Skip to main content

"CEK KOSONG" ITU BERNAMA SIHIR


Baru saja saya membaca sebuah artikel di website National Geography tentang perburuan penyihir di Negara Papua Nugini yang masih terjadi hingga saat ini. Beberapa orang yang disangkakan sebagai seorang penyihir atau penenung akan dihakimi massa tanpa ada bukti yang valid. Bagi orang-orang dari Budaya Barat, perilaku sihir dan penangkapan penyihir merupakan sesuatu yang dianggap konyol, kolot bahkan tak jarang dianggap sebagai perilaku yang primitif. Tetapi bagi saya, tidak ada ruginya untuk percaya pada aktifitas sihir karena aktifitas ini merupakan aktifitas paling kuno yang pernah tercatat dalam sejarah umat manusia, semisalnya bagi beberapa budaya, sihir dapat digunakan sebagai metode penyembuhan sebelum adanya ilmu kedokteran modern. Ada pula sihir merupakan salah bentuk kematangan jiwa seseorang dalam menyatukan diri dengan alam dan lain sebagainya. Namun, jika ditarik ke belakang masa sekitar 5000 tahun lalu, menurut tradisi Yahudi dan Kristen (Kitab Henokh yang masih diperdebatkan), sihir pertama kali diajarkan oleh malaikat-malaikat yang turun ke bumi setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Malaikat-malaikat ini menikahi wanita-wanita di bumi dan mengajarkan sihir sebagai bentuk penyingkapan supranatural. Mungkin karena cerita inilah, sosok penyihir selalu diidentikan dengan wanita (nenek sihir, wanita peramal dan lain-lain). Tradisi manusia setengah dewa dalam peradaban Mesopotamia kuno, Yunani kuno, Mesir, dan India terlihat seperti clue dalam mengungkap praktek sihir di masa lampau. Tokoh Enkidu dalam sejarah Mesopotamia kuno menunjukan sedikit keganjilan karena menggambar fisik manusia hybrid (manusia-kerbau), jika dapat diterjemahkan ke dalam sihir saat ini maka Enkidu tergolong penyihir yang kuat karena untuk membuat dirinya menjadi seperti demikian butuh kekuatan magis yang kuat. Lalu bergerak maju ke zaman Nabi Musa yang harus melawan para penyihir Mesir untuk meluluhkan hari Firaun guna membiarkan bangsa Israel pergi ke Tanah Perjanjian. Peristiwa itu juga menggambarkan kekuatan sihir yang cukup besar, di mana para penyihir mampu mengubah tongkat menjadi seekor ular dalam upaya menandingi kekuasaan ALLAH. Ada pula Raja Saul yang bersekutu dengan penyihir dari En-Dor untuk memanggil arwah Nabi Samuel, Peperangan rohani antara beberapa Rasul Kristus dengan penyihir Yunani. Di abad pertama Masehi, konsep penyihir semakin mendekati stigma negatif karena persebaran agama-agama Samawi (Yahudi, Kristen dan Islam) yang meluas ke seluruh dunia. Di Eropa sendiri praktek sihir dianggap sesat dan para pelakunya banyak diburu, puncaknya terjadi pada abad ke-15 di mana diperkirakan 50.000 orang dihukum mati atas tuduhan melakukan praktek sihir. Berbeda dengan tindakan criminal biasa, perburuan terhadap para penyihir atau orang yang dituduh penyihir cukup rentan terjadinya fitnah karena bukti yang tidak akurat karena mengandalkan intuisi beberapa subjek, yang mana bisa saja dipengaruhi oleh keadaan emosional subjek tersebut terhadap orang yang dituduh sebagai penyihir. Walaupun praktek sihir telah dilarang di beberapa negara, tetapi masih saja ada orang yang melakukannya. Entah itu untuk kepentingan pribadi atau kepentingan komersial yang berakhir pada ekonomi. Negara-negara sub sahara Afrika, sebagian besar Asia, dan Amerika Selatan masih mempraktekan praktek sihir yang dikenal dengan berbagai sebutan seperti Voodoo, Na Munda, Lamia, santet dan sebagainya. Di Indonesia sendiri praktek sihir sudah mulai dilakukan ketika masyarakatnya masih menganut kepercayaan animisme. Praktek sihir ini tidak selalu berkonotasi negatif, karena di dalamnya berhubungan dengan penyembuhan terhadap penyakit jasmani dan rohani. Tetapi, seiring berkembangnya ilmu kedokteran modern, praktek sihir kemudian lebih banyak dilakukan untuk hal-hal negatif seperti menghabisi nyawa seseorang, menyiksa fisik seseorang dari jarak jauh, hingga memperoleh kekayaan dengan cara mudah. Daerah Indonesia Tengah dan Timur menjadi daerah yang paling terkenal akan praktek ilmu sihir, mulai dari suku Dayak, Nusa Tenggara hingga Suku-suku di Papua. Di daerah saya, Nusa Tenggara Timur, orang-orang yang mempraktekan ilmu sihir disebut suanggi. Biasanya masyarakat mengidentifikasikan kehadiran suanggi atau praktek sihir melalui kondisi kesehatan seseorang. Apabila ada orang yang meningggal tiba-tiba tanpa disertai penyakit atau disertai penyakit yang dianggap aneh maka mereka dikatakan telah mendapatkan santet dari suanggi. Sayangnya, terkadang masyarakat di desa sangat sulit membedakan penyebab kematian seseorang yang wajar secara medis dengan kematian karena santet, hal ini diakibatkan kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di desa-desa