Tuesday, July 10, 2018

SIA-SIA SAJA!


PERCUMA MAK

Mak, aku mau sekolah
SMA Negeri kataku
Nilaiku tak begitu jelek
Sekolah favorit ya mak

Tak perlu naik angkot
Tak perlu SPP tinggi
hanya perlu seragam, sepatu
Dan buku-buku

Tak mau aku masuk swasta
Takut emak tak sanggup
Jauh pula sekolahnya
Tak mau aku pusing dengan angkot

Emak, aku tak masuk
Tak dilihat nilai ujianku
Kata mereka tak ada orang dalam
Tak akan ada bangku untukku

Sudah aku bilang, aku ini miskin
Tak percaya mereka
Tak ada surat, tak diakui miskin
Percayalah mereka pada si kaya, yang punya surat

Aku marah pada  mereka
Aku cemburu pada si kaya
Kurang apa aku ini mak?
Sudah pintar, miskin,
tak jauh pula rumahku

Berhenti saja aku mak
Percuma aku berjuang
Tak dihargai juga perjuanganku
Percuma kubawa prestasiku
Kalau kantongku kering

Monday, May 14, 2018

2000 : KASIH YANG DINUBUATKAN


Hari Minggu tanggal 13 Mei 2018 terjadi pengeboman tiga gereja di kota Surabaya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi ini, banyak mengambil perhatian rakyat Indonesia. Korban yang berjatuhan tidak hanya masyarakat sipil, tetapi juga aparat Kepolisian. Rasa marah tentu hinggap di dalam hati rakyat Indonesia. Tetapi sayangnya, rasa marah itu menimbulkan masalah baru, yakni ujaran-ujaran kebencian . Saya mendapati sebuah pertanyaan di media sosial yang membuat saya heran, bagaimana bisa seorang Kristen menanyakan hal yang seharusnya dia sudah tahu jawabannya, jika ia sering membaca Alkitab. Kira-kira begini pertanyaannya :
" Mengapa selalu kami orang Kristen yang menderita? Mengapa gereja kami yang selalu dibom?"
Seharusnya pertanyaan itu tidak perlu ada, jika kita sudah membaca ayat ini :
Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah (Yohanes 16:2)
Bukankan semuanya juga dijelaskan, bahwa akan datang penganiayaan dari segala penjuru, karena iman kepada Kristus. Penganiayaan ini bukan saja dalam bentuk fisik, tetapi  psikis. 
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu..." (Yohanes 15:18)

Sejujurnya, kita tidak perlu membawa isu agama diluar kemampuan kita. Jika kita menghadapi berbagai penganiayaan, itu karena Yesus Kristus telah lebih dulu dianiaya, dihina, bahkan dibunuh. Setelah Yesus disalibkan, apakah dia mengutuk semua orang yang menyalibkan-Nya? Tidak sama sekali.
Yesus berkata "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34a)

Aaah...Mungkin kita akan berdalih, Yesus maha mengampuni dan maha kasih, karena dia adalah Tuhan. Ya, sampai pada poin itu, anda benar. Sikap pendendam kita memang sangatlah besar dibandingkan rasa kasih. Ya.... kita manusia bisa saja meluapkan amarah kita, tetapi ingat amarah itu tidak boleh bermuara pada dosa.
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. (Efesus 4:26)
 Allah sudah memberi peringatan tentang bahaya amarah yang menghasilkan dosa.

Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;  ia sangat menggoda engkau , tetapi engkau harus berkuasa atasnya. (Kejadian 4:7)

Postingan ini bukan untuk membuat para pembaca Kristen mengangkat dagu dan melihat rendah orang-orang non Kristen. Tetapi, justru untuk semakin mengeluarkan berkat dan kasih bagi sesama manusia. Yesus sendiri tidak pernah menganjurkan kita untuk hanya mengasihi sesama orang yang segolongan atau seagama melainkan sesama manusia. 
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:39)

Lalu bagaimana dengan pembelaan iman kita kepada Yesus? Apakah kita tidak perlu bertindak untuk melawan? Cobalah kita membuka kembali Alkitab dan membacanya sambil merenungkannya. Peristiwa penangkapan Yesus, di mana Petrus (Rasul) mengeluarkan pedang dan memotong telinga Malkhus, seorang diantara para penangkap Yesus. Yesus sama sekali tidak menyukai cara Petrus.

Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat  membantu Aku? (Matius 26:52-53)
Jika seorang Rasul saja, tidak diperbolehkan mengeluarkan pedang untuk membela Yesus, buat apa kita harus mengeluarkan pedang untuk membela Yesus. Yesus tak perlu  dibela karena Dia Maha Segalanya, yang perlu kita lakukan adalah tetap mengimani Yesus Kristus sebagai Juruselamat Manusia.
Berbicara mengenai keadilan, bagi para korban pengeboman. Itu diluar kewenangan saya untuk memberi pendapat. Tetapi satu hal yang saya yakini bahwa Pemerintah merupakan wakil Allah di dunia. Mereka diberikan pedang keadilan bermata dua,  mereka memikul sumpah untuk berlaku adil dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Dalam taraf manusia, pemerintah jauh lebih berkuasa dari teroris, mereka yang akan membawa keadilan diantara korban dan pelaku. Kita dapat memberikan dukungan doa kepada mereka, meminta penyertaan Allah dan hikmat yang dicurahkan kepada pemerintah Indonesia.
JANGAN ADA LAGI UJARAN KEBENCIAN ATAS NAMA APAPUN. YESUS SUDAH MENGAJARKAN KASIH KEPADA KITA. PEDANG KEADILAN SUDAH DIBERIKAN DI TANGAN PEMERINTAH INDONESIA. KITA MENGUATKAN DENGAN DOA YANG TULUS

Friday, May 11, 2018

MEMBELI BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN “KEMISKINAN”

Baru ingat kalau pernah buat sebuah artikel waktu masih magang. Terlambat diposting ini... tetapi semoga berguna ya buat para pembaca. Salam
 
