Skip to main content

WASIAT TERAKHIR PAMAN DI AWAL PERJANJIAN LAMA

Ilustrasi, SZL


 WASIAT SEDERHANA DARI PAMAN

Sebuah wasiat singkat dari mendiang paman bahwa tak boleh ada satu kitab pun yang terlewat dari bacaan sehari-hari, wajib diurutkan dan teratur dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Awalnya membosankan untuk menjalankan wasiat itu, karena jujur saja secara pribadi saya bukan orang penyabar dalam membaca Alkitab. Saya cenderung mencari ayat Alkitab yang menurut saya bisa “membenarkan” keputusan atau tindakan saya dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sekiranya menghibur hati saya tanpa mencela pemikiran dan perilaku saya. Tetapi sekali lagi ini adalah sebuah wasiat sederhana yang seharusnya bisa saya jalankan tanpa harus mengorbankan apapun dari diri saya. 

TAHAP AWAL DARI PERMULAAN

Kitab Kejadian, awal mula semua penciptaan yang baik oleh Tuhan. Di mana Tuhan menciptakan sebuah taman yang menampung ciptaan-Nya yang paling ideal. Bukan dari bentuk fisik, bukan pula hanya terletak pada akal budi. Pilihan, ya keunggulan tersendiri dari manusia di mana mereka bisa memilih jalan mereka sendiri tetapi ketika jalan yang dipilih itu salah maka masih ada pengampunan dan pertolongan dari Tuhan. Kesempatan, manusia selalu diberikan kesempatan untuk bertahan dan kembali pada Tuhan. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh para malaikat yang terusir dari sorga. Inilah esensi keunggulan manusia yang menjadi awal pertentangan Surga dan Neraka. 

SEGALA HUKUM MULA-MULA

Di dalam Kitab Perjanjian Lama juga terdapat perintah mula-mula bagi bangsa Israel tentang cara hidup yang benar di hadapan Tuhan. Setiap perintah dimulai pada penegasan Eksistensi Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Kemudian cara hidup sebagai seorang jemaat Allah, cara hidup dalam berkeluarga, bersosial dan bernegara. Aturan-aturan tersebut ditulis secara padat bahkan sulit diuraikan oleh jemaat Israel di padang gurun. Saya semakin terbawa pada suatu konsep seperti Siddharta Gautama yang mencari pencerahan dengan cara meditasi dan melepaskan semua keinginan duniawi seharusnya jemaat Israel pun melakukan hal yang sama dalam menerjemahkan perintah Allah tentu saja melalui cara yang diizinkan oleh Tuhan Allah seperti Berpuasa dan berdoa selama berhari-hari atau melakukan pengembaraan ke seluruh dunia untuk melihat lebih banyak kehidupan yang diciptakan oleh Tuhan agar dapat memahami maksud Tuhan lebih dalam lagi. Tetapi mereka telah terjebak pada sikap narsistik terlebih dahulu sebelum memaknai 10 Hukum Allah secara mendalam. Bahkan ketika memasuki masa pembuangan di Babilonia, Orang Israel masih melakukan kesalahan yang sama di mana, perintah Allah dibuat menjadi sesuatu yang eksklusif dan tak ingin membagi berita keselamatan itu karena merasa diluar mereka tak pantas untuk diselamatkan. 

Namun, dibalik itu saya mendapatkan sebuah gambaran bahwa tak semua aturan dalam hukum taurat harus dihindari terutama dalam hal aturan hidup yang sehat seperti menghindari makanan-minuman yang diharamkan oleh Tuhan. Aturan tata krama yang dipraktikkan oleh orang Israel pada masa itu sebenarnya mengajarkan cara hidup bersih. Satu-satunya celah dari praktek hidup mereka adalah menggunakan aturan hukum Taurat sebagai “jalan keselamatan” yang setara dengan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Sehingga tak jarang mereka mengabaikan rasa kemanusiaan mereka hanya untuk memenuhi aturan Kitab Taurat.