sehingga untuk menutupi perdebatan yang panjang lebar, beberapa orang akan menjadikan santet sebagai penyebab kematian seseorang. Hanya karena memiliki pemikiran seperti itu bukan berarti saya menafikan praktek sihir yang terjadi di lingkungan budaya saya. Praktek sihir itu ada dan masih dijalankan oleh beberapa orang yang konon katanya diwariskan ilmu sihir dari nenek moyangnya, sehinggat tanpa adanya pendampingan rohani yang memadai praktek sihir tersebut tetap tumbuh subur di daerah saya. Pengalaman subjektif dengan suanggi atau perilaku sihir lainnya berawal ketika saya berumur 5 tahun, dengan mata sendiri saya melihat seseorang yang menggunakan ilmu sihir untuk meneror keluarga dari paman saya, lalu ada pula “kiriman” berbentuk bantalan api berwarna hijau yang pernah didapatkan oleh seorang pendoa karena melakukan pertarungan supranatural dengan seorang dukun. Kemudian seorang kerabat yang mengalami penyakit aneh tetapi saat diperiksa oleh Tim medis hasilnya tidak ditemukan sumber penyakitnya baik melalui diagnosa langsung dokter atau pun melalui teknologi medis padahal kondisi fisik kerabat saya sudah seperti orang yang mengalami sakit parah. Well, sekali lagi itu merupakan pengalaman subjektif saya, yang kemudian saya maknai sebagai pengalaman berinteraksi dengan kepercayaan kuno, dan anda tidak harus mempercayainya. Sebagai seorang Kristen, saya pun melihat perilaku sihir atau suanggi merupakan perilaku yang sesat karena bersekutu dengan kekuatan gelap sebagai bentuk tandingan melawan TUHAN. Alkitab turut membentuk pemikiran saya tentang seperti apa sihir itu, bagaimana saya harus bersikap ketika menghadapi situasi supranatural tersebut dan solusi ketika masuk ke dalam jebakan penyihir atau suanggi. 1. Membedakan Roh Tuhan dan Roh Penyesat Surat 1 Yohanes 4 : 1-6 menerangkan bahwa diperlukan pelatihan diri yang baik akan firman untuk dapat membedakan manakah Roh Allah dan manakah roh penyesat. Sama seperti penyihir Mesir yang mampu menirukan kemampuan Nabi Musa, demikian roh penyesat mampu menipu manusia dengan menyatakan dirnya berasal dari Allah. Di dalam prakteknya, tuduhan terhadap praktek sihir biasa dimulai dari pendoa-pendoa yang menyangkakan seseorang sebagai seorang penyihir apabila diminta untuk menyembuhkan penyakit entah itu jasmani dan rohani. Bukannya, ofensif tetapi beberapa oknum pendoa sering menafsirkan penglihatan mereka langsung kepada orang-orang yang meminta bantuan. Sementara mereka yang datang dan meminta bantuan, tidak memiliki pengetahuan yang benar akan dunia sihir secara alkitabiah, hal inilah yang menjadi kemelut sosial dalam kehidupan bertetangga mereka. Rasa saling curiga antar tetangga, hingga berakhir pada tuduhan tanpa bukti. Tetapi, ada juga pendoa yang menyimpan info tersebut untuk menghindari pertikaian, pendoa tersebut lebih memilih memberikan saran untuk menata hidup yang lebih dekat dengan Tuhan kepada orang-orang yang meminta bantuan, untuk para pendoa yang diberikan karunia tertentu maka mereka akan menghadapi serangan sihir tersebut sendiri karena perkara supranatural hanya bisa diselesaikan secara suprantaural. Seseorang yang terkena serangan sihir sebaiknya lebih banyak mendekatkan diri kepada sang Pencipta, kalau pun harus pergi ke para pendoa sebaiknya dibarengi dengan pikiran yang tulus dan bekal firman yang cukup. Perlu diketahui tak jarang serangan sihir yang kita alami dapat pula digunakan oleh iblis untuk merusak hubungan baik kita dengan sesama kita. Alkitab selalu menekankan untuk menggunakan kasih dan akal budi dalam menelaah setiap peristiwa. Menguji setiap jawaban doa yang kita terima dari para pendoa merupakan hal yang sangat penting, mengingat iblis mampu memanipulasi manusia seperti Kain yang dimanipulasi untuk membunuh Habel, demikian juga orang-orang yang jarang membaca firman Tuhan dan bersyafaat kepada Tuhan. Dalam berbagai contoh kasus yang tercatat di Alkitab, Roh Tuhan lebih mengutamakan pada penerapan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, semisalnya untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan supranatural atau rohani maka perlu dilakukan aktifitas saat teduh mulai dari rajin berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan 2. Melihat Fenomena Sihir Sebagai Kesempatan untuk menyelami Maksud TUHAN Sihir di zaman sekarang tergolong lebih negatif karena mengarah pada penyiksaan dan pembunuhan terhadap sesama manusia. Siksaan berupaya serangan fisik seperti kelumpuhan, sakit penyakit,kemudian dalam bentuk serangan psikis seperti meneror, dan serangan emosi dengan cara membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman. Semua ini bisa menimpa siapa pun atas izin Tuhan, tetapi jika Tuhan tidak mengizinkan santet tersebut menimpa kita maka tak ada satu pun