Kekuatiran?
Saya
seorang yang selalu hidup dalam kekuatiran. Kuatir akan hari ini, hari esok,
bahkan untuk hari-hari yang sudah saya lalui. Saya terlalu menganggap
orang-orang di atas saya adalah seorang dewa yang menentukan nasib saya. Setiap
kata-kata, tingkah laku bahkan pikiran saya yang berhubungan dengan mereka harus
dijaga dengan benar. Mungkin anda akan menganggap ini berlebihan, jika apa yang
saya lakukan hanya untuk membuat orang-orang tersebut dapat melihat diri saya
dalam hal yang positif, seorang yang penurut, dan memiliki teladan yang baik. Setelah
semuanya berjalan dengan benar, ternyata saya telah diperbudak oleh rasa
kekuatiran saya sendiri. Saya menjadi pribadi yang dibentuk oleh rasa
kekuatiran. Saya menjadi jauh dari rasa percaya diri, menjadi tidak fokus dalam
mengembangkan bakat atau kemampuan saya.
Lalu
datanglah rasa jenuh, di mana saya tidak bisa mempertahankan pendapat sendiri,
tetapi digiring untuk melihat sebuah kesalahan kecil menjadi sesuatu yang
fatal. Saya lelah dengan menjadi orang yang mengikuti kemauan orang lain, yang
pada akhirnya membuat hidup saya terantai kekuatiran. Saya kuatir jika orang
tua saya kecewa, jika teman-teman menjauhi saya, guru-guru/dosen saya menjadi
marah kepada saya. Berusaha menjadi terbaik tetapi saya lupa menjadi orang yang
bernilai.
Saya
hanya punya satu waktu yang membuat saya terlepas dari rasa kuatir tersebut,
yakni saat berdoa dan membaca firman Tuhan. Setiap kali rasa kuatir itu
menghampiri saya, maka firman yang saya baca akan menjadi perisai bagi saya.
Entah sudah berapa kali Dia menyatakan diri-Nya kepada saya melalui hal-hal
yang saya anggap ajaib, tetapi apa daya jika saya masih hidup dalam kekuatiran,
kemudian ada firman yang indah yang
membuat saya yakin untuk melangkah. Firman itu terdapat dalam Injil Matius 6:25-34. Sekali lagi, saya tidak
menemukan sesuatu yang indah di dalam kekuatiran melainkan sesuatu yang merusak
pikiran dan hidup saya di hari-hari yang akan datang.
Comments
Post a Comment