MEMBELI BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN “KEMISKINAN”
Baru-baru ini media cetak Victory News (Jumat, 5/8/2016) memuat berita tentang Pemerintah kota Kupang yang akan menambah kuota penerima Bantuan Pendidikan sebesar 500 orang, yang sebelumnya 1.000 orang penerima Bantuan pendidikan menjadi 1.500 orang. Anggaran untuk penambahan kuota ini akan dimasukkan dalam pembahasan perubahan APBD 2016 mendatang. Alokasi anggaran Rp 2,5 juta per siswa per tahun, maka jika dihitung maka selama 4 tahun setiap siswa mendapatkan 10 juta. Program bantuan pendidikan mahasiswa ini dikeluarkan bersama DPRD Kota Kupang sebagai bagian dari upaya peningkatan sumber daya manusia anak di kota Kupang. Bantuan ini juga menurut Walikota Kupang, tidaklah mampu mencover seluruh biaya pendidikan mahasiswa
(1) Kita akan mengulas lebih dahulu tentang bantuan pendidikan yang menjadi fokus tersendiri dalam muatan berita di atas. Bantuan pendidikan merupakan salah satu jenis beasiswa yang bertujuan untuk mendanai kegiatan akademik para mahasiswa yang kurang mampu, tetapi memiliki prestasi. Komite beasiswa biasanya memberikan beberapa penilaian pada kesulitan ini, misalnya, seperti pendapatan orang tua, jumlah saudara kandung yang sama-sama tengah menempuh studi, pengeluaran, biaya hidup, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian ini sudah dapat dipastikan bahwa tolak ukur bagi para penerima bantuan pendidikan adalah prestasi yang ia miliki. (2) Program bantuan dana pendidikan sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa, apalagi biaya pendidikan mahasiswa sendiri berbeda-beda. Jika kriteria miskin atau kurang mampu yang digunakan maka indikator seperti apa yang dipakai oleh pemerintah Kota Kupang? Realita mahasiswa yang berasal dari keluarga “miskin” yang saya temui justru sudah lebih dulu memiliki kendaraan bermotor yang terbaru, baju-baju yang dipakai pun dibeli di distro, menggunakan gadget-gadget terkenal (Samsung, Nokia, Lenovo, Apple dan lain sebagainya). Bahkan saya cukup tercengang dengan berita yang dimuat di portal berita online www.zonalinalinenews.com Bantuan beasiswa yang diperuntukan bagi anak yang berprestasi dan kurang mampu, dari 11 anak yang dapat bantuan, 10 diantaranya merupakan anak Pejabat. Baik Pejabat dari Provinsi sampai pejabat birokrasi di Kabupaten Kupang dan pejabat politik. Sungguh kemiskinan yang ada ini tidaklah seperti yang tergambarkan oleh indikator kemiskinan menurut standar Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementrian Sosial, atau Bank Dunia? Bukannya untuk menganggap remeh tentang kemiskinan, tetapi cobalah kita tidak menipu diri-sendiri, karena di luar sana masih banyak saudara kita yang berhak untuk mendapatkan bantuan pendidikan tersebut. (3) Alokasi anggaran yang diberikan per siswanya sebesar Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) / tahun. Jujur saja, nominal uang yang diberikan dapat dikatakan tidak bisa mencukupi untuk pembayaran registrasi mahasiswa yang jika dibagi maka per semester setiap penerima bantuan dana pendidikan hanya menerima Rp. 1.250.000,00 (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), sedangkaan jumlah warga miskin di Kota Kupang tahun 2013 menurut data yang saya dapatkan dari website BPS ialah 3380 jiwa. (4) Jumlah dana yang minim ditambah tidak tepatnya penerima bantuan pendidikan membuat pikiran saya mengarah pada isu-isu politik, mengingat menjelang pilkada Kota Kupang, bisa saja ini menjadi sarana untuk menarik simpati masyarakat. Jika tidak benar, mengapa pemerintah kota Kupang tidak sejak tahun 2013 memberikan beasiswa tersebut dan menggunakan data keluarga miskin milik BPS Kota Kupang serta secara jelas mensosialisasikan indikator mahasiswa kurang mampu. Beasiswa ini justru mulai dikeluarkan menjelang pilkada kota Kupang dan tanpa mempersiapkan indikator kelayakan penerima bantuan dana pendidikan yang jelas dari pemerintah kota Kupang seolah-olah ini semua untuk mencari nama baik di masyarakat kota Kupang (5) Jika program ini diperuntukan untuk peningkatan sumber daya manusia maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksudkan dengan Sumber Daya Manusia. Sebaik apapun kemampuan SDM tidak akan berarti apa-apa jika individu sebagai SDM tidak dapat memberikan output secara maksimal atau dengan kata lain tidak mampu memberikan sumbangannya kepada lingkungannya melalui keahlian yang ia miliki. Jadi pemberian dana pendidikan ini tidak dapat dikatakan sebagai upaya peningkatan SDM karena pada dasarnya para penerimanya hanya dituntut untuk mendapatkan IPK di atas rata-rata selama 4 tahun, tanpa memberikan bukti bahwa dengan beasiswa tersebut seorang mahasiswa bisa mempunyai keterampilan dan adanya ketersediaan lapangan pekerjaan.
Jika pemerintah kota ingin membantu mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, maka sekalian saja menggratiskan biaya kuliahnya. Mungkin beberapa orang menganggapnya ekstrim, tetapi sebenarnya dengan demikian maka peluang terjadinya “salah sasaran” bisa diperkecil, karena pemerintah kota Kupang tidak mungkin mau menyia-nyiakan dana sebesar itu ke tangan yang salah. Jika hanya memberikan dana bantuan yang jumlahnya saja tidak bisa menutupi biaya registrasi mahasiswa selama satu semester (setiap universitas/fakultas/jurusan mempunyai biaya kuliah dan kebutuhan yang berbeda-beda), ibarat kita mentraktir orang tetapi kita sendiri yang menentukan menu makanannya.
Solusi lainnya ialah menggunakan dana tersebut untuk dibuat modal usaha atau koperasi kepada para mahasiswa kurang mampu untuk dikelola secara bersama-sama. Tentunya disertai dengan pelatihan dan pengawasan dari pemerintah. Terlihat ini akan membutuhkan dana yang besar tetapi apa salahnya jika ketakutan akan kerugian dapat kita tekan untuk menciptakan mahasiswa yang mandiri sekaligus dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
Selain itu alangkah baiknya jika setiap dari kita yang sebenarnya mampu, merelakan dana tersebut untuk saudara-saudara kita yang benar-benar membutuhkan dana tersebut. Pemerintah juga sebaiknya lebih jeli dalam menilai standar kemiskinan masyarakatnya terutama bagi pengajuan bantuan dana pendidikan.
Ini bukan tentang seberapa  banyak kita  mampu menghasilkan lulusan sarjana melalui dana bantuan pendidikan tetapi seberapa besar pendidikan memberi bantuan kepada lulusan sarjana kita yang terampil menghasilkan dana.