PEMBAHARUAN PERJANJIAN AWAL MULA PERTENTANGAN

Kitab Perjanjian Baru, berisi tentang penginjilan Yesus sebagai seorang Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu oleh bangsa Israel. Sayangnya, karena kebiasaan mereka membaca firman Tuhan secara eksplisit membuat mereka menolak kehadiran Yesus sebagai Mesias karena tidak menggambarkan diri-Nya sebagai Raja atau pun Ksatria yang bisa membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Romawi. Perjanjian Baru pula merupakan sebuah Kitab yang memberikan gambaran kepada kita bahwa Yesus datang bukan hanya untuk disalibkan di atas kayu salib tetapi sekaligus memberikan teladan praktek hidup yang lengkap tanpa mengurangi esensi hukum Taurat itu sendiri. Jika Yesus ingin membatalkan hukum makanan haram maka seharusnya Yesus pun turut memakan makanan yang diharamkan dalam hukum Taurat tetapi tidak dilakukan oleh-Nya. Selama ini Yesus tak pernah mengkritik kesalahan hukum Taurat tetapi Yesus mengkritik kesalahan para ahli Taurat dalam menerjemahkan hukum Taurat dan praktek kehidupan sehari-hari. Terutama menaruh harapan akan keselamatan mereka hanya melalui hukum Taurat bukan lagi pada kemurahan hati ALLAH. Seolah-olah dosa mereka dapat dikompromikan dengan ketaatan mereka pada Taurat. Sebut saja perumpaan Yesus tentang Orang Samaria yang Murah Hati (Lukas 10:25-37). Ada seorang Ahli Taurat yang bertanya tentang cara memperoleh hidup yang kekal pada Yesus kemudian dijawab oleh Yesus 

Lukas 10:26-27 (TB)  Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"

Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Lukas 10:28 (TB)  Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” 

Yesus sama sekali tidak membatalkan perintah dari hukum Taurat di mana itu terletak dalam Perjanjian Lama. Tetapi ketika ahli Taurat menyentuh pada praktek hukum Taurat yang “terlewatkan” oleh mereka selama ini, Yesus menjawab melalui sebuah cerita :

Lukas 10:30-34 (TB)  Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Yesus sebenarnya menggambarkan kelompok yang dekat dengan hukum Taurat tetapi lalai menjalankannya dengan baik atau bisa kita pahami sebagai kekeliruan pemahaman akan hukum Taurat. Imam dan orang Lewi adalah mereka yang selalu terlibat dalam peribadatan dan rajin membaca hukum Taurat tetapi mereka hanya membacanya sebagai Kitab dengan makna yang eksplisit dan tidak terlalu banyak membutuhkan pemahaman yang mendalam dalam “mempreteli” atau menjabarkan hukum Taurat. Jangankan perkara mengaplikasikan hukum Taurat secara utuh melalui pemahaman yang mendalam, menerjemahkan makna “pembebasan” dan “keselamatan” saja mereka masih berkutat pada makna politik duniawi dan bukan kehidupan sorgawi. Di mana pembebasan dan keselamatan merujuk pada pembebasan dari hukuman dosa turunan (Adam & Hawa) dan keselamatan memperoleh hidup yang kekal di kehidupan selanjutnya. Pemahaman tentang Raja Keselamatan saja dipikirkan oleh mereka sebagai pribadi yang lahir di dalam istana dan memiliki hubungan darah dengan Raja Daud. Inilah yang membuktikan bahwa tak ada yang salah dalam mempraktikkan cara hidup ala Perjanjian Lama selama kita tidak menjadi cara hidup tersebut sebagai alasan Keselamatan kita di hadapan Allah. 

Ayat ini katanya membatalkan semua hukum Taurat terutama aturan makanan haram:

Matius 15:11 (TB)  "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Sangat berisiko jika kita menjadikan satu ayat sebagai dasar pembatalan sebuah hukum karena untuk sampai pada ayat tersebut, kita harus membaca dan memahami ayat-ayat sebelumnya. Firman ini keluar karena orang Farisi mengedepankan adat istiadat nenek moyang mereka daripada perintah hukum Taurat kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Bagaimana orang Farisi menjadikan adat istiadat sebagai pembatalan hukum Taurat terutama tentang Penghormatan terhadap orang tua. Sekali lagi Yesus tak membatalkan hukum Taurat dalam mengatur cara hidup jemaat. Pembaharuan yang Yesus bawa adalah Keselamatan hanya melalui Pengorbanan Kristus, Hukum Kasih merangkum hukum Taurat, Keselamatan yang diterima Bangsa Israel (Yahudi) harus disebarkan ke seluruh dunia. Berita Keselamatan tak boleh terkurung dalam Yerusalem tetapi harus didengarkan oleh semua bangsa sebagai wujud mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri dan dengan harapan bersama-sama Mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan dan dengan segenap akal budi. 


