Wednesday, January 11, 2017

SAYA DAN REALITA



SAYA DAN REALITA
Wuuuh... tepuk tangan saya berikan
Saya terperangah melihat semua tulisan hari ini
Seketika semuanya menjadi religius
Bahkan sebelumnya mereka sama dengan saya

Mereka hafal setiap ayat di dalam kitab
Yang mungkin saja mereka buka seminggu sekali
Mereka yang bersamaku dan tidak bersamaku mengeluarkan kata-kata bijak
Padahal mulut mereka akrab dengan makian

Ketika saudara di seberang bertanya
“ jika yang dihina anda. Apa yang anda lakukan? “
Pertanyaan yang biasa... jawaban saya juga biasa
“ berarti hidup saya belum mencerminkan firman-firman-Nya.”
Karena jika hidup saya mampu mencerminkannya dengan sempurna
Sungguh, anda akan jatuh hati dengan Dia yang saya imani.







Tuesday, January 10, 2017

Dunia Maya Penuh Sesak

DUNIA MAYA PENUH SESAK

Apa kabar?
Hari ini biasa saja bagi saya.
Dan berubah ketika saya membaca postingan
Anda tahu dunia maya terasa sesak karena itu

Mereka berlomba-lomba bertanya
Menjawab, mengejek, dan mengingatkan
Lalu ada yang menjadi religius
Melabeli dengan sesuka hatinya

Saya takut untuk hari ini
Bagaimana bisa kita menjadi pentafsir sehari?
Mengalahkan mereka yang bertahun-tahun belajar tafsir
mencampur adukan semua isu seperti adonan kue

Kita seperti anak-anak yang mengecewakan
Bapak-ibu pendiri bangsa mungkin marah
Tidak peduli berapa banyak yang mereka korbankan
Generasi ini masih acuh tak acuh terhadap hasil pengorbanan mereka



JALAN TIKUS

JALAN TIKUS (Tuhan Saja Tidak Cukup?)


Seleksi masuk sekolah Negeri sudah selesai dan akan dibuka kembali pada bulan Juli. Ada anak-anak yang lulus seleksi dan ada anak yang sayangnya belum bisa merasakan kebanggaan untuk menjadi bagian dari sekolah favorit. Segala jalan pun ditempuh, mulai dari jalan yang biasanya dilewati orang lain bahkan sampai menggunakan “jalan tikus.”
“Jalan Tikus” membuat orang-orang yang memiliki potensi dan keterampilan terkubur karena ditutupi oleh segelintir orang yang tidak mempunyai semangat juang tetapi punya banyak uang.
Untuk kalian yang belum bisa merasakan kebanggaan menjadi siswa sekolah negeri terfavorit mungkin sebaiknya kalian berpikir secara positif (mungkin saja saya belum siap untuk masuk ke sekolah ini, maka dari itu saya harus lebih giat belajar di sekolah yang mau menerima saya nantinya). Lebih membanggakan jika nanti kalian yang berasal dari sekolah swasta atau sekolah negeri yang tidak diunggulkan lebih pintar dibanding mereka yang berasal dari sekolah favorit

Kawan-kawan yang jujur, sekolah tidak menjamin masa depan kalian, karena itu tetaplah bersemangat dan mengasah kemampuan kalian serta belajar lebih tekun di sekolah yang sudah menerima kalian. Teruslah berdoa dan belajar dengan tekun agar DIA mau mempercayakan kepada kalian sebuah masa depan yang indah dan bermartabat.

Sunday, January 8, 2017

KETIKA SEJARAH (Indonesia) BERUBAH MENJADI SAEGUK (Korea Selatan)

Kali ini bukan tentang puisi yang saya ciptakan tetapi mengenai realita yang saya lihat setiap hari
 
KETIKA SEJARAH (Indonesia) BERUBAH MENJADI SAEGUK (Korea Selatan) 

