Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2019

Avengers Endgame : Avengers (belum) Pensiun?

Avengers Endgame benar-benar menjadi wabah besar yang ditunggu bagi industri perfilman dunia. Bahkan film produksi hollywood ini berhasil merajai box office negara dengan pertahanan film lokal terkuat sekelas Bollywood. Sebenarnya ini cukup mengagetkan mengingat kedua industri film tersebut selalu bersaing dalam pasar India (ya iyalah secara hanya negara India yang belum terjajah film hollywood). Berlanjut ke avengers Endgame, film ini dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 22 April 2019 dan di seluruh dunia pada 24 April 2019 – 29 April 2019 (tiap negara beda-beda tanggal rilisnya, terakhir di Rusia tanggal 29). Berdasarkan hitungan saya film Avengers sudah menguasai bioskop Indonesia selama 6 hari (24-29 April), jadi jika ini menjadi spoiler, maka bukanlah sesuatu yang berbahaya, toh juga sudah berjuta-juta orang yang menonton film Avengers : EndGame. Terlalu banyak penjelasan karena itu kita langsung saja menyimak synopsis film A : EG Film ini dimulai dengan cerita bag

Budaya yang Menentukan Definisi Cantik

Sumber : Kompas.com   "Kau tahu: Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya." "Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada." (Khalil Gibran – Kecantikan Wanita yang Hakiki) Ketika mendengarkan kata “cantik” maka kita akan membayangkan tentang kulit yang putih , bibir merah merona nan tipis, mata yang bulat, hidung yang mancung, rambut yang terurai bak benang sutera, dan postur yang langsing . Jika anda menetapkan itu sebagai standar kecantikan maka, selamat! Anda tidak sendiri, karena hampir semua orang di dunia menetapkan kecantikan dengan ciri-ciri tersebut. Walaupun ada beberapa orang atau masyarakat yang memiliki standar kecantikan yang berbeda. Tak hanya di dalam kehidupan nyata, di dalam dunia periklanan pun memiliki standar kecantikannya masing-masing. Tetapi bermuara pada konsep yang sama pu

HIDUP DARI KENYATAAN

Setelah mama meninggal, banyak orang yang mengatakan "kamu harus bisa menjadi (peran) mama bagi adik-adikmu". Terdengar mengharukan, bahkan tak jarang saya menangis jika mengingat kata-kata itu. Bukan karena kata-kata itu memiliki kekuatan untuk menguatkan hati saya, justru saya membayangkan beban berat yang akan saya pikul di masa yang akan datang. Secara (tekanan) sosial, menjadi seorang kakak (sulung) mempunyai beban tersendiri yang secara psikologis hanya dia sendiri yang mampu memikulnya (jika sudah diajarkan sejak kecil oleh lingkungan keluarga), jika ditambah menjadi seorang ibu/mama, entah berapa banyak beban yang harus dia pikul. Saya sendiri merasa sebaiknya saya tidak usah mengantikan "peran" mama untuk adik-adik saya. Peran itu biarlah kosong, agar kami semua sadar ada bagian yang hilang dari sisa perjalanan hidup kami. Peran sebagai seorang anak sulung sudah cukup bagi saya. Tidak ingin membangun kesan "lari dari kenyataan" tetapi saya hanya

TIPS MAHASISWA MAHASISWI: 5 TIPS MENGERJAKAN SKRIPSI SECARA MUDAH DAN SINGKA...

Bagi kalian yang ingin mengerjakan skripsi dengan sepenuh hati (hasil yang membanggakan), silahkan klik link di bawah ini: TIPS MAHASISWA MAHASISWI: 5 TIPS MENGERJAKAN SKRIPSI SECARA MUDAH DAN SINGKA... : TIPS MENGERJAKAN PROPOSAL / HASIL PENELITIAN / SKRIPSI Skripsi merupakan salah satu tugas akhir yang sering menjadi penentu kelulu...

KEMALANGAN SEORANG WANITA

Ada seorang remaja putri, dia seorang anak yatim. Bersama ibu dan saudarinya, mereka membesarkan dan merawat adik laki-lakinya. Remaja putri itu memilih merantau ke kota untuk bersekolah. Sekolah guru dipilihnya, untuk melanjutkan profesi ayahnya yang seorang guru. Dia adalah orang yang sangat keras kepala. Prinsipnya tak jarang membuat dia harus berperang dengan kebutuhannya sendiri. Setelah lulus dan menjadi seorang pegawai negeri, dia selalu berusaha menyanggupi kebutuhan keluarga. Tak peduli dengan dirinya sendiri. Dia menghabiskan waktunya yang cukup lama untuk membiayai sekolah adik bungsunya. Si adik akan melanjutkan sekolah ke luar provinsi, dan dia mendukungnya. Tak peduli jika nanti ia akan menyerahkan seluruh gajinya sebagai seorang guru di daerah terpencil kepada adiknya. Tak jarang juga beras dia kirim, entah untuk siapa dan untuk apa. Dia terlalu banyak berusaha membahagiakan keluarganya, dan sayangnya dia terlalu bangga akan hal itu. Dia lupa bahwa setelah mem