokasi rumah ini." Ucap Neville pada Harry 
"Aku tidak menyangka bahwa kita akan berkumpul dalam keadaan berduka seperti ini." Hannah menimpali kalimat suaminya. 
"Aku juga tidak menyangka... Ah...Hannah, apa kau mem bawa buku yang kuminta?" Tanya Hermione pada Hannah
"Oh...iya ini bukunya. Aku tidak tahu, apakah buku ini bisa membantu atau tidak, karena buku adalah buku mantra kuno dan semuanya memakai huruf sanskrit" Hannah memberikan buku yang diminta oleh Hermione, ternyata Hermione yang memberitahukan kabar duka tersebut kepada Neville dan Hannah
"Apa yang ingin kau lakukan dengan buku itu?" Tanya Ron penasaran
"Pelankan suaramu. Kita bicarakan di ruangan sebelah saja" Hermione tidak ingin Dean dan Rukhsyana mendengar apa yang akan diberitahu Hermione terhadap mertuanya dan teman lainnya.
Mereka pun memasuki sebuah ruangan dan menutup rapat-rapat pintu mereka. 
"Sebaiknya kita duduk terlebih dahulu." Hermione menyarankan teman-temannya untuk duduk.
Molly terus memperhatikan buku yang dipegang oleh Hermione dan sadar bahwa menantu tahu kalau Rukhsyana telah melepaskan ilmu hitam kuno sehingga harus diatasi sebelum menjadi semakin parah.
"Oh dear... Dia seorang Ancient Blood? Dia melepaskannya?" Tanya Molly
"Melepaskan?" Ginny dan Hannah sama-sama tidak mengerti dengan pertanyaan Molly
"Baiklah, saat Harry menceritakan kalau Tubuh Rukhsyana dipenuhi oleh tulisan mantra kuno. Saat itu juga aku sadar kalau Rukhsyana telah memanggil sihir kegelapan untuk melawan beberapa anggota Ancient Blood. Hal itu terjadi karena kemungkinan lawan yang dihadapi oleh Rukhsyana bukan lawan tandingannya maka dia harus menggunakan Sihir Devvada gurāṇi atau perisai setan tersebut untuk bisa memenangkan pertarungan."
"Lalu?" Seamus bertanya
"Sihir itu akan mempengaruhinya. Sihir itu akan menetap dan merubah dirinya semakin mengerikan. Kemarahannya suatu saat akan mengikat sihir itu. Dia tidak lagi menjadi orang yang berbelas kasih." Hermione menjelaskan sihir yang digunakan Rukhsyana.
"Satu-satu cara kita harus memecahkan mantra Śud'dhīkaraṇa untuk memurnikan diri Rukhsyana." Lanjut Hermione
"Mengapa tidak menggunakan mantera yang biasa kita gunakan?" Tanya Seamus
"Benarkah? Jika kau gunakan mantra Avada Kedavra pada Rukhsyana, percayalah dia tidak akan menemui ajalnya. Dia hanya kaku dan dalam hitungan menit keadaan kembali seperti semula, lalu kaulah yang dia bunuh" Neville membantu Hermione menjelaskan kepada Seamus. 
"Itulah alasannya mengapa aku sangat ketakutan ketika aku tahu bahwa yang menyerang Dean adalah Ancient Blood" Harry turut membenarkan penjelasan Neville.
"Aku pernah mendengar nama mereka. Para pembunuh dari Ancient Blood mereka disebut Rātri pariśōdhaka atau penjelajah malam. Mereka menyerang saat kita tidak menyadari kedatangan mereka. Ancient Blood tidak memerlukan tongkat sihir, karena sihir ada di dalam pikiran mereka." Molly memberikan sedikit pengetahuannya tentang Ancient Blood
"Ibuku pernah menceritakan tentang mereka. Tetapi awalnya aku mengira kalau itu hanya sebuah dongeng belaka." Ucap Hannah
"Ya.. itu memang hanya dongeng, karena tak ada yang tahu pasti keberadaan mereka." Tambah Molly
"Mungkin aku di sini yang belum tahu tentang Ancient Blood. Memangnya mereka itu seperti apa?" Seamus baru pertama kali mendengarkan tentang Ancient Blood atau kelompok sihir kuno. 
"Menurut legenda, mereka adalah kaum penyihir pertama yang diajarkan secara langsung Dewi Asura. Sihir itu digunakan untuk membangun sebuah peradaban 5000 tahun yang lalu. Tetapi karena beberapa anggota mereka mengajarkan sihir kepada beberapa orang dari Aegea, tindakan itu akhirnya menghancurkan kota mereka sendiri. Sejak saat itu mereka menutup diri dengan para penyihir di luar mereka. Sihir mereka sangatlah kejam, jika mereka mau mereka bisa menaruh benda tajam di dalam tubuhmu tanpa kau sadari. Hanya tersisa 3 kelompok Ancient Blood di dunia, Bayu yang kemungkinan berada di Mesir, Aguna di daratan Indus, dan Jala di kepulauan Indonesia." Jawab Molly yang pernah mendengarnya dari ayahnya
"Tapi aku tak pernah tahu ada sekolah sihir di daerah-daerah tersebut." Ucap Neville
"Mereka memilikinya tapi sekolah itu tidak diketahui oleh penyihir di luar Ancient Blood. Konon sekolah itu jauh lebih disiplin dari pada Dumstrang. Persoalan mantra yang halus tanpa cacat dan kemampuan bela diri mereka sangat menakjubkan. Mereka bahkan dapat menciptakan ruang dimensi di dunia Muggle. Seperti kau bebas melakukan sihir tanpa diketahui oleh para Muggle." Molly memberikan penjelasan tambahan.
"Mereka adalah keindahan dan kengerian di waktu yang sama" sambung Ron
Semua orang mulai memikirkan langkah selanjutnya yang harus diambil. Hermione sesekali mencari halaman kertas yang berisi mantra pemurnian dalam buku tua nan usang di tangannya tersebut. Hermione sepert terfokus pada sebuah halaman, kemudian dia menandai halaman tersebut dengan sebuah kertas putih.
"Besok, kementerian akan heboh. Harry, Hermione, Ron... Sebaiknya kalian beristirahat karena besok adalah hari yang panjang." Molly menasehati ketiga sahabat itu untuk beristirahat. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 dinihari dan mereka semua beristirahat sejenak untuk menyiapkan tenaga di pagi hari. 

(BERSAMBUNG)

Ketika Kekayaan Alam Menjadi Kutukan bagi Pendidikan

Pernahkah kamu memperhatikan fenomena yang tampak paradoksal yang mana daerah-daerah kaya akan sumber daya alam justru cenderung memiliki ti...