Sewaktu di SMA (Jurusan Bahasa), guru Antropologi saya pernah
bertanya kepada anak-anak kelas 11 Bahasa “Mengapa
Atheisme sulit bertumbuh di Indonesia?” untuk taraf anak SMA, pertanyaan
seperti ini cukup membuat kami mengalami sakit kepala mendadak, atheisme sejauh
yang kami ketahui artinya tidak percaya
Tuhan. Soal berkembang atau tidak, pemikiran kami belum sampai pada taraf
itu. Serentak kami sekelas menjawab tidak tahu. Guru saya lalu memberikan
jawabannya “Karena Pancasila. Selama
Indonesia masih berideologikan Pancasila maka Atheisme tidak bisa tumbuh dengan
bebas. Sila pertama Indonesia ialah Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi masyarakat
harus sadar dan percaya bahwa ada Kekuatan yang luar biasa yang mengatur
kehidupan manusia dan kekuatan itu kita sebut dengan Tuhan Yang Maha Esa.”
Semoga pengantar itu tidak
membawa kita jauh dari pembahasan yang sebenarnya tentang theism dan atheisme.
Pembahasan ini lebih menitik-beratkan kepada pendapat saya sebagai seorang yang blogger, tidak kurang – tidak lebih.
Saya tidak terlalu tertarik dengan pembahasan soal percaya
atau tidak tentang Tuhan, tetapi selama berkuliah di jurusan ilmu komunikasi
konsentrasi antarbudaya. Perdebatan antara sesama teman mengenai atheism dan theism
menjadi hal yang menarik. Bagaimana mereka melihat esensi Tuhan yang tak
terikat dengan agama, dan agama yang mengkonsepkan Tuhan. Jujur saya cukup
hati-hati bergabung dengan mereka, bukan karena takut iman saya goyah,
melainkan takut apabila saya belum bisa menjelaskan Tuhan melalui hal-hal yang
sederhana. Seminggu lalu saya menemukan bahwa Tuhan dapat dijelaskan melalui
kebanggan yang dimiliki oleh penganut Atheisme yakni Ilmu pengetahuan dan
Teknologi. Betapa senangnya saya sehingga menuliskan inti konsep itu pada
postingan saya minggu lalu.
Theisme
Theisme merupakan paham yang meyakini Tuhan itu Ada. Hampir
semua manusia di dunia akan mengatakan tahu tentang Tuhan. Jika berbicara
tentang Tuhan maka orang-orang Theisme akan membenarkan keberadaan Tuhan
melalui pengalaman yang mereka alami dan apa yang mereka dengar dari para
pemuka agama. Tidak peduli itu disebut Tuhan, Dewa atau pun Leluhur, semuanya
percaya bahwa setiap kehidupan itu selalu diatur oleh kekuatan luar biasa yang
berada di atas mereka yang mereka sebut Tuhan, Dewa dan Leluhur (Yang Maha
Kuasa). Mereka percaya pada kehidupan setelah kematian, melihat ada balasan
bagi setiap perbuatan manusia di dunia (Dharma-Karma). Dunia dibentuk melalui
pekerjaan Yang Maha Kuasa, dunia juga akan mengalami kiamat karena telah
ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa.
Manusia diciptakan melalui debu tanah dan diberikan Nafas
kehidupan oleh Yang Maha Kuasa. Setiap musibah adalah hukuman dan ujian bagi
manusia, setiap keajaiban yang terjadi kepada manusia adalah mukjizat dan
bukanlah sebuah kebetulan karena kebetulan tidak akan datang dua kali.
Dalam hal kesehatan, jiwalah yang harus diobati secara
keseluruhan, karena penyakit datang dari roh-roh jahat. Doa-doa adalah media
penyembuhan, dan kematian mustahil untuk ditunda. Mati Suri adalah sebuah
kemungkinan dari iman, alasannya pun mudah yaitu malaikat menyuruh jiwanya
kembali ke dalam tubuh karena belum waktunya dia meninggal. Sembuh dari kanker
karena di doakan dengan iman, orang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat
berjalan seketika, yang bisu bisa berbicara. Penyakit keras lainnya bisa sembuh
melalui pengobatan roh tanpa melalui tindakan medis.
