Skip to main content

Sumpah Pemuda 1928 : Mereka yang bersumpah mereka yang Terpelajar

 


Sumpah pemuda
Oktober 1928
Tonggak baru masa depan
Mencapai sebuah harapan
Didirikannya negara mapan
Negara yang mengatur rakyat
Menjauhkan kemelaratan
Dari tangan-tangan yang gementar
Mereka bicara bertanah air satu
Berbangsa yang satu
Dan berbahasa satu
Satu, satu, satu mereka bersepatu
Entah dari keluarga yang patuh
Atau lahir dari Raja dan Ratu

13 pelopor
Sugondo anak Lurah
Sartono yang berdarah biru
Yamin dari keluarga terpandang
Leimena yang berbapak dan beribu guru
Tak ada satu pun anak petani
Tak ada satu pun anak budak
Tak ada anak nelayan
Dan tak ada anak penjual kain
Mereka yang berpikir
Berbicara, Bertindak
dan tercatat dalam sejarah
Ialah mereka yang berpendidikan

Euforia Nasionalisme
Sumpah pemuda 1928
Ya, kita hanya membaca, menghafal
Dan melupakannya begitu saja
Kata mereka di layar kaca
Ayo.. Ayo.. Kita lanjutkan
Perjuangan pemuda 1928
Alangkah lucunya negeri ini
Mereka mengharapkan sesuatu
Tetapi tak pernah bertaruh
Ingin kembali jadi Macan Asia
Tapi pendidikan tak mau gratis
Ingin melaju ke arah 4.0
Tapi karya anak bangsa
dihargai 0.4

28 Oktober 1928
28 Oktober 2021
Dengan rasa yang sama
Dengan nuansa yang sama
Mereka yang berinovasi
Berasal dari kaum intelektual
Mereka yang berintelektual
Berasal dari sekolah-sekolah terbaik
Mereka yang berasal dari sekolah terbaik
Mampu merogoh kocek sangat dalam







Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya di...

Nilai Bahasa Indonesia kamu 100? Seharusnya kamu bangga...

Bahasa Indonesia : Kebanggan terakhir di Dunia Pendidikan Indonesia Nilai Bahasa Indonesia kamu 100? Seharusnya kamu bangga. Kenapa? Itu membuktikan kalau kamu adalah orang cerdas (Ingat ya Cerdas, bukan hanya pintar). Kan aneh kalau setiap hari berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tapi masih saja gagal mendapatkan nilai 100 di ujiannya. Ya, bahasa Indonesia memang sedang berada di bawah mata pelajaran MIPA. Jarang ada orang tua yang bangga jika anaknya mendapatkan nilai 100 dalam mata pelajaran   Bahasa Indonesia. Yang dilihat pertama kali oleh orang tua saat melihat nilai raport anaknya pasti mata pelajaran MIPA atau bahasa Asing (Inggris, Jerman, Jepang, Cina dan lain-lain), kalau nilainya menurun pasti si anak akan ditegur berulang kali. Nah, kalau nilai bahasa Indonesianya rendah, tapi mata pelajaran lainnya tinggi, si anak pasti dipuji. “Kamu pintar nak. Mama bangga sama kamu!” (Nilai MIPA dan bahasa Asing tinggi, nilai bahasa Indonesia rendah) “Otakmu di m...

Filosofi Menara Babel

Filosofi Menara Babel ini sebenarnya terbersit saat membaca Kitab Kejadian 11 : 1 - 9 dengan perikop Menara  Babel yang menceritakan tentang Raja Pertama di muka bumi yakni Raja Nimrod, yang berkuasa setelah zaman Nuh. Dialah manusia yang paling gagah perkasa dan sang penakluk mula-mula umat manusia. Untuk mengabadikan kekuasaannya dia berniat untuk membuat sebuah bangunan yang tingginya bisa mencapai langit. Dalam perikop tersebut juga dijelaskan bahwa umat manusia di muka bumi pada waktu itu memiliki bahasa dan budaya yang satu sehingga tidak menjadi kendala untuk menghimpun mereka dalam suatu bangsa dan menyatukan mereka dalam satu pikiran yang sama.  Singkat cerita di bawah pemerintahan Raja Nimrod, pembangunan menara pun dimulai, begitu hebatnya mereka bekerja hingga mampu membangun sebuah bangunan yang hampir menyentuh langit. TUHAN melihat dari surga bahwa pekerjaan manusia tersebut merupakan sebuah bentuk tantangan terhadap otoritas TUHAN. Maka TUHAN pun turun dan meng...