tukang tenung atau penyihir yang mampu melakukannya. Tuhan pun memiliki perhitungan terhadap penenung dan penyihir seperti yang tertulis pada kitab Yesaya 47:12 dan Yesaya 47:15. Selain itu, bukti bahwa Penenung dan penyihir tidak dapat menjamah kita, dapat dibaca dalam Kitab Ayub 1 : 1-22. Iblis saja tak dapat menyentuh Ayub tanpa seizin Tuhan, apalagi hanya sekelas penenung dan penyihir? Lalu mengapa Tuhan mau mengizinkan penyihir-penyihir itu bebas lepas menenung kita? Jawaban ya hanya satu : Belajar. Belajar untuk beriman, belajar untuk bersyukur dan belajar mengampuni. Tak ada alasan lain selain belajar sebagai upaya perkembangan kehidupan rohani kita. Jangan hanya berusaha mengejar kesembuhan, tetapi belajar untuk mengetahui apa yang Tuhan mau dari hidup kita. Jika tujuan kita hanya untuk sampai pada kesembuhan maka ketika kesembuhan tersebut datang sangat lama kemungkinan kita akan menjadi frustasi dan tidak lagi fokus pada maksud Tuhan. Jangan menunggu kita untuk dikuatkan oleh keluarga, teman atau kekasih. Tetapi, tanamkan pikiran seperti ini “Apa pun yang terjadi selalu ada kebaikan Tuhan, Tak ada satu pun yang mampu melampaui kehendak Tuhan” dan “Tuhan, aku siap mendengarkan maksud-MU” Percaya atau tidak, kekuatan sihir tak mampu bertahan pada mereka yang memiliki pemikiran positif, mereka yang telah melepaskan pengampunan bagi sesama dan mereka yang telah menyerahkan segalanya ke dalam Tangan TUHAN. . Karena itu sebaiknya ketika kita mendapatkan serangan tersebut maka berhentilah mencari siapa yang patut disalahkan atas kemalangan yang menimpah kita, tetapi carilah maksud Tuhan dibalik semuanya. 3. Berpikir Logis sebagai Solusi Jika kita mengalami sakit penyakit maka yang harus kita lakukan adalah pergi ke fasilitas kesehatan terdekat. Lagi pula tenaga kesehatan (Dokter & Perawat) adalah perpanjangan Tuhan dalam menyembuhkan kita. Biasakan untuk mencari jawaban logis dari peristiwa yang kita alami. Apabila cara berpikir logis tidak mampu menemukan jawaban atas penyakit atau kejadian yang kita alami, di situ “alarm” supranatural kita berbunyi. Mengapa cara berpikir logis menjadi solusi karena menurut beberapa mantan dukun ilmu hitam, ilmu sihir lebih mudah menyerang mereka yang memiliki ketakutan terhadap hal gaib dan jarang mengedepankan logika untuk menyelesaikan masalah mereka. Di balik semua itu, Alkitab juga sudah mengajarkan kita agar menggunakan akal budi kita seperti yang tertulis dalam injil Matius 22:37 . Lalu kita juga dapat melihat bagaimana TUHAN sangat memperhatikan kualitas akal budi dalam memilih seorang pemimpin, mulai dari ALLAH memilih Musa sebagai pemimpin Bangsa Israel dalam Exodus hingga pada pemilihan Imam Zakharia sebagai Imam terakhir di dalam Kitab Perjanjian Lama. Bukan berarti ALLAH tidak bisa menakar akal budi manusia, tetapi ALLAH melihat bagaimana para Pemimpin dan Nabi yang DIA pilih mampu mengembangkan akal budi mereka sebagai talenta yang diberikan oleh ALLAH. Maka sebagai seorang yang beriman seharusnya kita tidak terlalu pesimis dalam menggunakan logika kita karena tidak menutup kemungkinan bahwa ALLAH menjadikan itu sebagai salah satu solusi. Jika itu tidak dapat menyembuhkan anda secara langsung maka setidaknya itu memberikan anda harapan. Secara ilmu pskilogis, harapan akan hari esok dapat menjadi salah satu cara orang untuk tetap bertahan hidup. Mungkin beberapa orang tidak setuju bila logika dikedepankan lebih dulu dalam menghadapi masalah (kesehatan, keluarga, karir dan lain sebagainya) tetapi pada kenyataannya ketika kita terlebih dahulu menghubungkan masalah-masalah yang kita hadapi dengan hal gaib maka secara tidak sadar tingkat optimisme kita akan semakin rendah karena alam bawah sadar kita sudah mengidentifikasi ini sebagai “perang” dengan dimensi lain, tetapi jika kita mengedepankan logika kita maka tingkat optimisme kita akan tetap tinggi karena kita tahu bahwa ini dapat diselesaikan di dunia nyata (dimensi yang kita tempati saat ini). Pada akhirnya penyihir adalah wujud nyata dari gagasan “terkutuk” di mana manusia berupaya untuk menjadi “sama” dengan ALLAH dalam hal menentukan hidup dan mati sesama. Sihir putih dan hitam sudah bercampur menjadi abu-abu, tak ada istilah Yin & Yang karena mereka hanya memanjakan rasa dengki dan kesombongan terhadap sesama. Ketakutan kita adalah kekuatan bagi para penyihir, saat kita merasakan ketakutan, pikiran tak mungkin menjadi jernih. Langkah awal yang dapat kita lakukan menghadapi sihir adalah berpikir logis sebagai upaya menenangkan pikiran kita, kedua beriman bahwa setiap masalah yang kita hadapi selalu memiliki nilai yang baik pada akhirnya, dan ketiga Ingatlah bahwa Satan pun gementar di hadapan ALLAH. So, the conclusion is that no one can touch without God’s Permission.