Masa depan dapat dilihat melalui pewahyuan-pewahyuan,
menilai zaman menjadi hal yang biasa
bagi mereka. Penghakiman Tuhanlah yang menjadi akhir Dunia
Mungkin inilah alasan mengapa walaupun diejek oleh kaum atheism
saat berdebat kaum theisme masih bisa mengelak dan menyampaikan alasan-alasan
di atas tentang keberadaan Yang Maha Kuasa.
Atheisme
Atheisme merupakan paham meyakini ketidakberadaan Tuhan. Bagi
mereka Tuhan adalah imajinasi dan bentuk ketidakberdayaan manusia dalam
memecahkan masalah. Sumber keyakinan dari kaum atheisme adalah logika dan
etika. Misalnya teori penciptaan bumi yang berasal dari tabrakan bintang
raksasa di luar angkasa. Manusia merupakan hasil evolusi dari makhluk bersel
satu seperti amoeba. Penyakit fisik dan jiwa merupakan dua hal yang berbeda dan
tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Dunia tidak memiliki akhir yang
pasti. Tak ada kehidupan setelah kematian, kematian berarti kematian tak berarti
apa-apa. Jiwa akan hancur bersamaan dengan hancurnya tubuh akibat proses
kimiawi di dalam tanah. Tindakan medis menjadi satu-satunya cara menyembuhkan
penyakit fisik dan jiwa. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dapat
menyelamatkan manusia untuk tetap bertahan hidup. Tak ada mukjizat, semuanya
hanya kebetulan dan keberuntungan semata. Manusia itu merdeka atas dirinya
sendiri, tidak terikat bahkan untuk menyembah sesuatu.
Mungkin inilah yang menjadi alasan bagi kaum atheis
memandang rendah pada kaum theis, yang dianggap tak berlogika.
Di sinilah saya ingin menggunakan pemahaman singkat atheism sebagai
pembuktian keberadaan Yang Maha Kuasa.
1.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tak mampu
meniadakan kematian
2.
Mukjizat orang lumpuh berjalan dan orang buta
melihat, menjadi tanda bahwa jiwa mempengaruhi fisik. Ilmu Kedokteran pun tak
mampu menjawabnya
3.
Darimanakah manusia belajar tentang etika
pertama kali?
4.
Jika manusia bisa berevolusi dari hewan, mengapa
masih ada hewan di dunia? Apakah mereka itu merupakan kegagalan dari evolusi? Jika
memang demikian, bagaimana cara menjelaskan faktor penyebab kegagalan tersebut?
5.
Jika obat-obat medis mampu menyembuhkan, mengapa
selalu ada efek samping? Itu membuktikan ketidakberdayaan medis dalam menjamin
kesembuhan total manusia (berbeda dengan
pegadaian yang menyelesaikan masalah tanpa masalah)
Jarangnya pembuktian eksistensi Tuhan melalui ilmu
pengetahuan, bukan berarti Tuhan tak dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan.
Mungkin kita saja yang belum menemukan cara yang tepat untuk menjelaskan
hubungan tersebut. Tuhan pun bukanlah sesuatu yang dapat diilmiahkan begitu saja,
karena ilmiah pun masih memiliki banyak kekurangan, jangankan menerangkan
keberadaan Tuhan, menjelaskan perubahan sosial di dalam masyarakat saja sering
tidak pasti. Selama manusia belum pasti dalam memastikan hari esok dengan
sempurna, maka disitulah masih ada iman yang percaya bahwa Yang Maha Kuasa
sedang mengawasi.
Comments
Post a Comment