MUDA

 MUDA

Duduklah sebentar lagi
Perjalanan pulang begitu jauh
mengapa terburu-buru?
nikmatilah matahari yang masih cerah

biarlah orang tua itu pulang
kau masih muda dan kuat
bujuk ibu padaku
sambil memelukku dalam doa

ahhh.... jika hari ini tugasku selesai
masa aku harus berlama-lama?
jika aku rindu pulang
apakah aku tak layak pulang?

matahari masih tinggi
langit masih cerah
tetapi buat apa menunggu?
jika hari senja tak mau datang padaku



Thursday, May 10, 2018

LIMA ABDI

LIMA ABDI

Penuh sesak dinding itu...
dibalik dinding itu ada sebuah amarah
Api diciptakan untuk membakar siapa saja
Yang mau memadamkannya.

Lima orang.... tidak tahu inilah akhir
dan awal dari bukti setia mereka
siapkah mereka?
jika malam ini mereka terpelungkup diam?
siapkah mereka?
Jika sebuah kata perpisahan tak sempat terucap

Ratusan kawan berjaga diluar
Berusaha mengulurkan tangan
Menahan hati kesetiakawanan
Kawan kau pun telah mengorbankan rasa sakit hatimu
Demi sumpah setiamu pada bangsa dan negara

Salam dan pelukan tak dapat disampaikan lagi
Mereka tertidur panjang dalam pengabdian
Air mata yang mengalir, sudah membasuh tumpahan darah mereka
Doa yang terucap telah meratakan jalan mereka
Untuk sampai kepada sang Jenderal Agung
Dengan kata-kata....
"Telah kami tunaikan pengabdian kami"




Hormat saya kepada para anggota Polisi yang gugur dalam peristiwa kerusuhan Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Mereka telah menyelesaikan pertandingan dan pembuktian pengabdian kepada bangsa dan negara. Mereka mungkin meninggal dengan cara yang sadis, tetapi kehormatan mereka telah berdiri tegak dalam ingatan anggota POLRI dan seluruh rakyat Indonesia. Mereka telah meninggalkan orang tua, saudara, istri dan anak-anak mereka tanpa salam perpisahan. Biarlah negara melanjutkan tanggung jawab mereka, agar rasa kehilangan itu tidak semakin berat.

Thursday, March 15, 2018

CARI KERJA : pakai tuh dalam Nama Yesus, bukan pakai 'orang dalam'

Dua hari yang lalu, saya menemani mama pergi melayat ke rumah tetangga yang sedang berduka. Saat kami sedang duduk selayaknya para pelayat, salah seorang tetanggaku menanyakan tentang kelulusanku sebagai seorang sarjana. Dia bertanya apakah saya sudah mengajukan lamaran pekerjaan, dan saya menjawab belum. Dia menyarankan saya untuk mengajukan lamaran ke salah satu kantor yang berkaitan dengan jurusan yang saya ambil semasa berkuliah. Katanya di sana banyak menerima tenaga honorer, apa lagi jika saya mempunyai ‘orang dalam’. Istilah ‘orang dalam’ memang tidak lagi asing bagi saya, hanya saja masih terasa lucu bagi saya jika mendengar ada orang yang masih menggunakan jalur ‘orang dalam’ dan mempercayakan masa depannya sendiri kepada si ‘orang dalam’ tadi.
Sejak SMP, saya dendam dengan istilah ‘orang dalam’, saya merasa dicurangi oleh orang-orang tersebut. Saya bahkan melarang adik-adik saya agar tidak meggunakan jalur curang seperti itu. Tetapi, saya bersyukur dengan rasa dendam itu, saya menjadi orang yang mempercayakan masa depan saya 100% kepada TUHAN YESUS. Kebanggaan akan pengalaman di masa lalu, keberhasilan di masa ini, dan harapan di masa depan saya menjadi begitu indah. Jika saya menceritakan kesaksiaan ini kepada orang lain, saya seperti pemenang di dalam pengharapan kepada TUHAN YESUS. Ketenangan yang saya dapatkan di dalam keberhasilan saya, membuat saya teringat pada firman Tuhan :
28marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu, 29Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Matius 11:28-29)
Dan sekali lagi, jika ada orang yang menertawakan prinsip saya dan mengatakan mustahil untuk mendapatkan keberhasilan tanpa melalui ‘orang dalam’ maka biarlah firman Tuhan yang berbicara :
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka : “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”(Matius 14:27)
 

Ketika Kekayaan Alam Menjadi Kutukan bagi Pendidikan

Pernahkah kamu memperhatikan fenomena yang tampak paradoksal yang mana daerah-daerah kaya akan sumber daya alam justru cenderung memiliki ti...