SEBUAH REFLEKSI YANG MASIH BERPROSES

Refleksi ini membuat saya paham bahwa wasiat terakhir dari paman saya, berisi pengetahuan yang belum pernah saya temui dalam macam-macam peribadatan (kebaktian gereja, ibadat rumah tangga, KTB, kelompok rohani) apa pun. Perjanjian Lama bukan sekedar “sejarah” yang hanya bisa dikenang tanpa harus dipelajari lebih dalam lagi. Mengapa kita hanya merenungkan Kitab Perjanjian Baru saja, seolah-olah Perjanjian Lama terlalu kuno untuk dibicara dalam peribadatan. Mengapa perjanjian Lama hanya tentang Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Yesaya dan Yeremia? Janganlah terjebak seperti Orang Farisi yang melihat jalan hidup para nabi dan sejarah para raja sebagai jalan hidup biasa (sejarah) tanpa ada pesan tersembunyi dari Allah. Saya masih menemukan mereka yang menganggap hukum Taurat sebagai hukum usang yang tak perlu dipraktikkan, padahal Yesus sendiri memberikan contoh pola hidup dalam praktik hukum Taurat, seperti yang selalu dikatakan oleh Yesus bahwa DIA datang bukan untuk meniadakan tetapi untuk menggenapi, apakah yang digenapi oleh Yesus, yakni janji keselamatan dari Allah.  Yesus membuat makanan keras (hukum Taurat) tersebut agar dapat dicerna oleh anak bayi seperti kita. 

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya disalah artikan kajia

Tak Ada Makan Siang Gratis Dalam Mencapai Kemajuan Negara

  Sumber : Kemeperkraf Indonesia        Beberapa waktu yang lalu saya mengerjakan sebuah tugas ujian akhir semester, ada pertanyaan yang menarik tentang relasi konsep kepemimpinan otoriter dan kemajuan suatu negara. Diambilah contoh Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sebagai negara pembanding untuk membuktikan kepemimpinan otoriter turut serta dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia, mungkin diambil contoh pada masa orde baru, di mana Indonesia seketika berubah dari negara miskin menjadi negara yang memiliki power di Asia bahkan dijuluki sebagai Macan Asia di bawah kepemimpinan otoriter.      Jika dilihat secara umum, memang ada benarnya karena perencanaan dan pengawasan yang lebih terpusat. Sistem otoriter membuat segala keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa harus membuang waktu dan uang hanya untuk duduk berdiskusi di dalam parlemen. Jika dicari kesamaan dari Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, mereka memang berubah menjadi negara maju terkhususnya dalam bidang ekonomi setel

Darurat Dialektika dan Drakor

Seorang teman menyarankan saya untuk menonton Video tanya jawab Rocky Gerung dengan anak-anak muda perihal dinamika politik yang dibalut atau dibenarkan melalui pertanyaan-pertanyaan di dunia teknologi yang bagi saya tidak terlalu menarik. Dari kalimat “Lu kan suka sejarah” membuat saya tertantang mengingat Rocky Gerung pernah menemui moment “diam” sejenak saat pernyataannya disanggah oleh Sujiwo Tejo mengenai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Sejarah... Apa yang saya temukan selain ide tentang masa depan Demokrasi Indonesia, kemanusiaan dan sebagainya dengan melalui sudut pandang Filsuf Yunani. “ Rocky Gerung : Alasan Kita Darurat Dialektika” Sebuah judul yang menghantarkan ingatan saya ketika masih berstatus mahasiswa, ada seorang dosen mata kuliah kewirausahaan yang tersinggung saat teman saya mempertanyakan materi kuliah yang tak sesuai dengan kenyataan yang dia temui ketika berdagang bersama orang tuanya. Pertanyaan itu akhirnya membuat teman saya mendapatkan nilai D karena dian