Skip to main content

KEKUATIRAN



Kekuatiran?

Saya seorang yang selalu hidup dalam kekuatiran. Kuatir akan hari ini, hari esok, bahkan untuk hari-hari yang sudah saya lalui. Saya terlalu menganggap orang-orang di atas saya adalah seorang dewa yang menentukan nasib saya. Setiap kata-kata, tingkah laku bahkan pikiran saya yang berhubungan dengan mereka harus dijaga dengan benar. Mungkin anda akan menganggap ini berlebihan, jika apa yang saya lakukan hanya untuk membuat orang-orang tersebut dapat melihat diri saya dalam hal yang positif, seorang yang penurut, dan memiliki teladan yang baik. Setelah semuanya berjalan dengan benar, ternyata saya telah diperbudak oleh rasa kekuatiran saya sendiri. Saya menjadi pribadi yang dibentuk oleh rasa kekuatiran. Saya menjadi jauh dari rasa percaya diri, menjadi tidak fokus dalam mengembangkan bakat atau kemampuan saya.
Lalu datanglah rasa jenuh, di mana saya tidak bisa mempertahankan pendapat sendiri, tetapi digiring untuk melihat sebuah kesalahan kecil menjadi sesuatu yang fatal. Saya lelah dengan menjadi orang yang mengikuti kemauan orang lain, yang pada akhirnya membuat hidup saya terantai kekuatiran. Saya kuatir jika orang tua saya kecewa, jika teman-teman menjauhi saya, guru-guru/dosen saya menjadi marah kepada saya. Berusaha menjadi terbaik tetapi saya lupa menjadi orang yang bernilai.
Saya hanya punya satu waktu yang membuat saya terlepas dari rasa kuatir tersebut, yakni saat berdoa dan membaca firman Tuhan. Setiap kali rasa kuatir itu menghampiri saya, maka firman yang saya baca akan menjadi perisai bagi saya. Entah sudah berapa kali Dia menyatakan diri-Nya kepada saya melalui hal-hal yang saya anggap ajaib, tetapi apa daya jika saya masih hidup dalam kekuatiran, kemudian ada  firman yang indah yang membuat saya yakin untuk melangkah. Firman itu terdapat dalam Injil Matius 6:25-34. Sekali lagi, saya tidak menemukan sesuatu yang indah di dalam kekuatiran melainkan sesuatu yang merusak pikiran dan hidup saya di hari-hari yang akan datang.

Comments

Popular posts from this blog

Konsentrasi Komunikasi Antar Budaya, ada?

Komunikasi Lintas/Antarbudaya (Cross Cultural Communication) tidak banyak yang tahu tentang konsentrasi ini selain mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi, Universitas Nusa Cendana (Undana).   Ya, memang di Kupang ada dua jurusan ilmu komunikasi, satunya di Undana dan lainnya di universitas Widya Mandira (Unwira). Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, Ilmu komunikasi lebih banyak dikenal melalui konsentrasi Jurnalistik dan Hubungan Masyarakat, maka tidak mengherankan ketika mencari kerja anak KAB (sebutan untuk mahasiswa konsentrasi antarbudaya) sering ditanya-tanya tentang  konsentrasinya oleh para pencari tenaga kerja. Pernah saya ditanyai tentang konsentrasi antarbudaya, belum sempat saya jawab, sudah bergulir saja kalimat “ Oh… jadi nanti kalian belajar bahasa daerah dari berbagai daerah di NTT? ” atau “ Bahasa daerah apa yang sudah kalian kuasai? ”   (pertanyaan ke-2 itu yang paling menjengkelkan).  Alih-alih paham, justru konsentrasi Komunikasi Antarbudaya di...

Nilai Bahasa Indonesia kamu 100? Seharusnya kamu bangga...

Bahasa Indonesia : Kebanggan terakhir di Dunia Pendidikan Indonesia Nilai Bahasa Indonesia kamu 100? Seharusnya kamu bangga. Kenapa? Itu membuktikan kalau kamu adalah orang cerdas (Ingat ya Cerdas, bukan hanya pintar). Kan aneh kalau setiap hari berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tapi masih saja gagal mendapatkan nilai 100 di ujiannya. Ya, bahasa Indonesia memang sedang berada di bawah mata pelajaran MIPA. Jarang ada orang tua yang bangga jika anaknya mendapatkan nilai 100 dalam mata pelajaran   Bahasa Indonesia. Yang dilihat pertama kali oleh orang tua saat melihat nilai raport anaknya pasti mata pelajaran MIPA atau bahasa Asing (Inggris, Jerman, Jepang, Cina dan lain-lain), kalau nilainya menurun pasti si anak akan ditegur berulang kali. Nah, kalau nilai bahasa Indonesianya rendah, tapi mata pelajaran lainnya tinggi, si anak pasti dipuji. “Kamu pintar nak. Mama bangga sama kamu!” (Nilai MIPA dan bahasa Asing tinggi, nilai bahasa Indonesia rendah) “Otakmu di m...

Filosofi Menara Babel

Filosofi Menara Babel ini sebenarnya terbersit saat membaca Kitab Kejadian 11 : 1 - 9 dengan perikop Menara  Babel yang menceritakan tentang Raja Pertama di muka bumi yakni Raja Nimrod, yang berkuasa setelah zaman Nuh. Dialah manusia yang paling gagah perkasa dan sang penakluk mula-mula umat manusia. Untuk mengabadikan kekuasaannya dia berniat untuk membuat sebuah bangunan yang tingginya bisa mencapai langit. Dalam perikop tersebut juga dijelaskan bahwa umat manusia di muka bumi pada waktu itu memiliki bahasa dan budaya yang satu sehingga tidak menjadi kendala untuk menghimpun mereka dalam suatu bangsa dan menyatukan mereka dalam satu pikiran yang sama.  Singkat cerita di bawah pemerintahan Raja Nimrod, pembangunan menara pun dimulai, begitu hebatnya mereka bekerja hingga mampu membangun sebuah bangunan yang hampir menyentuh langit. TUHAN melihat dari surga bahwa pekerjaan manusia tersebut merupakan sebuah bentuk tantangan terhadap otoritas TUHAN. Maka TUHAN pun turun dan meng...