Siang ini saya terusik dengan sebuah drama Saeguk yang sebenarnya sudah saya tonton sejak akhir tahun 2009. Drama tersebut berjudul The Great Queen Seondeok/TGQS (drama asal negara Korea Selatan). Drama ini menyajikan berbagai intrik yang dilakukan oleh para wanita. Mereka tidak bermain intrik untuk memperebutkan hati seorang raja, tetapi untuk meraih tahta kerajaan. Jujur saya iri dengan cara Perfilman dan drama Tv Korea Selatan yang mampu menyajikan drama sejarah negara mereka dengan baik. Entah berapa banyak sejarah Korea Selatan yang sudah saya ingat hanya dengan menonton drama tv dan filmnya. Gojoseon, Buyeo, Gogouryeo, Baekje, Silla, Balhae, Goryeo, Joseon (kerajaan).
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sudah jatuh cinta pada pelajaran sejarah khususnya sejarah tentang kerajaan. Saya membayangkan apa yang saya baca di buku akan divisualisasikan melalui layar televisi yang saya tonton. Saya sadar sampai sekarang yang mampu membuatnya hanya Korea Selatan. Banyak cerita sejarah kerajaan Indonesia yang saya baca dan menurut saya sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia sangat menarik. Penuh drama romantis, mistis, kepahlawanan, dan penuh intrik. Misalnya jika di dalam drama TGQS, tokoh puteri deokman begitu pintar dalam permainan politik melawan Nyonya Mishil. Maka kalau di dalam sejarah Kerajaan Majapahit ada tokoh Ratu Tribhuwana Tunggadewi yang mampu menghimpun dan mempertahankan para pendukungnya, yakni Gajah Mada, Adityawarman dan Laksamana Nala agar dapat mengukuhkan dan memperkuat tahta Putranya Hayam Wuruk. Seperti sejarah yang pernah kalian baca (saya harap kalian pernah membaca sejarah kerajaan Majapahit kalau tidak berarti kalian termasuk orang-orang menyedihkan) susah payah perjuangan Ratu Tribhuwana Tunggadewi mempertahankan Gajah Mada akhirnya sia-sia karena Raja Hayam Wuruk lebih memilih memeluk sakit hatinya karena kehilangan Dyah Pitaloka dan melepaskan genggaman tangan Gajah Mada serta menuduh Gajah Mada menjadi penyebab Dyah Pitaloka melakukan tindakan bunuh diri (Tragedi Perang Bubat yang melibatkan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda). Ketika melepaskan tangan Gajah Mada, secara tidak langsung Raja Hayam Wuruk juga melepaskan genggaman Adityawarman dan Laksamana Nala (Pendukung terkuat yang pernah ia miliki). Ya... Cita-cita Gajah Mada dan kawan-kawan berhasil membuat Kerajaan Majapahit menjadi Kerajaan yang sangat besar melebihi kerajaan-kerajaan terdahulu dan sesudahnya, tetapi ketika cita-cita berubah menjadi ambisi maka tanpa sadar Gajah Mada sendiri sudah lupa bahwa ia sedang menggenggam tangan Raja Hayam Wuruk bahkan ia lupa bahwa di saat yang bersamaan Ratu Tribhuwana telah kehilangan orang kepercayaannya Gajah Mada, Adityawarman dan Laksamana Nala (Mungkin ketiganya saya sebut dengan istilah Trident of Majapahit). Pokoknya komplekslah sejarah ini, Gajah Mada bisa menjadi tokoh protagonis dan antagonis dalam berberapa sudut pandang
Sejarah ini bisa diangkat ke dalam drama-drama di televisi Indonesia, tentunya dengan riset-riset sejarah yang lebih mendukung agar tidak terkesan setengah hati dalam menyajikan sejarah.. uhmm mungkin tidak sangat mendetail tetapi lumayanlah untuk menumbuhkan rasa ketertarikan remaja Indonesia untuk lebih banyak menggali sejarah Kerajaa-kerajaan di Indonesia, seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Kerajaan, Sriwijaya, Kerajaan Singasari, Kerajaan Kaling, Kerajaan Kediri, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Melayu, Kerajaan Bali, Kerajaan Wangsa Isyana, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Banten dan masih banyak lagi. Raja-raja di Indonesia juga mempunyai sepak terjang yang hebat hanya saja kehebatan dan kemashyuran mereka lebih banyak dibatasi oleh buku-buku sejarah di dalam sekolah yang sebenarnya juga tidak kemas secara menarik. Oh ya pernah ada drama sejarah yang diangkat ke layar televisi hanya saja tidak semuanya dibuat dengan sepenuh hati (mungkin karena pemerintah mengabaikan ide-ide para sineas atau sebaliknya). Mungkin pikiran saya licik tetapi apa salahnya jika kita bangsa Indonesia juga melakukan hal yang sama dengan Gajah mada, melakukan penaklukan. Bukan lagi pada wilayah kedaulatan melainkan budaya. Korea Selatan saja melakukan hal yang sama dengan mempromosi budaya (K-pop dan drama-drama Saeguk).
Pada Akhirnya, drama TGQS mejadi alasan saya untuk menulis kecemburuan saya karena sejarah bangsa saya belum sepenuhnya mendapat tempat di dalam ingatan remaja-remaja Indonesia. Beberapa dari mereka mengidolakan Bidam, Jenderal Kim Yushin, Jumong, Raja Sukjong dan lainnya. Namun, ada berapa banyak remaja Indonesia yang mengidolakan Gajah Mada, Ratu Sima, Ratu Tribhuwana, atau Raden Wijaya?

Ketika Kekayaan Alam Menjadi Kutukan bagi Pendidikan

Pernahkah kamu memperhatikan fenomena yang tampak paradoksal yang mana daerah-daerah kaya akan sumber daya alam justru cenderung memiliki ti...