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya disalah artikan kajia

Tak Ada Makan Siang Gratis Dalam Mencapai Kemajuan Negara

  Sumber : Kemeperkraf Indonesia        Beberapa waktu yang lalu saya mengerjakan sebuah tugas ujian akhir semester, ada pertanyaan yang menarik tentang relasi konsep kepemimpinan otoriter dan kemajuan suatu negara. Diambilah contoh Singapura, Korea Selatan dan Taiwan sebagai negara pembanding untuk membuktikan kepemimpinan otoriter turut serta dalam kemajuan suatu negara. Di Indonesia, mungkin diambil contoh pada masa orde baru, di mana Indonesia seketika berubah dari negara miskin menjadi negara yang memiliki power di Asia bahkan dijuluki sebagai Macan Asia di bawah kepemimpinan otoriter.      Jika dilihat secara umum, memang ada benarnya karena perencanaan dan pengawasan yang lebih terpusat. Sistem otoriter membuat segala keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa harus membuang waktu dan uang hanya untuk duduk berdiskusi di dalam parlemen. Jika dicari kesamaan dari Singapura, Korea Selatan dan Taiwan, mereka memang berubah menjadi negara maju terkhususnya dalam bidang ekonomi setel

Darurat Dialektika dan Drakor

Seorang teman menyarankan saya untuk menonton Video tanya jawab Rocky Gerung dengan anak-anak muda perihal dinamika politik yang dibalut atau dibenarkan melalui pertanyaan-pertanyaan di dunia teknologi yang bagi saya tidak terlalu menarik. Dari kalimat “Lu kan suka sejarah” membuat saya tertantang mengingat Rocky Gerung pernah menemui moment “diam” sejenak saat pernyataannya disanggah oleh Sujiwo Tejo mengenai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Sejarah... Apa yang saya temukan selain ide tentang masa depan Demokrasi Indonesia, kemanusiaan dan sebagainya dengan melalui sudut pandang Filsuf Yunani. “ Rocky Gerung : Alasan Kita Darurat Dialektika” Sebuah judul yang menghantarkan ingatan saya ketika masih berstatus mahasiswa, ada seorang dosen mata kuliah kewirausahaan yang tersinggung saat teman saya mempertanyakan materi kuliah yang tak sesuai dengan kenyataan yang dia temui ketika berdagang bersama orang tuanya. Pertanyaan itu akhirnya membuat teman saya mendapatkan nilai D karena dian